28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

REST IN POWER, KOBE!

LOS ANGELES– Para remaja putri itu menunggu
dengan sabar. Tik… tok… tik.. tok… Waktu terus berlalu. Helikopter segera
mendarat. Membawa sang pelatih.

Ya, pelatih yang pernah menuliskan bagaimana
dia, di usia 6 tahun, dengan imajinasi tentang ring, sorak sorai penonton, bola
di tangan, dan waktu yang cuma tersisa 5 detik, jatuh cinta kepada basket.

Pada waktu yang sama, Minggu siang waktu
setempat ( dini hari lalu WIB), beberapa kilometer dari Mamba Sports Academy di
Thousand Oaks, California, Amerika Serikat (AS), tempat berkumpulnya para
remaja yang tergabung dalam klub Lady Mavericks itu, helikopter yang dimaksud
tengah bertarung melawan tebalnya kabut. Berputar-putar. Menunggu cuaca membaik.

Tapi, kabut tak kunjung pergi. Dan, yang
terjadi kemudian adalah tragedi memilukan. Sembilan orang di dalam heli
tersebut tewas. Termasuk sang idola yang ditunggu anak-anak tadi: Kobe Bryant.
Juga, putri keduanya yang siang itu rencananya turut bermain, Gianna.

Dunia pun berduka. Mulai sesama atlet dari
beragam cabang olahraga, pejabat publik di berbagai negara, petinggi
perusahaan-perusahaan raksasa, sampai warga kebanyakan, baik yang menyukai
basket maupun tidak.

’’Terpukul dan sangat sedih atas kepergian Kobe
Bryant. Saya mengagumi ketangguhan atletisnya dari jauh, sekaligus
kehumanisannya dari dekat,’’ tulis Tim Cook, CEO Apple, di akun Twitter
pribadi.

Presiden AS Donald Trump memuji Kobe sebagai
sosok yang tak hanya hebat di lapangan basket, tapi juga sangat mencintai
keluarganya. ’’Dia juga memiliki passion besar untuk masa depan. Ikut tewasnya
salah satu putrinya, Gianna, membuat kabar ini makin memilukan,’’ tulis Trump
di Twitter seperti dikutip The Guardian.

Di Israel, kepergian Kobe bahkan bisa
menyatukan –meski mungkin untuk sementara– dua sosok yang selama ini selalu
berseberangan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pemimpin oposisi Benny
Gantz. ’’Dia (Kobe) selamanya akan terus dikenang,’’ kata Netanyahu sebagaimana
dikutip LA Times. ’’Dia salah seorang pebasket terhebat sepanjang masa,’’
ungkap Gantz.

Di Beijing, Tiongkok, negeri yang tengah
dirundung virus korona, orang-orang membanjiri NBA store. Sepatu Kobe dan
berbagai memorabilia lain yang terkait dengan pemain yang turut mengantarkan AS
merebut emas di Olimpiade 2008 dan 2012 tersebut langsung terjual habis. Kobe
juga memuncaki trending topic di Weibo, media sosial bikinan Tiongkok.

Baca Juga :  Persebaya Terancam Pincang

’’Saya hanya sempat menikmati permainan Kobe
satu musim. Tapi, dia adalah big brother bagi semua orang, sosok panutan,’’
kata Huang Zhongze, remaja 14 tahun yang tak kebagian memorabilia Kobe di NBA
store di Beijing, seperti dikutip LA Times.

Semua itu memperlihatkan betapa Kobe adalah
inspirator yang melampaui batas-batas lapangan basket. ’’Lebih dari sekadar
atlet,’’ tegas Kareem Abdul Jabbar, legenda basket lainnya. Kebesarannya
mendorong lahirnya berbagai karya dalam jagat kultur pop, baik di film, musik,
maupun buku.

 

Sementara itu, dalam keterangan resmi, Kepala
Dinas Pemadam Kebakaran Los Angeles Daryl Osby menyebutkan, kondisi cuaca saat
kejadian memang berkabut cukup tebal. Salah seorang saksi mengungkapkan,
helikopter berjenis Sikorsky S-76B yang ditumpangi Kobe memang sempat terlihat
berputar-putar di wilayah stadion kota Orange County. Ditengarai, itu dilakukan
untuk menunggu kabut menipis.

Lokasi kecelakaan sulit diakses karena berada
di wilayah perbukitan curam dan terjal. Kepala Kepolisian Los Angeles Alex
Villanueva menyampaikan, kondisi helikopter sudah hancur berkeping-keping
ketika anggotanya mencapai titik lokasi kejadian.

’’Kondisi cuaca saat kejadian tidak memenuhi
standar minimum terbang, yakni 2 mil visibilitas,’’ ucap Josh Rubenstein, juru
bicara Kepolisian Los Angeles, seperti dikutip LA Times.

Helikopter yang ditumpangi Kobe disebutkan
terdaftar dengan nomor penerbangan N72EX. Tahun pembuatannya 1991. Berdasar
catatan Federal Aviation Administration (FAA), helikopter tersebut terdaftar
sebagai milik Express Holding Corps, sebuah perusahaan penyewaan helikopter privat.

Di luar Kobe dan Gianna, putrinya yang baru
berusia 13 tahun, juga sang pilot, penumpang lain heli nahas itu adalah
rekan-rekan setim Gianna dan orang tua masing-masing. Kobe memang dikenal kerap
menggunakan helikopter dalam bepergian dari rumahnya di Orange County.

Hal itu dilakukan untuk menghindari kemacetan
parah yang sering terjadi di pusat kota Los Angeles. Kobe juga memiliki riwayat
cedera punggung yang membuatnya tidak bisa duduk lebih dari dua jam di dalam
mobil.

Semasa berkarir di NBA yang berbuntut lima
gelar, Kobe pernah memilih untuk menggunakan julukan Black Mamba. Diambil dari
salah satu tokoh karakter dalam film Kill Bill garapan Quentin Tarantino.

Baca Juga :  Dua Pemanah Kalteng Sudah Pastikan Diri Lolos ke PON 2020

Kobe mengaku sangat cocok dengan sifat tokoh
tersebut. Seorang yang memiliki agresivitas tinggi. Pekerja keras.

’’Ketika aku menemukan orang-orang terinspirasi
mamba mentality, itu membuat semua kerja keras, keringat, dan rutinitas bangun
pukul 3 pagi yang aku lakukan selama ini terbayar lunas,’’ ucap Kobe dalam
salah satu kesempatan wawancara sebagaimana dilansir E News.

Kerja keras yang dimulai di Reggio Emilia,
sebuah kota kecil di Italia bagian utara. ’’Kobe Bryant besar di sini dan, bagi
kami semua, akan selalu menjadi seorang ’Reggiano’,’’ tulis Luca Vecchi, wali
kota Reggio Emilia, di Facebook.

Di kota itu Kobe mulai bermain di tim junior
Pallacanestro Reggiana, tim tempat ayahnya, Joe, seorang veteran NBA, bermain.
’’Siapa yang akan menyangka salah seorang pemain terbaik di NBA besar di
sini,’’ kata Kobe dalam wawancara dengan koran setempat, Il Resto del Carlino,
pada 2016.

Ya, siapa yang akan menyangka? Siapa yang akan
menyangka bocah dari Reggio Emilia itu akan jadi pemain tersubur keempat dalam
sejarah NBA, memenangi lima gelar, dan merebut dua emas Olimpiade. Juga,
memenangi Oscar, mengilhami orang untuk menciptakan lagu, bahkan menjadi nama
band.

 

Sama tak menyangkanya dengan para remaja putri
di Mamba Sports Academy pada Minggu siang lalu itu. Yang ditunggu tak pernah
tiba. Yang datang malah kabar duka. Tangis dan ratapan tak percaya pun memenuhi
tempat yang dibangun Kobe untuk anak-anak yang punya hasrat dan mimpi sama
dengannya. Saat dia berusia 6 tahun dulu.

’’Dan kita berdua tahu, apa pun yang akan aku
lakukan,’’ tulis Kobe dalam Dear Basketball, surat perpisahannya saat pensiun
dari basket, ’’aku akan selalu menjadi bocah itu.’’

Ya, bocah 6 tahun yang selalu membayangkan
menjadi penentu kemenangan. Dengan keranjang sampah di pojok sana sebagai ring,
bola di tangan, 5 detik waktu tersisa, 5… 4… 3… 2… 1… Rest in Power,
Kobe! (irr/c5/ttg/jpg)

LOS ANGELES– Para remaja putri itu menunggu
dengan sabar. Tik… tok… tik.. tok… Waktu terus berlalu. Helikopter segera
mendarat. Membawa sang pelatih.

