28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Man City dan Bayern Favorit Utama, Hati-Hati Kuda Hitam di Lisbon

TIDAK salah apabila format baru knockout mulai
perempat final di Liga Champions 2019– 2020 berlabel Final Eight. Sebab, selain
dihelat di venue netral (Lisbon), tidak ada lagi dua leg dalam persaingan
menuju partai puncak.

Perubahan format sebagai imbas pandemi Covid-19 itu
diyakini membuat peluang kedua tim untuk memenangi pertandingan sama kuat.
Tidak ada waktu untuk melakukan kesalahan karena sekali saja melakukannya,
tereliminasi jadi ganjarannya.

Manchester City yang saat ini menjadi tim favorit
juara pilihan rumah bursa termasuk yang tidak suka dengan format single leg.
Musim ini City tiga kali melakoni pertandingan kompetitif di tempat netral.
Yakni, Community Shield, final Piala EFL, dan semifinal Piala FA. Semuanya di
Stadion Wembley.

Hasilnya, klub berjuluk The Citizens itu sejatinya
lebih banyak menang atau hanya gagal saat kalah oleh Arsenal di semifinal Piala
FA. Meski demikian, gelandang City Kevin De Bruyne menganggap lawan mereka di
perempat final, Olympique Lyon (OL), punya kans menang yang sama dengan
klubnya. ”Kami tidak favorit. Apalagi, mereka (OL) berhasil melewati klub
tangguh seperti Juventus (di babak 16 besar, Red),” kata KDB –inisial nama De
Bruyne– kepada Manchester Evening News.

Baca Juga :  13 Kali Beruntun Tembus Final, Hanya Takluk dari Korsel

Bayern yang menjadi favorit juara rumah bursa
setelah City pun memilih berhati-hati terhadap peluang mereka berjaya di
Lisbon. Apalagi, klub yang di babak 16 besar kemarin (9/8) menyingkirkan
Chelsea dengan agregat 7-1 itu bakal menghadapi raksasa Spanyol Barca.

”Kami harus menunjukkan antusiasme yang sama (seperti
saat menyingkirkan Chelsea di babak 16 besar, Red) ketika menghadapi Barca,”
kata der trainer Bayern Hans-Dieter Flick kepada Bild. ”Dengan sistem seperti
saat ini (single leg, Red), semua tim tidak ada yang suka menjadi favorit
karena bisa membuat terlena,” imbuh pelatih yang musim ini sudah memenangi
Bundesliga dan DFB-Pokal tersebut.

Seperti Bayern, Barca baru memastikan tiket ke
perempat final kemarin. Klub asal Catalan mencatatkan fase delapan besar kali
ke-13 setelah menang 3-1 atas SSC Napoli di Camp Nou. Barca pun menang agregat
4-2. Barca yang dalam dua musim terakhir menjadi korban epic comeback dalam
second leg perempat final tentu berbahagia dengan format saat ini.

Baca Juga :  Minions Keenam, Daftar Pebulutangkis Terkaya di Dunia 2019

”Kami tidak berpikir single leg akan lebih berpihak
kepada kami karena apa pun bisa terjadi dalam 90 menit,” ucap striker Barca
Luis Suarez yang mencetak gol penalti pertamanya di Liga Champions saat melawan
Napoli kemarin seperti dilansir Mundo Deportivo.

Di sisi lain, perempat final Liga Champions musim
ini memang layak menjadi arena kuda hitam. Sebab, ada Atalanta BC dan RB
Leipzig sebagai debutan di fase delapan besar. Bahkan, musim ini adalah
partisipasi pertama Atalanta di Liga Champions.

Juga, jangan lupakan OL yang menjadikan Liga
Champions musim ini sebagai ajang tersisa untuk bisa tetap berkiprah di Eropa
musim depan. Hal itu lantaran Les Gones –sebutan OL– mengakhiri Ligue 1 dengan
posisi di luar zona Eropa plus gagal memenangi Coupe de la Ligue untuk tiket ke
Liga Europa.

TIDAK salah apabila format baru knockout mulai
perempat final di Liga Champions 2019– 2020 berlabel Final Eight. Sebab, selain
dihelat di venue netral (Lisbon), tidak ada lagi dua leg dalam persaingan
menuju partai puncak.

Perubahan format sebagai imbas pandemi Covid-19 itu
diyakini membuat peluang kedua tim untuk memenangi pertandingan sama kuat.
Tidak ada waktu untuk melakukan kesalahan karena sekali saja melakukannya,
tereliminasi jadi ganjarannya.

Manchester City yang saat ini menjadi tim favorit
juara pilihan rumah bursa termasuk yang tidak suka dengan format single leg.
Musim ini City tiga kali melakoni pertandingan kompetitif di tempat netral.
Yakni, Community Shield, final Piala EFL, dan semifinal Piala FA. Semuanya di
Stadion Wembley.

Hasilnya, klub berjuluk The Citizens itu sejatinya
lebih banyak menang atau hanya gagal saat kalah oleh Arsenal di semifinal Piala
FA. Meski demikian, gelandang City Kevin De Bruyne menganggap lawan mereka di
perempat final, Olympique Lyon (OL), punya kans menang yang sama dengan
klubnya. ”Kami tidak favorit. Apalagi, mereka (OL) berhasil melewati klub
tangguh seperti Juventus (di babak 16 besar, Red),” kata KDB –inisial nama De
Bruyne– kepada Manchester Evening News.

Baca Juga :  13 Kali Beruntun Tembus Final, Hanya Takluk dari Korsel

Bayern yang menjadi favorit juara rumah bursa
setelah City pun memilih berhati-hati terhadap peluang mereka berjaya di
Lisbon. Apalagi, klub yang di babak 16 besar kemarin (9/8) menyingkirkan
Chelsea dengan agregat 7-1 itu bakal menghadapi raksasa Spanyol Barca.

”Kami harus menunjukkan antusiasme yang sama (seperti
saat menyingkirkan Chelsea di babak 16 besar, Red) ketika menghadapi Barca,”
kata der trainer Bayern Hans-Dieter Flick kepada Bild. ”Dengan sistem seperti
saat ini (single leg, Red), semua tim tidak ada yang suka menjadi favorit
karena bisa membuat terlena,” imbuh pelatih yang musim ini sudah memenangi
Bundesliga dan DFB-Pokal tersebut.

Seperti Bayern, Barca baru memastikan tiket ke
perempat final kemarin. Klub asal Catalan mencatatkan fase delapan besar kali
ke-13 setelah menang 3-1 atas SSC Napoli di Camp Nou. Barca pun menang agregat
4-2. Barca yang dalam dua musim terakhir menjadi korban epic comeback dalam
second leg perempat final tentu berbahagia dengan format saat ini.

Baca Juga :  Minions Keenam, Daftar Pebulutangkis Terkaya di Dunia 2019

”Kami tidak berpikir single leg akan lebih berpihak
kepada kami karena apa pun bisa terjadi dalam 90 menit,” ucap striker Barca
Luis Suarez yang mencetak gol penalti pertamanya di Liga Champions saat melawan
Napoli kemarin seperti dilansir Mundo Deportivo.

Di sisi lain, perempat final Liga Champions musim
ini memang layak menjadi arena kuda hitam. Sebab, ada Atalanta BC dan RB
Leipzig sebagai debutan di fase delapan besar. Bahkan, musim ini adalah
partisipasi pertama Atalanta di Liga Champions.

Juga, jangan lupakan OL yang menjadikan Liga
Champions musim ini sebagai ajang tersisa untuk bisa tetap berkiprah di Eropa
musim depan. Hal itu lantaran Les Gones –sebutan OL– mengakhiri Ligue 1 dengan
posisi di luar zona Eropa plus gagal memenangi Coupe de la Ligue untuk tiket ke
Liga Europa.

Terpopuler

Artikel Terbaru