25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Kalangkala, Buah Hutan Kalimantan yang Jadi Pelengkap Masyarakat Banjar

KALANGKALA ialah buah hutan asal Kalimantan yang cukup susah ditemui di pasaran. Berbuah musiman. Peminatnya dari kalangan tertentu saja, seperti orang tua atau cocok-cocokan di lidah penikmatnya.

Bagi masyarakat Banjar, buah kalangkala disajikan sebagai menu pelengkap untuk sayur atau lauk utama yang dihidangkan dengan sambal dan nasi hangat.

Penjual buah kalangkala di Pasar Batuah Martapura, Hamdiyah menceritakan buah yang didagangkannya itu berasal dari gunung di daerah Pengaron. Karakteristik buahnya berbentuk bulat, berwarna hijau pucat ketika masih mentah. “Kalau sudah matang warnanya merah muda,” banding wanita berusia 52 tahun itu. “Untuk rasanya seperti buah alpukat, berlemak, dan ada rasa asam manisnya,” tambahnya.

Kalangkala kala musim penghujan buahnya akan besar-besar. “Musim kemarau ini sedikit buahnya, dan kecil-kecil seperti yang saya jual ini,” tunjuknya.

Kalangkala dijualnya dengan harga Rp6 ribu per 10 buah. “Harganya lebih murah kalau masuk musimnya seperti di bulan Desember waktu musim hujan, karena buahnya banyak,” ucapnya.

Baca Juga :  Edarkan Uang Palsu, Warga Jakarta Ini Ditangkap Polisi Hulu Sungai Tengah

Hamdiyah menyebut di Kabupaten Banjar ada kepercayaan menggunakan biji kalangkala sebagai obat alternatif menyembuhkan penyakit belawa (gondongan). “Caranya, biji buah kalangkala diiris tipis, lalu ditambah satu sendok cuka lahang. Campur dengan air hangat secukupnya. Nanti jadi mengental seperti lender, dan tinggal oleskan di area bengkaknya,” tuturnya.

Penyuka buah kalangkala, Rusmidah berbagi tips cara mencicipinya. Pertama, lepas kelopaknya. Cuci bersih buah kalangkala tersebut. Berikutnya, rebus air dalam panci hingga mendidih.

Lalu diamkan sejenak agar berkurang suhu panasnya menjadi hangat. Masukan buah kalangkala ke dalam air hangat tadi. Beri sedikit garam, penyedap rasa, dan irisan bawang merah. Bagi yang suka pedas bisa masukan cabai. Diamkan sekitar satu jam atau hingga daging buah sudah terasa empuk.

Apabila ingin rasanya lebih asam bisa didiamkan selama satu malam. “Bisa jadi sayur atau lauk utama. Paling enak dimakan dengan nasi hangat. Kalau saya, enaknya ditambah sambal terasi, rasanya gurih dan nikmat,” nilainya.

Baca Juga :  Kabur dengan Kondisi Positif Covid- 19, Buronan Ini Ditangkap Polisi

Untuk diketahui, berdasarkan hasil penelitian dari Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, menunjukkan bahwa kadar air buah kalangkala cukup tinggi yaitu 74,99 persen dibandingkan buah binjai.

Kalangkala cukup dominan mengandung lemak yakni 1,67 persen, protein 8,40 persen, dan serat kasarnya 10,57 persen. Hasil penelitian itu terangkum dalam jurnal setebal 15 halaman yang berjudul Identifikasi Komponen Kimia Buah Kalangkala dan Binjai sebagai Bahan Pangan.

Dari uji laboratorium tersebut menunjukkan bahwa kandungan serat buah kalangkala cukup tinggi. Hal itu dapat dimanfaatkan sebagai sumber serat pangan. Sementara pada bagian tepung biji kalangkala kandungan lemaknya cukup tinggi sebesar 36,72 persen, dan kandungan proteinnya 16,80 persen. (mr-159/gr/dye/jpg)

KALANGKALA ialah buah hutan asal Kalimantan yang cukup susah ditemui di pasaran. Berbuah musiman. Peminatnya dari kalangan tertentu saja, seperti orang tua atau cocok-cocokan di lidah penikmatnya.

Bagi masyarakat Banjar, buah kalangkala disajikan sebagai menu pelengkap untuk sayur atau lauk utama yang dihidangkan dengan sambal dan nasi hangat.

Penjual buah kalangkala di Pasar Batuah Martapura, Hamdiyah menceritakan buah yang didagangkannya itu berasal dari gunung di daerah Pengaron. Karakteristik buahnya berbentuk bulat, berwarna hijau pucat ketika masih mentah. “Kalau sudah matang warnanya merah muda,” banding wanita berusia 52 tahun itu. “Untuk rasanya seperti buah alpukat, berlemak, dan ada rasa asam manisnya,” tambahnya.

Kalangkala kala musim penghujan buahnya akan besar-besar. “Musim kemarau ini sedikit buahnya, dan kecil-kecil seperti yang saya jual ini,” tunjuknya.

Kalangkala dijualnya dengan harga Rp6 ribu per 10 buah. “Harganya lebih murah kalau masuk musimnya seperti di bulan Desember waktu musim hujan, karena buahnya banyak,” ucapnya.

Baca Juga :  Edarkan Uang Palsu, Warga Jakarta Ini Ditangkap Polisi Hulu Sungai Tengah

Hamdiyah menyebut di Kabupaten Banjar ada kepercayaan menggunakan biji kalangkala sebagai obat alternatif menyembuhkan penyakit belawa (gondongan). “Caranya, biji buah kalangkala diiris tipis, lalu ditambah satu sendok cuka lahang. Campur dengan air hangat secukupnya. Nanti jadi mengental seperti lender, dan tinggal oleskan di area bengkaknya,” tuturnya.

Penyuka buah kalangkala, Rusmidah berbagi tips cara mencicipinya. Pertama, lepas kelopaknya. Cuci bersih buah kalangkala tersebut. Berikutnya, rebus air dalam panci hingga mendidih.

Lalu diamkan sejenak agar berkurang suhu panasnya menjadi hangat. Masukan buah kalangkala ke dalam air hangat tadi. Beri sedikit garam, penyedap rasa, dan irisan bawang merah. Bagi yang suka pedas bisa masukan cabai. Diamkan sekitar satu jam atau hingga daging buah sudah terasa empuk.

Apabila ingin rasanya lebih asam bisa didiamkan selama satu malam. “Bisa jadi sayur atau lauk utama. Paling enak dimakan dengan nasi hangat. Kalau saya, enaknya ditambah sambal terasi, rasanya gurih dan nikmat,” nilainya.

Baca Juga :  Kabur dengan Kondisi Positif Covid- 19, Buronan Ini Ditangkap Polisi

Untuk diketahui, berdasarkan hasil penelitian dari Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, menunjukkan bahwa kadar air buah kalangkala cukup tinggi yaitu 74,99 persen dibandingkan buah binjai.

Kalangkala cukup dominan mengandung lemak yakni 1,67 persen, protein 8,40 persen, dan serat kasarnya 10,57 persen. Hasil penelitian itu terangkum dalam jurnal setebal 15 halaman yang berjudul Identifikasi Komponen Kimia Buah Kalangkala dan Binjai sebagai Bahan Pangan.

Dari uji laboratorium tersebut menunjukkan bahwa kandungan serat buah kalangkala cukup tinggi. Hal itu dapat dimanfaatkan sebagai sumber serat pangan. Sementara pada bagian tepung biji kalangkala kandungan lemaknya cukup tinggi sebesar 36,72 persen, dan kandungan proteinnya 16,80 persen. (mr-159/gr/dye/jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru