33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Corona Makin Menggila, Indonesia Dicintai, Indonesia Ditakuti

PROKALTENG.CO – Kasus Corona yang makin menggila di Indonesia menuai reaksi beragam dari dunia internasional. Ada yang menunjukkan kecintaan, ada juga yang menunjukkan ketakutan. Mereka yang mencintai dengan sukarela memberikan berbagai bantuan untuk Indonesia. Sementara yang takut, mulai menutup pintu bagi orang Indonesia yang ingin berkunjung.

Hingga kemarin, serangan Corona di Tanah Air belum ada tanda-tanda akan mereda. Dalam sepekan terakhir saja, jumlah kasus aktif berada di atas 30 ribu per hari. Data yang disampaikan Satgas Penanganan Covid-19, kasus aktif harian kemarin bertambah 36.197.

Tingginya gelombang Corona, membuat sejumlah rumah sakit nyaris kolaps. Keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) sudah berada di angka kritis. Akibatnya, banyak tenaga kesehatan yang kelelahan, akhirnya gugur dalam tugas. Belum lagi soal kelangkaan oksigen dan obat-obatan di sejumlah daerah.

Badai Corona yang terjadi ini, menuai simpatik dari dunia internasional. Sejumlah negara secara sukarela memberikan bantuan. Tercatat, ada sekitar 10 negara yang kabarnya berkomitmen memberikan bantuan. Ada yang berupa vaksin, alat pelindung diri (APD), ventilator hingga tabung oksigen.

Pertama, Amerika Serikat. Negara super power ini telah berkomitmen memberikan 4 juta dosis vaksin Moderna, bantuan teknis, serta oksigen. Kemarin, 3 juta dosis vaksin dari Negeri Paman Sam itu, sudah tiba di Bandara Soekarno-Hatta melalui jalur multilateral Covax Facilities.

Bantuan kedua datang dari Australia. Negeri Kanguru ini mengirim 2,5 juta dosis vaksin AstraZeneca, obat-obatan, dan alat kesehatan. Sedangkan yang sudah sampai berupa 1.000 ventilator, pada Jumat (9/7), malam.

Belanda juga masuk daftar negara yang memberikan bantuan ke Indonesia. Negara yang pernah menjajah Indonesia ini mengirimkan 3 juta dosis vaksin dan obat terapeutik.

Berikutnya adalah Jepang. Negeri Sakura itu berkomitmen mengirim 998.400 dosis vaksin. Jumlah tersebut merupakan pengiriman pertama dari kesepakatan dua pengiriman yang akan diberikan.

Inggris juga ikut ambil bagian dalam bantuan ke Indonesia. Hanya saja, besaran dan kapan pengiriman masih dalam pembahasan.

Baca Juga :  Persembahan Hari Anak Nasional, BRI Bagi Beasiswa Junio Smart

Bantuan kedua dari Singapura, datang kemarin lewat jalur laut. Bantuan tersebut meliputi oksigen cair, tangki ISO, tabung oksigen, dan konsentrator oksigen yang diangkut oleh kapal RSS Endeavour. Dengan demikian, bantuan dari Singapura terdiri dari 200 ventilator, 756 tabung oksigen silinder, 600 konsentrator oksigen dan beragam kebutuhan alat pelindung diri (APD).

Menurut Kementerian Luar Negeri, masih ada beberapa negara yang juga sudah menawarkan diri untuk memberi bantuan kepada Indonesia. Antara lain, Uni Emirat Arab (UEA), India, dan China.

Singapura, negara yang dekat Indonesia juga ikut memberikan bantuan. Sudah dua kali bantuan dari Singapura tiba di Indonesia. Bantuan pertama datang pada Jumat (9/7) melalui pengiriman udara. Rinciannya, yakni 200 ventilator, 256 tabung oksigen kosong kapasitas 50 liter, masker, sarung tangan, alat pelindung diri (APD), tutup kepala, dan alat kesehatan lainnya.

