30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Hutan Masih Perawan, Tanjakannya Bikin Ngos-ngosan

Pemerintah
Kabupaten Katingan sedang mengusulkan pembentukan Taman Hutan Raya (Tahura).
Lokasinya ditetapkan di Bukit Bala, Desa Tumbang Manggo, Kecamatan Sanaman
Mantikei. Untuk melihat secara langsung lokasi itu, Bupati Katingan Sakariyas bersama
rombongan melakukan ekspedisi. Penulis (Kalteng Pos) ikut serta dalam rombongan
itu.  

 

JERI SP, Kasongan

 

KEGIATAN ekspedisi ke
Bukit Bala sebenarnya dilakukan Minggu lalu. Namun karena adanya banjir musiman
di wilayah hulu, sehingga ditunda pelaksanaannya ke hari Selasa (21/7).
Sebelumnya saya (penulis) tidak berencana ikut kegiatan
ini. Namun, ketika bertemu dengan Bupati Katingan Sakariyas di kediamannya pada
Minggu malam, beliau mengajak saya untuk ikut serta.

“Hari Selasa ikut
ya kita ke Bukit Bala, sambil olahraga saja,” kata bupati saat itu. Tanpa
pikir panjang, saya pun langsung menyetujui. Selasa pagi sekitar pukul 06.00 WIB,
saya bergegas ke kediaman bupati. Sesampai dirumah orang nomor satu di Katingan
itu, saya ditawarkan minuman madu bercampur jamu.

“Ini jamu anti-covid.
Dicampur dengan madu. Untuk jaga stamina kita,” kata bupati sambil meracik
sendiri jamu itu untuk saya.

Setelah berbagai
persiapan, sekitar pukul 07.30 WIB rombongan pun siap berangkat. Menuju Desa
Tumbang Manggo dengan menumpangi mobil. Kurang lebih dua jam perjalanan, kami
pun sampai di desa itu. Beristirahat sejenak di Guest House milik perusahaan
HPH PT Dwima.

Baca Juga :  Katingan Hilir Menjadi Prioritas Program BRS

Setelah itu, barulah  kami berangkat menuju Bukit Bala. Jarak tempuh
kurang lebih setengah jam. Sesampai di lokasi, jarum jam menunjukkan pukul
11.00 WIB. Begitu rombongan kumpul di kaki bukit, pendakian bukit yang
tingginya sekitar 400 meter itu pun dimulai. Bukit Bala ini memang tidak terlalu
tinggi. Namun tanjakannya cukup menguras tenaga.

Membuat napas
ngos-ngosan. Beberapa kali saya harus istirahat. Untungnya jalur pendakian tak terkena
langsung sinar matahari karena terlindung oleh pohon-pohon besar. Hutannya tak
pernah disentuh alias masih perawan. Di tempat itu tumbuh berbagai jenis pohon.
Ada yang ukurannya besar dengan diameternya 3 hingga 4 meter.

“Ini memang tidak
pernah disentuh. Ini (hutan, red) masih asli dan betul-betul terjaga,”
kata Manajer Perusahaan PT Dwima Harsono ketika kami beristirahat di tengah
pendakian.

Pendakian dilanjutkan.
Saya ditemani Kepala Dinas PUPR Kabupaten Katingan Christian Rain. Sementara
rombongan Bupati Katingan Sakariyas yang terlebih dahulu naik, sudah tak terlihat
lagi. Walaupun terasa lelah dan kaki terasa berat melangkah, tapi saya tetap
semangat untuk mencapai puncak bukit.

Bulir-bulir keringat
berjatuhan. Tak sedikit dari rombongan kami memilih balik kanan. Kembali ke
kaki bukit. Tak sanggup melanjutkan pendakian. Setelah berjuang selama kurang
lebih satu jam, akhirnya saya bisa mencapai puncak Bukit Bala. Rasa lelah pun hilang
seketika.

Baca Juga :  Setelah Dua Tahun Kepemimpinan Sakariyas-Sunardi, Ini Target Selanjutn

“Salut bisa sampai
ke puncak,” kata Kabag Pemerintahan Setda Katingan Deddy Ferras kepada
saya.

Setelah istirahat
sejenak, sejumlah wartawan yang ikut pendakian langsung mewawancarai bupati.
Dijelaskan bupati, luas Bukit Bala sekitar 2.800 hektare (ha). Kawasan itu yang
akan dijadikan Tahura. Pemkab ingin membuktikan kepada dunia luar bahwa Katingan
merupakan konservasi untuk Borneo.

“Saya sangat
senang sekali, hari ini (Selasa, red) kita bisa bersama-sama melihat langsung bukit
ini. Sangat luar biasa. Ini pertama saya ke sini. Hutan yang sangat asli. Silakan
masyarakat dari mana saja untuk datang melihat langsung hutan ini,” ucap
Sakariyas.

Bupati berharap ke depannya Bukit Bala dijadikan
objek wisata. Apalagi akses menuju lokasi pun tak jauh. Setelah puas menikmati
keindahan alam di bukit itu, rombongan pun turun ke kaki bukit melewati jalan
yang sama. Saat turun, perjalanan terasa lebih cepat. Dari Bukit Bala, rombongan
bergegas ke Bukit Kecubung. Lokasinya sangat jauh. Di tempat itu tak banyak
yang kami lakukan. Hanya sekadar melihat pohon Ulin. Kemudian rombongan kembali
ke Kasongan dan tiba pukul 20.30 WIB.