Ya, pelatih yang pernah menuliskan bagaimana
dia, di usia 6 tahun, dengan imajinasi tentang ring, sorak sorai penonton, bola
di tangan, dan waktu yang cuma tersisa 5 detik, jatuh cinta kepada basket.

Pada waktu yang sama, Minggu siang waktu
setempat ( dini hari lalu WIB), beberapa kilometer dari Mamba Sports Academy di
Thousand Oaks, California, Amerika Serikat (AS), tempat berkumpulnya para
remaja yang tergabung dalam klub Lady Mavericks itu, helikopter yang dimaksud
tengah bertarung melawan tebalnya kabut. Berputar-putar. Menunggu cuaca membaik.

Tapi, kabut tak kunjung pergi. Dan, yang
terjadi kemudian adalah tragedi memilukan. Sembilan orang di dalam heli
tersebut tewas. Termasuk sang idola yang ditunggu anak-anak tadi: Kobe Bryant.
Juga, putri keduanya yang siang itu rencananya turut bermain, Gianna.

Dunia pun berduka. Mulai sesama atlet dari
beragam cabang olahraga, pejabat publik di berbagai negara, petinggi
perusahaan-perusahaan raksasa, sampai warga kebanyakan, baik yang menyukai
basket maupun tidak.

’’Terpukul dan sangat sedih atas kepergian Kobe
Bryant. Saya mengagumi ketangguhan atletisnya dari jauh, sekaligus
kehumanisannya dari dekat,’’ tulis Tim Cook, CEO Apple, di akun Twitter
pribadi.

Presiden AS Donald Trump memuji Kobe sebagai
sosok yang tak hanya hebat di lapangan basket, tapi juga sangat mencintai
keluarganya. ’’Dia juga memiliki passion besar untuk masa depan. Ikut tewasnya
salah satu putrinya, Gianna, membuat kabar ini makin memilukan,’’ tulis Trump
di Twitter seperti dikutip The Guardian.

Di Israel, kepergian Kobe bahkan bisa
menyatukan –meski mungkin untuk sementara– dua sosok yang selama ini selalu
berseberangan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pemimpin oposisi Benny
Gantz. ’’Dia (Kobe) selamanya akan terus dikenang,’’ kata Netanyahu sebagaimana
dikutip LA Times. ’’Dia salah seorang pebasket terhebat sepanjang masa,’’
ungkap Gantz.

Di Beijing, Tiongkok, negeri yang tengah
dirundung virus korona, orang-orang membanjiri NBA store. Sepatu Kobe dan
berbagai memorabilia lain yang terkait dengan pemain yang turut mengantarkan AS
merebut emas di Olimpiade 2008 dan 2012 tersebut langsung terjual habis. Kobe
juga memuncaki trending topic di Weibo, media sosial bikinan Tiongkok.

Baca Juga :  Persebaya Terancam Pincang

’’Saya hanya sempat menikmati permainan Kobe
satu musim. Tapi, dia adalah big brother bagi semua orang, sosok panutan,’’
kata Huang Zhongze, remaja 14 tahun yang tak kebagian memorabilia Kobe di NBA
store di Beijing, seperti dikutip LA Times.

Semua itu memperlihatkan betapa Kobe adalah
inspirator yang melampaui batas-batas lapangan basket. ’’Lebih dari sekadar
atlet,’’ tegas Kareem Abdul Jabbar, legenda basket lainnya. Kebesarannya
mendorong lahirnya berbagai karya dalam jagat kultur pop, baik di film, musik,
maupun buku.

 

Sementara itu, dalam keterangan resmi, Kepala
Dinas Pemadam Kebakaran Los Angeles Daryl Osby menyebutkan, kondisi cuaca saat
kejadian memang berkabut cukup tebal. Salah seorang saksi mengungkapkan,
helikopter berjenis Sikorsky S-76B yang ditumpangi Kobe memang sempat terlihat
berputar-putar di wilayah stadion kota Orange County. Ditengarai, itu dilakukan
untuk menunggu kabut menipis.

