28.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Dihajar Pandemi, Batas Gaji Pemain NBA Masih di Angka Rp 1,5 T

Banyak pihak memprediksi bahwa salary cap NBA musim
depan bakal terjun bebas akibat terpaan krisis kesehatan global yang mendera
seluruh dunia.

Namun, hal itu sepertinya tidak akan terjadi. Paling tidak itu menurut
prediksi mantan Wakil Presiden Memphis Grizzlies John Hollinger.

Kepada The Athletic, Hollinger mengatakan bahwa salary
cap
 NBA tidak akan terjun bebas karena sudah ada mekanisme
keuangan yang mengatur hal itu. Dia menyebut, salah satu aturan yang berlaku di
mekanisme tersebut adalah pendapatan pemain tidak berkaitan secara langsung
dengan basketball
related income
 (BRI) setiap tim.

’’Aturan ini diberlakukan memang untuk melindungi pemain atau tim dari
lonjakan maupun penurunan nilai gaji secara drastis,’’ jelas Hollinger dilansir
NBC Sports.

Hollinger menambahkan, dirinya memprediksi salary cap untuk NBA
musim 2020–2021 tetap berada di kisaran USD 109 juta (Rp 1,5 triliun). Musim
ini NBA menerapkan salary cap USD 109,14
juta (Rp 1,553 triliun).

Baca Juga :  Jadi Cadangan, Lerby Tetap Enjoy

Jika prediksi Hollinger itu benar, para pemain NBA patut bersyukur.
Penyebabnya, pada awal-awal musim NBA berhenti total akibat Covid-19, muncul
desas-desus yang menyebut salary cap bakal turun
hingga tak sampai menembus angka USD 100 juta (Rp 1,4 triliun).

Mekanisme keuangan yang dibocorkan Hollinger tersebut sebenarnya tak
hanya menguntungkan pemain. Klub juga mendapat perlindungan karena tidak akan
menghadapi lonjakan nilai gaji saat mereka mendapatkan kontrak tambahan dari
sponsor.

Sebelum mekanisme keuangan itu aktif digunakan, Hollinger menyebut
sempat ada kejadian lonjakan salary cap. Yakni, pada
2016. Saat itu NBA baru menandatangani kontrak anyar dengan jaringan televisi
pemegang hak siar. Nilai kontraknya naik signifikan.

Hasilnya, salary cap pada tahun
tersebut ikut melambung. Dari USD 70 juta (sekitar Rp 997,5 miliar) pada 2015
menjadi USD 94 juta (setara dengan Rp 1,34 triliun) pada tahun berikutnya.

Baca Juga :  Stop Beli, Fokus Jual

’’Dengan aturan mekanisme keuangan ini, semua perubahan kontrak
diharapkan bisa berjalan mulus di NBA,’’ ucap Hollinger.

Berlanjutnya musim 2019–2020 di Orlando, Florida, mulai bulan depan
turut menjamin bahwa salary cap tidak akan
turun. Sebab, dengan menggeber musim reguler dan playoff, NBA terhindar dari
kerugian yang mencapai USD 2 milar atau lebih dari Rp 28,5 triliun. Jika itu
terjadi, memang efeknya bisa merembet ke salary cap.

Analisis para ahli saat itu, jika musim dibatalkan sampai ke playoff, akan
ada penurunan salary cap hingga USD 10 juta atau sekitar Rp 142,5 miliar per
tim.

Banyak pihak memprediksi bahwa salary cap NBA musim
depan bakal terjun bebas akibat terpaan krisis kesehatan global yang mendera
seluruh dunia.

Namun, hal itu sepertinya tidak akan terjadi. Paling tidak itu menurut
prediksi mantan Wakil Presiden Memphis Grizzlies John Hollinger.

Kepada The Athletic, Hollinger mengatakan bahwa salary
cap
 NBA tidak akan terjun bebas karena sudah ada mekanisme
keuangan yang mengatur hal itu. Dia menyebut, salah satu aturan yang berlaku di
mekanisme tersebut adalah pendapatan pemain tidak berkaitan secara langsung
dengan basketball
related income
 (BRI) setiap tim.

’’Aturan ini diberlakukan memang untuk melindungi pemain atau tim dari
lonjakan maupun penurunan nilai gaji secara drastis,’’ jelas Hollinger dilansir
NBC Sports.

Hollinger menambahkan, dirinya memprediksi salary cap untuk NBA
musim 2020–2021 tetap berada di kisaran USD 109 juta (Rp 1,5 triliun). Musim
ini NBA menerapkan salary cap USD 109,14
juta (Rp 1,553 triliun).

Baca Juga :  Jadi Cadangan, Lerby Tetap Enjoy

Jika prediksi Hollinger itu benar, para pemain NBA patut bersyukur.
Penyebabnya, pada awal-awal musim NBA berhenti total akibat Covid-19, muncul
desas-desus yang menyebut salary cap bakal turun
hingga tak sampai menembus angka USD 100 juta (Rp 1,4 triliun).

Mekanisme keuangan yang dibocorkan Hollinger tersebut sebenarnya tak
hanya menguntungkan pemain. Klub juga mendapat perlindungan karena tidak akan
menghadapi lonjakan nilai gaji saat mereka mendapatkan kontrak tambahan dari
sponsor.

Sebelum mekanisme keuangan itu aktif digunakan, Hollinger menyebut
sempat ada kejadian lonjakan salary cap. Yakni, pada
2016. Saat itu NBA baru menandatangani kontrak anyar dengan jaringan televisi
pemegang hak siar. Nilai kontraknya naik signifikan.

Hasilnya, salary cap pada tahun
tersebut ikut melambung. Dari USD 70 juta (sekitar Rp 997,5 miliar) pada 2015
menjadi USD 94 juta (setara dengan Rp 1,34 triliun) pada tahun berikutnya.

Baca Juga :  Stop Beli, Fokus Jual

’’Dengan aturan mekanisme keuangan ini, semua perubahan kontrak
diharapkan bisa berjalan mulus di NBA,’’ ucap Hollinger.

Berlanjutnya musim 2019–2020 di Orlando, Florida, mulai bulan depan
turut menjamin bahwa salary cap tidak akan
turun. Sebab, dengan menggeber musim reguler dan playoff, NBA terhindar dari
kerugian yang mencapai USD 2 milar atau lebih dari Rp 28,5 triliun. Jika itu
terjadi, memang efeknya bisa merembet ke salary cap.

Analisis para ahli saat itu, jika musim dibatalkan sampai ke playoff, akan
ada penurunan salary cap hingga USD 10 juta atau sekitar Rp 142,5 miliar per
tim.

Terpopuler

Artikel Terbaru