30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

BKSDA: Bayi 20 Bulan Diduga Dimakan Buaya Sungai Cempaga

SAMPIT – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kotim sudah
mengecek langsung ke lapangan terkait kematian Joel. Bayi berusia 20 bulan itu
diduga kuat dimakan buaya pekan lalu. Pengecekan ini dilakukan langsung Komandan
Pos BKSDA Kotim Muriansyah ke Desa Luwuk Bunter, Kecamatan Cempaga Selasa
(24/9) pagi. Saat itu, Muriansyah datang langsung ke rumah Ambo dan Kristina
Seli, yang merupakan orang tua Joel.

Ambo dan istrinya, Kristina Seli mengaku
penasaran dengan buaya yang diduga menyerang anaknya tersebut. “Bahkan sebelum
anaknya meninggal tersebut, kemunculan buaya sering terjadi di belakang rumah
kami ini. Rumah kami ini langsung berhadapan dengan Sungai Cempaga. Warga sering
melihat kemunculan buaya ini timbul dan tenggelam di aliran Sungai Cempaga.
Inilah yang menguatkan kami bahwa anak kami ini dibawa oleh buaya,” kata Ambo
kepada Kalteng Pos, Selasa (24/9).

Dijelaskan Ambo, saat kejadian,
istrinya sedang mandi di kamar mandi. “Semua pintu ditutup, dan ada pintu di belakang
yang terbuka. Itu pun jika dibuka mengeluarkan suara nyaring. Bahkan Joel itu
ditemani kakaknya yang nomor 2 untuk bermain. Setelah istrinya selesai mandi,
dada istri saya berdetak kencang dan tidak karuan. Eh, ternyata anak nomor 3
ini sudah hilang dan tetangga pun sempat hebohkan dengan hilangnya anak kami ini,”
ungkapnya.

Baca Juga :  Gara-Gara Menulis Soal Ini, Oknum Guru Dipolisikan

Setelah sekitar 3 hari mencari, dan
sempat melibatkan paranormal, akhirnya mayat Joel ditemukan. “Pawang buaya
mengatakan, anak kami akan ketemu jam 10.00 WIB di lokasi yang ditemukan. Setelah
ditelusuri, ternyata memang benar anak kami ditemukan sekitar 800 meter dari
rumah dari Sungai Cempaga tersebut. Anak saya sudah meninggal,” katanya.

Ambo bersama istri tidak bisa
menyembunyikan kesedihan terkait kematian anak ketiga mereka itu. “Maunya kami,
buaya yang memakan anak kami ini harus mati. Tapi kami lakukan lewat jalur adat
terlebih dahulu untuk memanggil buaya yang memakan anak kami. Kata pawang buaya,
bisa dipindahkan ke daerah lain saja buaya. Jadi kami akan mengikuti apa kata
pawang buaya tersebut,” akuinya.

Sementara Komandan BKSDA Kotim
Muriansyah mengatakan, berdasarkan hasil diskusi dan wawancara dengan pihak
keluarga dan juga keterangan beberapa warga, di Sungai Cempaga saat ini diduga
ada buaya. “Anak Ambo ini diduga kuat dimakan oleh buaya, dan kayanya dibawa
juga oleh buaya ke aliran Sungai Pabet, anak Sungai Cempaga. Dilihat dari
kondisi anak tersebut, memang buaya yang memakannya,” jelasnya, Selasa (24/9).

Baca Juga :  Uang dan Motor Paman Dicuri, Pemuda Ini Diciduk di Kebun Sawit

Muriansyah menambahkan, setelah berdiskusi
dengan pihak keluarga untuk memasang perangkap ataupun memancing buaya ditunda
terlebih dahulu. Sebab keluarga akan melakukan ritual pemanggilan buaya.
Apalagi saat pencarian si Joel menggunakan cara mistis dengan cara adat, yakni
menyerupai buaya.

“Saya takutnya jika menggunakan
perangkap dan memancing buaya, yang kena nanti menyerupai buaya. Jadi, saya
akan mengikuti sampai ada kelanjutan dari pihak keluarga untuk menangkap buaya
ini,” tegasnya.

Berdasarkan pantauan di Sungai
Pabet dan juga Sungai Cempaga, lokasi penemuan mayat Joel, ditemukan lokasi yang
sering dijadikan tempat jemur buaya. Ini berdasarkan hasil wawancara dengan
salah satu petugas yang membuka lahan di lokasi tersebut. “Bahkan mereka
melihat langsung kemunculan buaya,” ujarnya.