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengatakan, kerja sama dan kolaborasi merupakan prinsip yang terus dikedepankan dunia. “Hal tersebut bertujuan agar dunia dapat segera keluar dari pandemi bersama,” ujar dia.

Di tengah banyaknya bantuan yang datang ke Indonesia, tidak sedikit juga negara yang malah menunjukkan ketakutan. Sejumlah negara mulai memperketat hingga menutup pintu penerbangan dari Indonesia.

Singapura, meskipun memberikan bantuan, tetap menunjukkan ketakutan tertular wabah dari Indonesia. Mulai hari ini (12/7), Singapura melarang kedatangan orang Indonesia ke negaranya. Bukan hanya untuk WNI, pelancong yang tercatat punya riwayat perjalanan dari Indonesia dalam 3 pekan terakhir, juga tidak dizinkan singgah di negara tersebut.

Sebelum Singapura, beberapa negara malah sudah tutup pintu duluan. Di antaranya, ada Hong Kong, Jepang, hingga Oman sejak Jumat (9/7) kemarin. Sementara, Uni Emirat Arab juga melarang penerbangan dari Indonesia mulai Minggu (11/7).

Menanggapi hal ini, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Novie Riyanto menganggap wajar bila ada negara yang tutup pintu untuk Indonesia. Meskipun ada penutupan, kata dia, dampaknya tidak besar. Angkutan penumpang memang dilarang, tapi logistik maupun barang masih diperbolehkan.

Baca Juga :  MUI Pastikan Vaksin Covid-19 Halal, Tapi Belum Final

Saat ini, pesawat penumpang yang kosong sudah diizinkan mengangkut kargo. “Praktik ini umum dilakukan oleh maskapai sipil yang mengangkut kargo,” ungkap Novie.

Namun, di saat negara-negara lain menutup pintu untuk Indonesia, justru di dalam negeri malah membuka pintu buat WNA. Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta mencatat, 24.594 warga negara asing (WNA) telah memasuki Indonesia melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta selama periode 1 Juni-6 Juli 2021. Lima negara mendominasi kedatangan dari puluhan ribu WNA tersebut: China 5.298, Jepang 2.155, Korea Selatan 1.731, Amerika Serikat 1.728, dan Rusia 984 orang.

Pengamat Kebijakan Publik, Alvin Lie mengaku gemas dengan sikap pemerintah. Dengan tingginya kasus positif, harusya pemerintah segera menutup pintu bagi kedatangan WNA dari luar negeri.

“Makin banyak negara yang menutup gerbang internasionalnya bagi penumpang dari Indonesia,” kritiknya melalui akun @alvinlie21.

Alvin merasa, pemerintah tidak total membatasi mobilitas masyarakat. “Sementara kita tetap buka lebar-lebar gerbang internasional. Tidak sadar bahwa virus #Covid-19 dibawa manusia dari negara lain. Entah apa dalam benak para pembuat kebijakan kita,” sesalnya.

Wakil Ketua MPR, Syarief Hasan ikut mendesak pemerintah melarang WNA masuk ke Indonesia. Menurutnya, WNA yang masuk berpotensi menjadi medium penyebaran varian baru Corona. Syarief menilai, masih dibiarkannya WNA masuk ke Indonesia menunjukkan kurangnya sensitivitas pemerintah terhadap kondisi masyarakat.

Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini menilai, pelarangan masuknya WNA ke Indonesia di masa darurat adalah hal yang lumrah. “Kita sedang berada di kondisi darurat. Sehingga pelarangan WNA adalah hal yang relevan. Beberapa negara juga melakukan pelarangan yang sama terhadap WNI,” ujarnya.

Syarief meminta pemerintah belajar dari negara lain yang berhasil keluar dari pandemi. Rata-rata mereka melakukan pembatasan ketat WNA dan pergerakan masyarakat. Begitu juga lokalisasi kasus, dan percepatan vaksin corona.

“Pemerintah harusnya membuat kebijakan secara komprehensif dengan pengetatan dalam negeri dan pelarangan WNA masuk ke Indonesia selama masa darurat,” pungkasnya.

