30.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Psikolog : Terinfeksi Virus Corona Bukan Aib, Lho!

VIRUS
corona masih menjadi isu kesehatan yang hangat sampai saat ini. Sayangnya,
virus yang juga disebut COVID-19 ini, memunculkan beberapa stigma di masyarakat
yang justru menyedihkan.

Beberapa orang menganggap bahwa menjadi pasien positif coronavirus adalah
sebuah aib yang menjijikan bagi si penderita, bahkan termasuk keluarganya. Anda
harus tahu, terinfeksi virus corona bukan berarti aib, lho!

Semakin hari, penambahan kasus positif corona semakin membuat
banyak orang takut dengan penyebaran virus yang pertama kali ditemukan di Kota
Wuhan, Tiongkok ini.

Sayangnya, sekarang muncul stigma akibat
ketakutan berlebih terhadap penyakit ini. Bahkan, stigma bisa muncul pada orang
yang baru menunjukkan gejala ringan, seperti batuk atau bersin saja.

Akhirnya, banyak pasien yang sebenarnya
positif virus corona mencoba menutupi agar tidak mendapat stigma. Ini juga
dilakukan oleh anggota keluarga yang lain, demi tidak mendapat pandangan buruk
dari sekitar.

Baca Juga :  Divonis 7 Tahun Penjara, Denda Rp400 Juta dan Ganti Uang Negara Rp19 M

Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi,
seorang psikolog dari KlikDokter, stigma ini muncul karena rasa khawatir
berlebih. Jadi bisa disimpulkan bahwa stigma adalah hasil atau produk dari
pikiran tidak logis akibat seseorang yang sedang takut.

“Mereka takut dapat stigma sosial
dari orang sekitar. Karena misalnya ada orang sekitarnya tahu, tidak usah
sampai positif corona, baru gejalanya saja seperti batuk dan pilek, itu sudah
bisa bikin orang takut dan tidak mau dekat dengan orang tersebut,” ujar
Ikhsan.

“Oleh karena itu, daripada dikucilkan oleh pergaulan
sosial lebih baik menutupi hal tersebut. Hal ini untuk memenuhi rasa aman dan
nyaman dari orang tersebut,” ungkap Ikhsan.

Menurut psikolog muda tersebut, jika
sampai ada kasus dikucilkan itu, rasa tidak nyaman akan timbul dari setiap
orang yang diperlakukan seperti itu. Sehingga supaya aman, mereka menutupinya.

Baca Juga :  Cerita Santri di Tangerang Dapat Bantuan Kacamata Gratis BRI

Kesimpulannya, didiagnosis menjadi pasien
positif virus corona bukanlah sebuah aib, ya! Bukti jelas menunjukkan, stigma
yang ditimbulkan pada pasien virus corona malah dapat memperlambat penanganan
dan malah memperluas penyebaran penyakit.

Hal yang harus kita lakukan adalah
membangun kepercayaan pada petugas kesehatan, seperti dokter dan perawat,
menunjukkan empati pada mereka yang terkena COVID-19, dan memahami penyakit itu
sendiri.

Kita perlu melakukan langkah yang
dianjurkan oleh pemerintah serta dokter, sehingga diri sendiri dan orang lain
tetap aman.

Untuk memerangi stigma tersebut, kita
perlu menciptakan lingkungan yang jujur dan terbuka, sehingga semuanya bisa
didiskusikan serta ditangani dengan baik. Siapa pun, berperan penting mencegah
dan menghentikan stigma COVID-19.

VIRUS
corona masih menjadi isu kesehatan yang hangat sampai saat ini. Sayangnya,
virus yang juga disebut COVID-19 ini, memunculkan beberapa stigma di masyarakat
yang justru menyedihkan.

Beberapa orang menganggap bahwa menjadi pasien positif coronavirus adalah
sebuah aib yang menjijikan bagi si penderita, bahkan termasuk keluarganya. Anda
harus tahu, terinfeksi virus corona bukan berarti aib, lho!

Semakin hari, penambahan kasus positif corona semakin membuat
banyak orang takut dengan penyebaran virus yang pertama kali ditemukan di Kota
Wuhan, Tiongkok ini.

Sayangnya, sekarang muncul stigma akibat
ketakutan berlebih terhadap penyakit ini. Bahkan, stigma bisa muncul pada orang
yang baru menunjukkan gejala ringan, seperti batuk atau bersin saja.

Akhirnya, banyak pasien yang sebenarnya
positif virus corona mencoba menutupi agar tidak mendapat stigma. Ini juga
dilakukan oleh anggota keluarga yang lain, demi tidak mendapat pandangan buruk
dari sekitar.

Baca Juga :  Divonis 7 Tahun Penjara, Denda Rp400 Juta dan Ganti Uang Negara Rp19 M

Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi,
seorang psikolog dari KlikDokter, stigma ini muncul karena rasa khawatir
berlebih. Jadi bisa disimpulkan bahwa stigma adalah hasil atau produk dari
pikiran tidak logis akibat seseorang yang sedang takut.

“Mereka takut dapat stigma sosial
dari orang sekitar. Karena misalnya ada orang sekitarnya tahu, tidak usah
sampai positif corona, baru gejalanya saja seperti batuk dan pilek, itu sudah
bisa bikin orang takut dan tidak mau dekat dengan orang tersebut,” ujar
Ikhsan.

“Oleh karena itu, daripada dikucilkan oleh pergaulan
sosial lebih baik menutupi hal tersebut. Hal ini untuk memenuhi rasa aman dan
nyaman dari orang tersebut,” ungkap Ikhsan.

Menurut psikolog muda tersebut, jika
sampai ada kasus dikucilkan itu, rasa tidak nyaman akan timbul dari setiap
orang yang diperlakukan seperti itu. Sehingga supaya aman, mereka menutupinya.

Baca Juga :  Cerita Santri di Tangerang Dapat Bantuan Kacamata Gratis BRI

Kesimpulannya, didiagnosis menjadi pasien
positif virus corona bukanlah sebuah aib, ya! Bukti jelas menunjukkan, stigma
yang ditimbulkan pada pasien virus corona malah dapat memperlambat penanganan
dan malah memperluas penyebaran penyakit.

Hal yang harus kita lakukan adalah
membangun kepercayaan pada petugas kesehatan, seperti dokter dan perawat,
menunjukkan empati pada mereka yang terkena COVID-19, dan memahami penyakit itu
sendiri.

Kita perlu melakukan langkah yang
dianjurkan oleh pemerintah serta dokter, sehingga diri sendiri dan orang lain
tetap aman.

Untuk memerangi stigma tersebut, kita
perlu menciptakan lingkungan yang jujur dan terbuka, sehingga semuanya bisa
didiskusikan serta ditangani dengan baik. Siapa pun, berperan penting mencegah
dan menghentikan stigma COVID-19.

Terpopuler

Artikel Terbaru