Pemerintah
Kabupaten Katingan sedang mengusulkan pembentukan Taman Hutan Raya (Tahura).
Lokasinya ditetapkan di Bukit Bala, Desa Tumbang Manggo, Kecamatan Sanaman
Mantikei. Untuk melihat secara langsung lokasi itu, Bupati Katingan Sakariyas bersama
rombongan melakukan ekspedisi. Penulis (Kalteng Pos) ikut serta dalam rombongan
itu.  

 

JERI SP, Kasongan

 

KEGIATAN ekspedisi ke
Bukit Bala sebenarnya dilakukan Minggu lalu. Namun karena adanya banjir musiman
di wilayah hulu, sehingga ditunda pelaksanaannya ke hari Selasa (21/7).
Sebelumnya saya (penulis) tidak berencana ikut kegiatan
ini. Namun, ketika bertemu dengan Bupati Katingan Sakariyas di kediamannya pada
Minggu malam, beliau mengajak saya untuk ikut serta.

“Hari Selasa ikut
ya kita ke Bukit Bala, sambil olahraga saja,” kata bupati saat itu. Tanpa
pikir panjang, saya pun langsung menyetujui. Selasa pagi sekitar pukul 06.00 WIB,
saya bergegas ke kediaman bupati. Sesampai dirumah orang nomor satu di Katingan
itu, saya ditawarkan minuman madu bercampur jamu.

“Ini jamu anti-covid.
Dicampur dengan madu. Untuk jaga stamina kita,” kata bupati sambil meracik
sendiri jamu itu untuk saya.

Setelah berbagai
persiapan, sekitar pukul 07.30 WIB rombongan pun siap berangkat. Menuju Desa
Tumbang Manggo dengan menumpangi mobil. Kurang lebih dua jam perjalanan, kami
pun sampai di desa itu. Beristirahat sejenak di Guest House milik perusahaan
HPH PT Dwima.

Baca Juga :  Katingan Hilir Menjadi Prioritas Program BRS

Setelah itu, barulah  kami berangkat menuju Bukit Bala. Jarak tempuh
kurang lebih setengah jam. Sesampai di lokasi, jarum jam menunjukkan pukul
11.00 WIB. Begitu rombongan kumpul di kaki bukit, pendakian bukit yang
tingginya sekitar 400 meter itu pun dimulai. Bukit Bala ini memang tidak terlalu
tinggi. Namun tanjakannya cukup menguras tenaga.

Membuat napas
ngos-ngosan. Beberapa kali saya harus istirahat. Untungnya jalur pendakian tak terkena
langsung sinar matahari karena terlindung oleh pohon-pohon besar. Hutannya tak
pernah disentuh alias masih perawan. Di tempat itu tumbuh berbagai jenis pohon.
Ada yang ukurannya besar dengan diameternya 3 hingga 4 meter.

“Ini memang tidak
pernah disentuh. Ini (hutan, red) masih asli dan betul-betul terjaga,”
kata Manajer Perusahaan PT Dwima Harsono ketika kami beristirahat di tengah
pendakian.

Pendakian dilanjutkan.
Saya ditemani Kepala Dinas PUPR Kabupaten Katingan Christian Rain. Sementara
rombongan Bupati Katingan Sakariyas yang terlebih dahulu naik, sudah tak terlihat
lagi. Walaupun terasa lelah dan kaki terasa berat melangkah, tapi saya tetap
semangat untuk mencapai puncak bukit.

Bulir-bulir keringat
berjatuhan. Tak sedikit dari rombongan kami memilih balik kanan. Kembali ke
kaki bukit. Tak sanggup melanjutkan pendakian. Setelah berjuang selama kurang
lebih satu jam, akhirnya saya bisa mencapai puncak Bukit Bala. Rasa lelah pun hilang
seketika.

Baca Juga :  Setelah Dua Tahun Kepemimpinan Sakariyas-Sunardi, Ini Target Selanjutn

“Salut bisa sampai
ke puncak,” kata Kabag Pemerintahan Setda Katingan Deddy Ferras kepada
saya.

Setelah istirahat
sejenak, sejumlah wartawan yang ikut pendakian langsung mewawancarai bupati.
Dijelaskan bupati, luas Bukit Bala sekitar 2.800 hektare (ha). Kawasan itu yang
akan dijadikan Tahura. Pemkab ingin membuktikan kepada dunia luar bahwa Katingan
merupakan konservasi untuk Borneo.

“Saya sangat
senang sekali, hari ini (Selasa, red) kita bisa bersama-sama melihat langsung bukit
ini. Sangat luar biasa. Ini pertama saya ke sini. Hutan yang sangat asli. Silakan
masyarakat dari mana saja untuk datang melihat langsung hutan ini,” ucap
Sakariyas.

Bupati berharap ke depannya Bukit Bala dijadikan
objek wisata. Apalagi akses menuju lokasi pun tak jauh. Setelah puas menikmati
keindahan alam di bukit itu, rombongan pun turun ke kaki bukit melewati jalan
yang sama. Saat turun, perjalanan terasa lebih cepat. Dari Bukit Bala, rombongan
bergegas ke Bukit Kecubung. Lokasinya sangat jauh. Di tempat itu tak banyak
yang kami lakukan. Hanya sekadar melihat pohon Ulin. Kemudian rombongan kembali
ke Kasongan dan tiba pukul 20.30 WIB.

Terpopuler

Artikel Terbaru