Lokasi kecelakaan sulit diakses karena berada
di wilayah perbukitan curam dan terjal. Kepala Kepolisian Los Angeles Alex
Villanueva menyampaikan, kondisi helikopter sudah hancur berkeping-keping
ketika anggotanya mencapai titik lokasi kejadian.

’’Kondisi cuaca saat kejadian tidak memenuhi
standar minimum terbang, yakni 2 mil visibilitas,’’ ucap Josh Rubenstein, juru
bicara Kepolisian Los Angeles, seperti dikutip LA Times.

Helikopter yang ditumpangi Kobe disebutkan
terdaftar dengan nomor penerbangan N72EX. Tahun pembuatannya 1991. Berdasar
catatan Federal Aviation Administration (FAA), helikopter tersebut terdaftar
sebagai milik Express Holding Corps, sebuah perusahaan penyewaan helikopter privat.

Di luar Kobe dan Gianna, putrinya yang baru
berusia 13 tahun, juga sang pilot, penumpang lain heli nahas itu adalah
rekan-rekan setim Gianna dan orang tua masing-masing. Kobe memang dikenal kerap
menggunakan helikopter dalam bepergian dari rumahnya di Orange County.

Hal itu dilakukan untuk menghindari kemacetan
parah yang sering terjadi di pusat kota Los Angeles. Kobe juga memiliki riwayat
cedera punggung yang membuatnya tidak bisa duduk lebih dari dua jam di dalam
mobil.

Semasa berkarir di NBA yang berbuntut lima
gelar, Kobe pernah memilih untuk menggunakan julukan Black Mamba. Diambil dari
salah satu tokoh karakter dalam film Kill Bill garapan Quentin Tarantino.

Baca Juga :  Dua Pemanah Kalteng Sudah Pastikan Diri Lolos ke PON 2020

Kobe mengaku sangat cocok dengan sifat tokoh
tersebut. Seorang yang memiliki agresivitas tinggi. Pekerja keras.

’’Ketika aku menemukan orang-orang terinspirasi
mamba mentality, itu membuat semua kerja keras, keringat, dan rutinitas bangun
pukul 3 pagi yang aku lakukan selama ini terbayar lunas,’’ ucap Kobe dalam
salah satu kesempatan wawancara sebagaimana dilansir E News.

Kerja keras yang dimulai di Reggio Emilia,
sebuah kota kecil di Italia bagian utara. ’’Kobe Bryant besar di sini dan, bagi
kami semua, akan selalu menjadi seorang ’Reggiano’,’’ tulis Luca Vecchi, wali
kota Reggio Emilia, di Facebook.

Di kota itu Kobe mulai bermain di tim junior
Pallacanestro Reggiana, tim tempat ayahnya, Joe, seorang veteran NBA, bermain.
’’Siapa yang akan menyangka salah seorang pemain terbaik di NBA besar di
sini,’’ kata Kobe dalam wawancara dengan koran setempat, Il Resto del Carlino,
pada 2016.

Ya, siapa yang akan menyangka? Siapa yang akan
menyangka bocah dari Reggio Emilia itu akan jadi pemain tersubur keempat dalam
sejarah NBA, memenangi lima gelar, dan merebut dua emas Olimpiade. Juga,
memenangi Oscar, mengilhami orang untuk menciptakan lagu, bahkan menjadi nama
band.

 

Sama tak menyangkanya dengan para remaja putri
di Mamba Sports Academy pada Minggu siang lalu itu. Yang ditunggu tak pernah
tiba. Yang datang malah kabar duka. Tangis dan ratapan tak percaya pun memenuhi
tempat yang dibangun Kobe untuk anak-anak yang punya hasrat dan mimpi sama
dengannya. Saat dia berusia 6 tahun dulu.

’’Dan kita berdua tahu, apa pun yang akan aku
lakukan,’’ tulis Kobe dalam Dear Basketball, surat perpisahannya saat pensiun
dari basket, ’’aku akan selalu menjadi bocah itu.’’

Ya, bocah 6 tahun yang selalu membayangkan
menjadi penentu kemenangan. Dengan keranjang sampah di pojok sana sebagai ring,
bola di tangan, 5 detik waktu tersisa, 5… 4… 3… 2… 1… Rest in Power,
Kobe! (irr/c5/ttg/jpg)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Terpopuler

Artikel Terbaru