PROKALTENG.CO – Kasus Corona yang makin menggila di Indonesia menuai reaksi beragam dari dunia internasional. Ada yang menunjukkan kecintaan, ada juga yang menunjukkan ketakutan. Mereka yang mencintai dengan sukarela memberikan berbagai bantuan untuk Indonesia. Sementara yang takut, mulai menutup pintu bagi orang Indonesia yang ingin berkunjung.

Hingga kemarin, serangan Corona di Tanah Air belum ada tanda-tanda akan mereda. Dalam sepekan terakhir saja, jumlah kasus aktif berada di atas 30 ribu per hari. Data yang disampaikan Satgas Penanganan Covid-19, kasus aktif harian kemarin bertambah 36.197.

Tingginya gelombang Corona, membuat sejumlah rumah sakit nyaris kolaps. Keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) sudah berada di angka kritis. Akibatnya, banyak tenaga kesehatan yang kelelahan, akhirnya gugur dalam tugas. Belum lagi soal kelangkaan oksigen dan obat-obatan di sejumlah daerah.

Badai Corona yang terjadi ini, menuai simpatik dari dunia internasional. Sejumlah negara secara sukarela memberikan bantuan. Tercatat, ada sekitar 10 negara yang kabarnya berkomitmen memberikan bantuan. Ada yang berupa vaksin, alat pelindung diri (APD), ventilator hingga tabung oksigen.

Pertama, Amerika Serikat. Negara super power ini telah berkomitmen memberikan 4 juta dosis vaksin Moderna, bantuan teknis, serta oksigen. Kemarin, 3 juta dosis vaksin dari Negeri Paman Sam itu, sudah tiba di Bandara Soekarno-Hatta melalui jalur multilateral Covax Facilities.

Bantuan kedua datang dari Australia. Negeri Kanguru ini mengirim 2,5 juta dosis vaksin AstraZeneca, obat-obatan, dan alat kesehatan. Sedangkan yang sudah sampai berupa 1.000 ventilator, pada Jumat (9/7), malam.

Belanda juga masuk daftar negara yang memberikan bantuan ke Indonesia. Negara yang pernah menjajah Indonesia ini mengirimkan 3 juta dosis vaksin dan obat terapeutik.

Berikutnya adalah Jepang. Negeri Sakura itu berkomitmen mengirim 998.400 dosis vaksin. Jumlah tersebut merupakan pengiriman pertama dari kesepakatan dua pengiriman yang akan diberikan.

Inggris juga ikut ambil bagian dalam bantuan ke Indonesia. Hanya saja, besaran dan kapan pengiriman masih dalam pembahasan.

Baca Juga :  Persembahan Hari Anak Nasional, BRI Bagi Beasiswa Junio Smart

Bantuan kedua dari Singapura, datang kemarin lewat jalur laut. Bantuan tersebut meliputi oksigen cair, tangki ISO, tabung oksigen, dan konsentrator oksigen yang diangkut oleh kapal RSS Endeavour. Dengan demikian, bantuan dari Singapura terdiri dari 200 ventilator, 756 tabung oksigen silinder, 600 konsentrator oksigen dan beragam kebutuhan alat pelindung diri (APD).

Menurut Kementerian Luar Negeri, masih ada beberapa negara yang juga sudah menawarkan diri untuk memberi bantuan kepada Indonesia. Antara lain, Uni Emirat Arab (UEA), India, dan China.

Singapura, negara yang dekat Indonesia juga ikut memberikan bantuan. Sudah dua kali bantuan dari Singapura tiba di Indonesia. Bantuan pertama datang pada Jumat (9/7) melalui pengiriman udara. Rinciannya, yakni 200 ventilator, 256 tabung oksigen kosong kapasitas 50 liter, masker, sarung tangan, alat pelindung diri (APD), tutup kepala, dan alat kesehatan lainnya.

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengatakan, kerja sama dan kolaborasi merupakan prinsip yang terus dikedepankan dunia. “Hal tersebut bertujuan agar dunia dapat segera keluar dari pandemi bersama,” ujar dia.

Di tengah banyaknya bantuan yang datang ke Indonesia, tidak sedikit juga negara yang malah menunjukkan ketakutan. Sejumlah negara mulai memperketat hingga menutup pintu penerbangan dari Indonesia.

Singapura, meskipun memberikan bantuan, tetap menunjukkan ketakutan tertular wabah dari Indonesia. Mulai hari ini (12/7), Singapura melarang kedatangan orang Indonesia ke negaranya. Bukan hanya untuk WNI, pelancong yang tercatat punya riwayat perjalanan dari Indonesia dalam 3 pekan terakhir, juga tidak dizinkan singgah di negara tersebut.

Sebelum Singapura, beberapa negara malah sudah tutup pintu duluan. Di antaranya, ada Hong Kong, Jepang, hingga Oman sejak Jumat (9/7) kemarin. Sementara, Uni Emirat Arab juga melarang penerbangan dari Indonesia mulai Minggu (11/7).

Menanggapi hal ini, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Novie Riyanto menganggap wajar bila ada negara yang tutup pintu untuk Indonesia. Meskipun ada penutupan, kata dia, dampaknya tidak besar. Angkutan penumpang memang dilarang, tapi logistik maupun barang masih diperbolehkan.

Baca Juga :  MUI Pastikan Vaksin Covid-19 Halal, Tapi Belum Final

Saat ini, pesawat penumpang yang kosong sudah diizinkan mengangkut kargo. “Praktik ini umum dilakukan oleh maskapai sipil yang mengangkut kargo,” ungkap Novie.

Namun, di saat negara-negara lain menutup pintu untuk Indonesia, justru di dalam negeri malah membuka pintu buat WNA. Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta mencatat, 24.594 warga negara asing (WNA) telah memasuki Indonesia melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta selama periode 1 Juni-6 Juli 2021. Lima negara mendominasi kedatangan dari puluhan ribu WNA tersebut: China 5.298, Jepang 2.155, Korea Selatan 1.731, Amerika Serikat 1.728, dan Rusia 984 orang.

Pengamat Kebijakan Publik, Alvin Lie mengaku gemas dengan sikap pemerintah. Dengan tingginya kasus positif, harusya pemerintah segera menutup pintu bagi kedatangan WNA dari luar negeri.

“Makin banyak negara yang menutup gerbang internasionalnya bagi penumpang dari Indonesia,” kritiknya melalui akun @alvinlie21.

Alvin merasa, pemerintah tidak total membatasi mobilitas masyarakat. “Sementara kita tetap buka lebar-lebar gerbang internasional. Tidak sadar bahwa virus #Covid-19 dibawa manusia dari negara lain. Entah apa dalam benak para pembuat kebijakan kita,” sesalnya.

Wakil Ketua MPR, Syarief Hasan ikut mendesak pemerintah melarang WNA masuk ke Indonesia. Menurutnya, WNA yang masuk berpotensi menjadi medium penyebaran varian baru Corona. Syarief menilai, masih dibiarkannya WNA masuk ke Indonesia menunjukkan kurangnya sensitivitas pemerintah terhadap kondisi masyarakat.

Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini menilai, pelarangan masuknya WNA ke Indonesia di masa darurat adalah hal yang lumrah. “Kita sedang berada di kondisi darurat. Sehingga pelarangan WNA adalah hal yang relevan. Beberapa negara juga melakukan pelarangan yang sama terhadap WNI,” ujarnya.

Syarief meminta pemerintah belajar dari negara lain yang berhasil keluar dari pandemi. Rata-rata mereka melakukan pembatasan ketat WNA dan pergerakan masyarakat. Begitu juga lokalisasi kasus, dan percepatan vaksin corona.

“Pemerintah harusnya membuat kebijakan secara komprehensif dengan pengetatan dalam negeri dan pelarangan WNA masuk ke Indonesia selama masa darurat,” pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru