28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Prabowo Minta Guru Ceritakan Sejarah Kekejaman PKI

JAKARTA – Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mensinyalir
komunisme masih eksis di Indonesia. Paham tersebut bisa masuk ke negeri ini
dari berbagai sisi. PKI telah mencatat lembaran hitam di Indonesia. Karena itu,
mantan Danjen Kopassus tersebut meminta para guru sejarah menceritakan
peristiwa pemberontakan dan kekejaman PKI kepada murid-muridnya.

Pernyataan Prabowo itu
disampaikan secara tertulis dalam sambutan bedah buku ‘PKI Dalang dan Pelaku
Kudeta G30S/1965’ karya Aminudin Kasti di gedung Lemhannas RI,, Jakarta, Sabtu
(23/11). Prabowo sendiri tiak bisa datang ke acara tersebut. Sambutannya dibacakan
Rektor Universitas Pertahanan Indonesia, Letjen TNI Tri Legionosuko.

“Saya berharap melalui acara
bedah buku ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat. Khususnya generasi muda
tentang PKI yang menjadi dalang dan pelaku kudeta. Selain itu, saya juga
berharap agar sejarah pemberontakan dan kekejaman PKI disampaikan para guru
kepada siswa-siswinya,” kata Tri membacakan sambutan tertulis Prabowo.

PKI saat itu berusaha
menggulingkan pemerintahan resmi di Indonesia. Prabowo menyebut DN Aidit
berusaha mengubah Indonesia menjadi negara komunis. “PKI nyata-nyata telah
terbukti beberapa kali berusaha merobohkan kekuasaan pemerintah RI yang sah.
Salah satunya Gerakan 30 September 1965. Gerakan dengan tujuan menggulingkan
pemerintahan Presiden Soekarno yang sah dan mengubah Indonesia menjadi negara
komunis,” tegasnya.

Baca Juga :  Geledah Rumah Dinas Gubernur Kepri, KPK Sita Uang Rp 5,3 Miliar Lebih

Setelah peristiwa G30S, rakyat
Indonesia mendesak pembubaran PKI melalui Tap MPR Nomor 25/MPR RI 1966. Ini
dilakukan setelah runtuhnya Uni Soviet sebagai negara asal muasal komunis.
Meski era perang dingin berakhir, tidak serta-merta komunisme jatuh. Ada
beberapa negara yang sampai saat ini menganut paham tersebut.

“Beberapa negara yang menganut
ideologi komunis masih eksis. Antara lain RRC, Vietnam, dan Kuba. Dengan
demikian, ideologi komunis dan gerakan komunisme di Indonesia patut diduga
masih tetap eksis. Kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan,” paparnya.

Sementara itu, penulis buku
Aminudin Kasti mengatakan buku tersebut adalah kumpulan dari beberapa tulisan
tentang sejarah G30S/PKI. Kumpulan tulisan tersebut dihimpun oleh Yayasan
Masyarakat Peduli Sejarah Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur. “Buku ini
adalah tulisan jamaah. Tulisan kolektif yang terdiri dari beberapa unsur
teman-teman yang terhimpun Yayasan Masyarakat Peduli Sejarah (YMPS) yang
bermarkas di Pondok Pesantren Tebu Ireng di bawah bimbingan Salahudin Wahid,”
jelas Aminudin.

Dia menyebut buku tersebut adalah
hasil dari keluh kesah tentang situasi anak muda sekarang. Mereka dinilai telah
terbius oleh perangkap terkait sejarah PKI. Salah satu perangkap sejarah
tersebut adalah penumpasan PKI yang diduga adalah rekayasa Soeharto. “Saat ini
anak-anak muda terbius teori tiga kuda perangkap. Yaitu G30S/PKI tidak lain
dari rekayasa Soeharto merebut jabatan Presiden. Saya tegaskan ini tidak
benar,” ucapnya.

Baca Juga :  DPR Usulkan Relaksasi PSBB di Tempat Ibadah

Terpisah, Ketua Bidang Pembinaan
Seni Budaya Islam Majelis Ulama Indonesia (MUI) K.H. Sodikun mengatakan PKI
selaku dalang kudeta 1965 merupakan pengkhianat bangsa. “Kalau ada fatwa yang
menyebut PKI dalang, memang benar itu,” tegas Sodikun.

Menurutnya, dalam paradigma
ideologis, PKI tidak akan pernah berhenti. Bahkan, kaderisasi yang dibangun PKI
sangat dahsyat. “Tidak berlebihan kalau desain kaderisasi PKI melahirkan
organisator militan. PKI tidak pernah mati. Mungkin model gerakannya berbeda.
Namun, nilai-nilainya tidak akan pernah berubah,” jelasnya.

PKI, lanjutnya, kerap membangun
tatanan peradaban dan kulturisasi. Setelah kebudayaan terbangun, PKI akan
bermain di air keruh. Mereka akan memutarbalikkan fakta dan data dengan dana
yang diperoleh dari donatur tertentu. “Solusi untuk menghadapi PKI dengan
membangun jati diri anak bangsa dengan nilai-nilai kepancasilaan dan
keislaman,” tukasnya. (rh/fin/kpc)

JAKARTA – Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mensinyalir
komunisme masih eksis di Indonesia. Paham tersebut bisa masuk ke negeri ini
dari berbagai sisi. PKI telah mencatat lembaran hitam di Indonesia. Karena itu,
mantan Danjen Kopassus tersebut meminta para guru sejarah menceritakan
peristiwa pemberontakan dan kekejaman PKI kepada murid-muridnya.

Pernyataan Prabowo itu
disampaikan secara tertulis dalam sambutan bedah buku ‘PKI Dalang dan Pelaku
Kudeta G30S/1965’ karya Aminudin Kasti di gedung Lemhannas RI,, Jakarta, Sabtu
(23/11). Prabowo sendiri tiak bisa datang ke acara tersebut. Sambutannya dibacakan
Rektor Universitas Pertahanan Indonesia, Letjen TNI Tri Legionosuko.

“Saya berharap melalui acara
bedah buku ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat. Khususnya generasi muda
tentang PKI yang menjadi dalang dan pelaku kudeta. Selain itu, saya juga
berharap agar sejarah pemberontakan dan kekejaman PKI disampaikan para guru
kepada siswa-siswinya,” kata Tri membacakan sambutan tertulis Prabowo.

PKI saat itu berusaha
menggulingkan pemerintahan resmi di Indonesia. Prabowo menyebut DN Aidit
berusaha mengubah Indonesia menjadi negara komunis. “PKI nyata-nyata telah
terbukti beberapa kali berusaha merobohkan kekuasaan pemerintah RI yang sah.
Salah satunya Gerakan 30 September 1965. Gerakan dengan tujuan menggulingkan
pemerintahan Presiden Soekarno yang sah dan mengubah Indonesia menjadi negara
komunis,” tegasnya.

Baca Juga :  Geledah Rumah Dinas Gubernur Kepri, KPK Sita Uang Rp 5,3 Miliar Lebih

Setelah peristiwa G30S, rakyat
Indonesia mendesak pembubaran PKI melalui Tap MPR Nomor 25/MPR RI 1966. Ini
dilakukan setelah runtuhnya Uni Soviet sebagai negara asal muasal komunis.
Meski era perang dingin berakhir, tidak serta-merta komunisme jatuh. Ada
beberapa negara yang sampai saat ini menganut paham tersebut.

“Beberapa negara yang menganut
ideologi komunis masih eksis. Antara lain RRC, Vietnam, dan Kuba. Dengan
demikian, ideologi komunis dan gerakan komunisme di Indonesia patut diduga
masih tetap eksis. Kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan,” paparnya.

Sementara itu, penulis buku
Aminudin Kasti mengatakan buku tersebut adalah kumpulan dari beberapa tulisan
tentang sejarah G30S/PKI. Kumpulan tulisan tersebut dihimpun oleh Yayasan
Masyarakat Peduli Sejarah Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur. “Buku ini
adalah tulisan jamaah. Tulisan kolektif yang terdiri dari beberapa unsur
teman-teman yang terhimpun Yayasan Masyarakat Peduli Sejarah (YMPS) yang
bermarkas di Pondok Pesantren Tebu Ireng di bawah bimbingan Salahudin Wahid,”
jelas Aminudin.

Dia menyebut buku tersebut adalah
hasil dari keluh kesah tentang situasi anak muda sekarang. Mereka dinilai telah
terbius oleh perangkap terkait sejarah PKI. Salah satu perangkap sejarah
tersebut adalah penumpasan PKI yang diduga adalah rekayasa Soeharto. “Saat ini
anak-anak muda terbius teori tiga kuda perangkap. Yaitu G30S/PKI tidak lain
dari rekayasa Soeharto merebut jabatan Presiden. Saya tegaskan ini tidak
benar,” ucapnya.

Baca Juga :  DPR Usulkan Relaksasi PSBB di Tempat Ibadah

Terpisah, Ketua Bidang Pembinaan
Seni Budaya Islam Majelis Ulama Indonesia (MUI) K.H. Sodikun mengatakan PKI
selaku dalang kudeta 1965 merupakan pengkhianat bangsa. “Kalau ada fatwa yang
menyebut PKI dalang, memang benar itu,” tegas Sodikun.

Menurutnya, dalam paradigma
ideologis, PKI tidak akan pernah berhenti. Bahkan, kaderisasi yang dibangun PKI
sangat dahsyat. “Tidak berlebihan kalau desain kaderisasi PKI melahirkan
organisator militan. PKI tidak pernah mati. Mungkin model gerakannya berbeda.
Namun, nilai-nilainya tidak akan pernah berubah,” jelasnya.

PKI, lanjutnya, kerap membangun
tatanan peradaban dan kulturisasi. Setelah kebudayaan terbangun, PKI akan
bermain di air keruh. Mereka akan memutarbalikkan fakta dan data dengan dana
yang diperoleh dari donatur tertentu. “Solusi untuk menghadapi PKI dengan
membangun jati diri anak bangsa dengan nilai-nilai kepancasilaan dan
keislaman,” tukasnya. (rh/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru