30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Walhi Sebut Banjir di Kalsel Akibat Rusaknya Ekosistem

PROKALTENG.CO-Banjir besar terjadi di Kalimantan
Selatan. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengatakan banjir yang
menyebabkan banyak rumah warga terendam itu akibat rusaknya ekologi di tanah
Borneo.

“Memang banjir ini diduga kuat  akibat
ekosistem yang sudah kehilangan daya dukungnya. Sehingga ketika ada cuaca
ektrim, maka daya dukungnya kolaps dan mengakibatkan bencana,” ujar Direktur
Eksekutif Walhi, Nur Hidayati kepada JawaPos.com, Sabtu (16/1).

Nur Hidayati melanjutkan bahwa pemanfaatan lahan
untuk usaha penambangan dan perkebunan yang tidak dilakukan dengan amdal yang
baik telah menyebabkan rusaknya ekosistem.  Berdasarkan catatan Walhi
Kalimantan Selatan terdapat  814 lubang milik 157 perusahaan tambang
batubara. Sebagian lubang tersebut masih berstatus aktif.

Baca Juga :  Pemerintah Berencana Kembali Terapkan Wajib PCR

“Sebagian lubang masih berstatus aktif dan sebagian
lagi ditinggalkan tanpa reklamasi,” katanya.

Kemudian dari 3,7 juta hektare total luas lahan di
Kalimantan Selatan setidaknya 50 persen diantaranya sudah dikuasai oleh
perizinan tambang dan kelapa sawit.

Sebelumnya BPBD Kalsel merilis data harian hingga
per tanggal 14 Januari 2021. Tercatat ada 67.842 jiwa yang terdampak dari total
57 peristiwa banjir sejak awal tahun. Khusus untuk bangunan rumah warga yang
terdampak sebanyak 19.452 unit.

Akumulasi jumlah warga terdampak banjir ini masih
didominasi dari Kabupaten Tanah Laut, dengan jumlah sebanyak 34.431 jiwa. Lalu,
disusul Kabupaten Banjar yang tercatat sebanyak 25.601 jiwa. Sedangkan, sisanya
berasal Kota Banjarbaru, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tapin, dan sekitarnya.

Baca Juga :  Mulai Juli, Sekolah di Zona Hijau Dibuka

Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor juga sudah
mengumumkan wilayahnya kini berstatus tanggap darurat bencana banjir.

PROKALTENG.CO-Banjir besar terjadi di Kalimantan
Selatan. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengatakan banjir yang
menyebabkan banyak rumah warga terendam itu akibat rusaknya ekologi di tanah
Borneo.

“Memang banjir ini diduga kuat  akibat
ekosistem yang sudah kehilangan daya dukungnya. Sehingga ketika ada cuaca
ektrim, maka daya dukungnya kolaps dan mengakibatkan bencana,” ujar Direktur
Eksekutif Walhi, Nur Hidayati kepada JawaPos.com, Sabtu (16/1).

Nur Hidayati melanjutkan bahwa pemanfaatan lahan
untuk usaha penambangan dan perkebunan yang tidak dilakukan dengan amdal yang
baik telah menyebabkan rusaknya ekosistem.  Berdasarkan catatan Walhi
Kalimantan Selatan terdapat  814 lubang milik 157 perusahaan tambang
batubara. Sebagian lubang tersebut masih berstatus aktif.

Baca Juga :  Pemerintah Berencana Kembali Terapkan Wajib PCR

“Sebagian lubang masih berstatus aktif dan sebagian
lagi ditinggalkan tanpa reklamasi,” katanya.

Kemudian dari 3,7 juta hektare total luas lahan di
Kalimantan Selatan setidaknya 50 persen diantaranya sudah dikuasai oleh
perizinan tambang dan kelapa sawit.

Sebelumnya BPBD Kalsel merilis data harian hingga
per tanggal 14 Januari 2021. Tercatat ada 67.842 jiwa yang terdampak dari total
57 peristiwa banjir sejak awal tahun. Khusus untuk bangunan rumah warga yang
terdampak sebanyak 19.452 unit.

Akumulasi jumlah warga terdampak banjir ini masih
didominasi dari Kabupaten Tanah Laut, dengan jumlah sebanyak 34.431 jiwa. Lalu,
disusul Kabupaten Banjar yang tercatat sebanyak 25.601 jiwa. Sedangkan, sisanya
berasal Kota Banjarbaru, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tapin, dan sekitarnya.

Baca Juga :  Mulai Juli, Sekolah di Zona Hijau Dibuka

Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor juga sudah
mengumumkan wilayahnya kini berstatus tanggap darurat bencana banjir.

Terpopuler

Artikel Terbaru