30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

26 Anggota Teroris Bersenjata Papua Kembali ke NKR

PROKALTENG.CO-Satgas Nemangkawi tidak hanya melakukan operasi militer untuk menumpas kelompok kriminal teroris bersenjata (KKTB). Mereka juga melakukan upaya persuasif berupa dialog. Langkah kedua itu cukup membawa hasil. Buktinya, hingga kini sudah ada 26 anggota KKTB yang memilih kembali ke pangkuan NKRI.

Kasatgas Humas Operasi Nemangkawi Kombespol M. Iqbal Alqudusy menjelaskan, satgas berdialog dengan upaya preemtif dan preventif. Bentuknya berupa kegiatan-kegiatan yang membantu meningkatkan perekonomian warga. Misalnya, penyaluran bibit pertanian, perikanan, peternakan, binmas noken, dan bakti sosial. ”Ini terbukti efektif,” katanya.

Tercatat sejak Januari hingga Juni 2021, terdapat 26 anggota KKTB yang menyerahkan diri. Mereka lantas berjanji setia ke NKRI. ”Saat menyerahkan diri, mereka juga membawa senjata api untuk diberikan ke petugas,” terangnya. Terdapat 3 pucuk senjata api, 4 magasin, 87 amunisi, dan 1 granat yang telah diserahkan mantan anggota KKTB tersebut.

Baca Juga :  KPK Tambah Personel Satgas Cari Kader PDIP Harun Masiku

Dia menjelaskan, pendekatan dialog juga dilakukan terhadap tokoh-tokoh Papua. Terdapat 166 tokoh Papua yang selama ini mendapatkan perhatian. ”Kami galang semuanya,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia menerangkan, operasi Nemangkawi tahap II akan dilaksanakan secara kewilayahan oleh Polda Papua. ”Operasi tahap II ini dimulai 1 Juli,” jelasnya dalam keterangan tertulis kemarin.

Pada bagian lain, pengamat terorisme Al Chaidar menjelaskan, pendekatan dialog terhadap KKTB memang diperlukan. Sebab, pendekatan militer atau represif saja tidak akan bisa menuntaskan persoalan KKTB. ”Dialog yang pasti akan menjadi solusi,” ujarnya.

Dalam banyak sejarah, sebuah konflik bersenjata hanya bisa dituntaskan dengan dialog. Misalnya, pada masa Gerakan Aceh Merdeka (GAM). ”Kalau tidak ada dialog, tidak akan selesai masalah di wilayah konflik. Harus ada jalan tengah,” paparnya.

Baca Juga :  KMP Unicee Tenggelam di Perairan Gilimanuk

Meski begitu, pendekatan militer juga diperlukan. Terutama untuk menekan kemungkinan aksi bersenjata yang dilakukan KKTB. ”Aksi teror juga harus dihentikan,” tegasnya.

Apalagi, belakangan ini KKTB makin aktif melakukan serangan. Yang terakhir, seorang kepala suku dan tiga pekerja bangunan ditembak.

PROKALTENG.CO-Satgas Nemangkawi tidak hanya melakukan operasi militer untuk menumpas kelompok kriminal teroris bersenjata (KKTB). Mereka juga melakukan upaya persuasif berupa dialog. Langkah kedua itu cukup membawa hasil. Buktinya, hingga kini sudah ada 26 anggota KKTB yang memilih kembali ke pangkuan NKRI.

Kasatgas Humas Operasi Nemangkawi Kombespol M. Iqbal Alqudusy menjelaskan, satgas berdialog dengan upaya preemtif dan preventif. Bentuknya berupa kegiatan-kegiatan yang membantu meningkatkan perekonomian warga. Misalnya, penyaluran bibit pertanian, perikanan, peternakan, binmas noken, dan bakti sosial. ”Ini terbukti efektif,” katanya.

Tercatat sejak Januari hingga Juni 2021, terdapat 26 anggota KKTB yang menyerahkan diri. Mereka lantas berjanji setia ke NKRI. ”Saat menyerahkan diri, mereka juga membawa senjata api untuk diberikan ke petugas,” terangnya. Terdapat 3 pucuk senjata api, 4 magasin, 87 amunisi, dan 1 granat yang telah diserahkan mantan anggota KKTB tersebut.

Baca Juga :  KPK Tambah Personel Satgas Cari Kader PDIP Harun Masiku

Dia menjelaskan, pendekatan dialog juga dilakukan terhadap tokoh-tokoh Papua. Terdapat 166 tokoh Papua yang selama ini mendapatkan perhatian. ”Kami galang semuanya,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia menerangkan, operasi Nemangkawi tahap II akan dilaksanakan secara kewilayahan oleh Polda Papua. ”Operasi tahap II ini dimulai 1 Juli,” jelasnya dalam keterangan tertulis kemarin.

Pada bagian lain, pengamat terorisme Al Chaidar menjelaskan, pendekatan dialog terhadap KKTB memang diperlukan. Sebab, pendekatan militer atau represif saja tidak akan bisa menuntaskan persoalan KKTB. ”Dialog yang pasti akan menjadi solusi,” ujarnya.

Dalam banyak sejarah, sebuah konflik bersenjata hanya bisa dituntaskan dengan dialog. Misalnya, pada masa Gerakan Aceh Merdeka (GAM). ”Kalau tidak ada dialog, tidak akan selesai masalah di wilayah konflik. Harus ada jalan tengah,” paparnya.

Baca Juga :  KMP Unicee Tenggelam di Perairan Gilimanuk

Meski begitu, pendekatan militer juga diperlukan. Terutama untuk menekan kemungkinan aksi bersenjata yang dilakukan KKTB. ”Aksi teror juga harus dihentikan,” tegasnya.

Apalagi, belakangan ini KKTB makin aktif melakukan serangan. Yang terakhir, seorang kepala suku dan tiga pekerja bangunan ditembak.

Terpopuler

Artikel Terbaru