Keberadaan buaya bisa saja terjadi.
Karena ekosistemnya rusak. Misalnya ketersediaan makanan di sungai kurang, atau
kerusakan alam disebabkan pembukaan lahan dan lain sebagainya. “Kemungkinan ini
bisa terjadi, sebab tempat tinggal mereka atau lokasi mencari makannya menjadi
berkurang, inilah yang menyebabkan buaya akan mencari mangsa lain selain
makanan yang ada di sungai,” tutupnya.  (rif/ens/ctk/nto)

SAMPIT – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kotim sudah
mengecek langsung ke lapangan terkait kematian Joel. Bayi berusia 20 bulan itu
diduga kuat dimakan buaya pekan lalu. Pengecekan ini dilakukan langsung Komandan
Pos BKSDA Kotim Muriansyah ke Desa Luwuk Bunter, Kecamatan Cempaga Selasa
(24/9) pagi. Saat itu, Muriansyah datang langsung ke rumah Ambo dan Kristina
Seli, yang merupakan orang tua Joel.

Ambo dan istrinya, Kristina Seli mengaku
penasaran dengan buaya yang diduga menyerang anaknya tersebut. “Bahkan sebelum
anaknya meninggal tersebut, kemunculan buaya sering terjadi di belakang rumah
kami ini. Rumah kami ini langsung berhadapan dengan Sungai Cempaga. Warga sering
melihat kemunculan buaya ini timbul dan tenggelam di aliran Sungai Cempaga.
Inilah yang menguatkan kami bahwa anak kami ini dibawa oleh buaya,” kata Ambo
kepada Kalteng Pos, Selasa (24/9).

Dijelaskan Ambo, saat kejadian,
istrinya sedang mandi di kamar mandi. “Semua pintu ditutup, dan ada pintu di belakang
yang terbuka. Itu pun jika dibuka mengeluarkan suara nyaring. Bahkan Joel itu
ditemani kakaknya yang nomor 2 untuk bermain. Setelah istrinya selesai mandi,
dada istri saya berdetak kencang dan tidak karuan. Eh, ternyata anak nomor 3
ini sudah hilang dan tetangga pun sempat hebohkan dengan hilangnya anak kami ini,”
ungkapnya.

Baca Juga :  Gara-Gara Menulis Soal Ini, Oknum Guru Dipolisikan

Setelah sekitar 3 hari mencari, dan
sempat melibatkan paranormal, akhirnya mayat Joel ditemukan. “Pawang buaya
mengatakan, anak kami akan ketemu jam 10.00 WIB di lokasi yang ditemukan. Setelah
ditelusuri, ternyata memang benar anak kami ditemukan sekitar 800 meter dari
rumah dari Sungai Cempaga tersebut. Anak saya sudah meninggal,” katanya.

Ambo bersama istri tidak bisa
menyembunyikan kesedihan terkait kematian anak ketiga mereka itu. “Maunya kami,
buaya yang memakan anak kami ini harus mati. Tapi kami lakukan lewat jalur adat
terlebih dahulu untuk memanggil buaya yang memakan anak kami. Kata pawang buaya,
bisa dipindahkan ke daerah lain saja buaya. Jadi kami akan mengikuti apa kata
pawang buaya tersebut,” akuinya.

Sementara Komandan BKSDA Kotim
Muriansyah mengatakan, berdasarkan hasil diskusi dan wawancara dengan pihak
keluarga dan juga keterangan beberapa warga, di Sungai Cempaga saat ini diduga
ada buaya. “Anak Ambo ini diduga kuat dimakan oleh buaya, dan kayanya dibawa
juga oleh buaya ke aliran Sungai Pabet, anak Sungai Cempaga. Dilihat dari
kondisi anak tersebut, memang buaya yang memakannya,” jelasnya, Selasa (24/9).

Baca Juga :  Uang dan Motor Paman Dicuri, Pemuda Ini Diciduk di Kebun Sawit

Muriansyah menambahkan, setelah berdiskusi
dengan pihak keluarga untuk memasang perangkap ataupun memancing buaya ditunda
terlebih dahulu. Sebab keluarga akan melakukan ritual pemanggilan buaya.
Apalagi saat pencarian si Joel menggunakan cara mistis dengan cara adat, yakni
menyerupai buaya.

“Saya takutnya jika menggunakan
perangkap dan memancing buaya, yang kena nanti menyerupai buaya. Jadi, saya
akan mengikuti sampai ada kelanjutan dari pihak keluarga untuk menangkap buaya
ini,” tegasnya.

Berdasarkan pantauan di Sungai
Pabet dan juga Sungai Cempaga, lokasi penemuan mayat Joel, ditemukan lokasi yang
sering dijadikan tempat jemur buaya. Ini berdasarkan hasil wawancara dengan
salah satu petugas yang membuka lahan di lokasi tersebut. “Bahkan mereka
melihat langsung kemunculan buaya,” ujarnya.

Keberadaan buaya bisa saja terjadi.
Karena ekosistemnya rusak. Misalnya ketersediaan makanan di sungai kurang, atau
kerusakan alam disebabkan pembukaan lahan dan lain sebagainya. “Kemungkinan ini
bisa terjadi, sebab tempat tinggal mereka atau lokasi mencari makannya menjadi
berkurang, inilah yang menyebabkan buaya akan mencari mangsa lain selain
makanan yang ada di sungai,” tutupnya.  (rif/ens/ctk/nto)

Terpopuler

Artikel Terbaru