30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Diduga Ada Unsur Kesengajaan, Kemunculan Titik Api Ulah Manusia

SAMPIT, PROKALTENG.CO – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), mengatakan kemunculan belasan titik panas atau hot spot di sejumlah wilayah di Kotim diduga ada unsur kesengajaan.

“Kemunculan titik api ada dugaan kesengajaan, yakni akibat ulah manusia yang membakar lahan untuk mengawali musim tanam, sehingga terdeteksi oleh satelit yang mengawas adanya titik panas,” kata Kepala BPBD Kotim, Rihel, Selasa (25/10).

Dikatakannya, dari hasil kroscek di lapangan terlihat bekas pembukaan ladang, laporan serta foto-foto dari kebakaran sesuai dengan titik panas yang terdeteksi telah ia terima dari pihak Babinsa dan Danramil melalui Dandim 1015/Sampit.

Dari laporan dan foto-foto tersebut dapat dipastikan lokasi yang titik panas tersebut rata-rata bekas dibakar untuk pembukaan lahan yang dilakukan oleh warga setempat.

Baca Juga :  Sekda Tegaskan Seleksi Perangkat Desa Transparan dan Tidak Ada Interve

Lokasi yang terbakar hampir semuanya berada jauh dari permukiman penduduk. Ketika mendapat laporan mengenai titik panas tersebut, pihak berwenang di wilayah tersebut segera bertindak melakukan pengecekan. Beruntungnya saat dicek ke lokasi tak ada kebakaran yang masih aktif atau sudah padam, hanya tersisa bekas kebakaran saja.

“Karena memang biasanya ketika satelit itu lewat dan mendeteksi hot spot, laporannya baru masuk besoknya. Makanya pas rekan di lapangan mengecek ke lokasi semua sudah padam,” jelas Rihel.

Dikatakannya, perilaku sejumlah oknum warga yang masih menggunakan metode membakar untuk membuka lahan cukup disayangkan. Padahal, pemerintah telah berkali-kali mensosialisasikan agar tidak lagi melakukan cara tersebut, lantaran dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang banyak, contohnya bencana asap yang kerap melanda Kotim dan wilayah sekitarnya beberapa tahun lalu, khususnya pada musim kemarau.

Baca Juga :  Kapolres Katingan Perluat Sinergi Wartawan dan Polisi

Rihel mengakui, kebiasaan membakar untuk pembukaan lahan ini telah menjadi kebiasaan masyarakat sejak lama, jadi memang sulit untuk dirubah. Sementara itu, sosialisasi mengenai bahaya dan dampak membakar hutan dan lahan dengan alasan apapun.

Namun, untuk merubahkan kebiasaan yang telah dilakukan turun temurun memang terbukti sulit. Upaya untuk mengedukasi masyarakat akan tetap mereka lakukan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, akan tetapi itu membutuhkan waktu dan kesabaran.

“Apalagi ini menyangkut urusan perut, memang sulit. Mereka pikir dengan membakar di dalam hutan yang jauh dari permukiman tidak akan ada yang tau, padahal masih ada satelit yang memantau,” tuturnya.

SAMPIT, PROKALTENG.CO – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), mengatakan kemunculan belasan titik panas atau hot spot di sejumlah wilayah di Kotim diduga ada unsur kesengajaan.

“Kemunculan titik api ada dugaan kesengajaan, yakni akibat ulah manusia yang membakar lahan untuk mengawali musim tanam, sehingga terdeteksi oleh satelit yang mengawas adanya titik panas,” kata Kepala BPBD Kotim, Rihel, Selasa (25/10).

Dikatakannya, dari hasil kroscek di lapangan terlihat bekas pembukaan ladang, laporan serta foto-foto dari kebakaran sesuai dengan titik panas yang terdeteksi telah ia terima dari pihak Babinsa dan Danramil melalui Dandim 1015/Sampit.

Dari laporan dan foto-foto tersebut dapat dipastikan lokasi yang titik panas tersebut rata-rata bekas dibakar untuk pembukaan lahan yang dilakukan oleh warga setempat.

Baca Juga :  Sekda Tegaskan Seleksi Perangkat Desa Transparan dan Tidak Ada Interve

Lokasi yang terbakar hampir semuanya berada jauh dari permukiman penduduk. Ketika mendapat laporan mengenai titik panas tersebut, pihak berwenang di wilayah tersebut segera bertindak melakukan pengecekan. Beruntungnya saat dicek ke lokasi tak ada kebakaran yang masih aktif atau sudah padam, hanya tersisa bekas kebakaran saja.

“Karena memang biasanya ketika satelit itu lewat dan mendeteksi hot spot, laporannya baru masuk besoknya. Makanya pas rekan di lapangan mengecek ke lokasi semua sudah padam,” jelas Rihel.

Dikatakannya, perilaku sejumlah oknum warga yang masih menggunakan metode membakar untuk membuka lahan cukup disayangkan. Padahal, pemerintah telah berkali-kali mensosialisasikan agar tidak lagi melakukan cara tersebut, lantaran dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang banyak, contohnya bencana asap yang kerap melanda Kotim dan wilayah sekitarnya beberapa tahun lalu, khususnya pada musim kemarau.

Baca Juga :  Kapolres Katingan Perluat Sinergi Wartawan dan Polisi

Rihel mengakui, kebiasaan membakar untuk pembukaan lahan ini telah menjadi kebiasaan masyarakat sejak lama, jadi memang sulit untuk dirubah. Sementara itu, sosialisasi mengenai bahaya dan dampak membakar hutan dan lahan dengan alasan apapun.

Namun, untuk merubahkan kebiasaan yang telah dilakukan turun temurun memang terbukti sulit. Upaya untuk mengedukasi masyarakat akan tetap mereka lakukan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, akan tetapi itu membutuhkan waktu dan kesabaran.

“Apalagi ini menyangkut urusan perut, memang sulit. Mereka pikir dengan membakar di dalam hutan yang jauh dari permukiman tidak akan ada yang tau, padahal masih ada satelit yang memantau,” tuturnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru