31.7 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Tak Tanggung-tanggung, 49 Kapal China Dikawal 6 Coast Guard Kembali ke

SETELAH sempat “menghilang” beberapa saat,
kapal-kapal China ternyata kembali memasuki perairan Laut Natuna. Bahkan kali
ini jumlahnya pun tak tanggung-tanggung. Puluhan.

Sebanyak 49 kapal ikan China yang dikawal 6 kapal coast guard kembali
memasuki wilayah perairan Natuna Utara, Kepulauan Riau. Namun mereka berhasil
diusir oleh aparat Tentara Nasional Indonesia.

Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I Laksdya
TNI Yudo Margono dalam keterangannya mengatakan tiga KRI yang menggelar Operasi
Siaga Purla 2020 melakukan manuver di perairan Laut Natuna Utara. Hal itu
dilakukan untuk mengusir 49 kapal ikan China yang dikawal 6 kapal coast guard
kembali memasuki wilayah zona ekonomi ekslusif (ZEE) Indonesia pada Sabtu
(11/1).

“Mereka kembali masuk ke perairan Natuna Utara untuk menebar jaring dan
melakukan ilegl fishing,” katanya dalam siaran persnya, Minggu (12/1).

Dia pun kemudian memerintahkan Komandan KRI masuk di sela-sela kapal-kapal
ikan China, demi memecah konsentrasi dan menggangu kapal yang sedang menebar
jaring untuk menangkap ikan secara ilegal agar segera keluar dari ZEE
Indonesia.

“Pasukan TNI berhasil menghalau kapal-kapal ikan asing tersebut keluar wilayah
ZEE Indonesia,” katanya.

Baca Juga :  Beredar Voice Note Pengikut Habib Rizieq Saat Baku Tembak dengan Polri

Yudo juga menginstruksikan pengendali operasi yang diterima Asisten Operasi
Guspurla Koarmada I untuk berkomunikasi dengan kapal-kapal tersebut. Para
petugas diminta memberikan pengertian kepada kapal-kapal pemerintah China yang
memberikan pengawalan, semestinya mengetahui aturan dan harus memahami situasi
tersebut.

Indonesia dengan China adalah negara yang sama-sama meratifikasi UNCLOS’82.
Karenanya harus melaksanakan dan menghormati aturan tersebut secara sungguh
sungguh.

“Jangan sampai hubungan pemerintah Indonesia-Tiongkok yang sudah terjalin
dengan baik, terganggu dengan adanya kegiatan ilegal yang dilakukan oleh para
nelayan China,” terangnya.

Ditegaskannya, apabila para kapal China masih tetap bertahan di perairan
Laut Natuna, maka sesuai dengan perintah Presiden RI Joko Widodo akan ditangkap
dan diproses secara hukum.

Sebelumnya, Bupati Natuna Kepulauan Riau Hamid Rizal mengatakan kapal asing
masuk ke wilayah Natuna biasanya saat pergantian penjagaan petugas patroli.

“Waktu pergantian dimanfaatkan nelayan asing untuk menjarah kekayaan laut
kita,” katanya.

Selama ini aparat keamanan telah menjaga wilayah perbatasan secara
bergantian. Namun, pihak asing bisa memanfaatkan waktu pergantian petugas.

Menurutnya, jeda pergantian kapal penjagaan sebenarnya hanya belasan jam.
Hal itu karena jarak yang tidak dekat untuk mencapai Laut Natuna.

Baca Juga :  Kepala Bappenas: Tahun Ini Lokasi Diputuskan, Target 2024 Sudah Mulai

“Karena dari sini ke sana paling cepat 10 jam. Selama ini mereka menunggu
di luar perbatasan. Begitu jeda ini masuk,” ungkapnya.

Selain itu, mereka juga biasa masuk pada Musim Utara, seperti saat ini. “Marak
kalau musim utara, karena nelayan kita banyak tidak melaut, ombak besar,”
katanya.

Bagi nelayan Natuna yang hanya berperahu kecil, Musim Utara adalah momok,
karena gelombangnya tinggi, sehingga mereka urung melaut.

Sebaliknya, bagi nelayan China yang menggunakan kapal-kapal besar, Musim
Utara adalah waktu yang tepat memasuki Perairan Natuna. “Mereka kapal besar, di
situ dia masuk,” ungkapnya.

Untuk itu, Hamid meminta pengawasan perbatasan dilakukan terus-menerus,
tanpa jeda. Sehingga tidak ada celah bagi kapal asing masuk ke perairan Natuna.

Dengan adanya penjagaan dari aparat, nelayan akan merasa aman karena ada
yang mengawal.

“Jangan nelayan asing saja yang dikawal coast guard. Supaya kapal perang
kita, coast guard, Bakamla senantiasa berada di perbatasan agar nelayan tidak
ragu mencari nafkah mencari ikan di Laut Natuna Utara,” katanya.(gw/fin/kpc)

SETELAH sempat “menghilang” beberapa saat,
kapal-kapal China ternyata kembali memasuki perairan Laut Natuna. Bahkan kali
ini jumlahnya pun tak tanggung-tanggung. Puluhan.

Sebanyak 49 kapal ikan China yang dikawal 6 kapal coast guard kembali
memasuki wilayah perairan Natuna Utara, Kepulauan Riau. Namun mereka berhasil
diusir oleh aparat Tentara Nasional Indonesia.

Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I Laksdya
TNI Yudo Margono dalam keterangannya mengatakan tiga KRI yang menggelar Operasi
Siaga Purla 2020 melakukan manuver di perairan Laut Natuna Utara. Hal itu
dilakukan untuk mengusir 49 kapal ikan China yang dikawal 6 kapal coast guard
kembali memasuki wilayah zona ekonomi ekslusif (ZEE) Indonesia pada Sabtu
(11/1).

“Mereka kembali masuk ke perairan Natuna Utara untuk menebar jaring dan
melakukan ilegl fishing,” katanya dalam siaran persnya, Minggu (12/1).

Dia pun kemudian memerintahkan Komandan KRI masuk di sela-sela kapal-kapal
ikan China, demi memecah konsentrasi dan menggangu kapal yang sedang menebar
jaring untuk menangkap ikan secara ilegal agar segera keluar dari ZEE
Indonesia.

“Pasukan TNI berhasil menghalau kapal-kapal ikan asing tersebut keluar wilayah
ZEE Indonesia,” katanya.

Baca Juga :  Beredar Voice Note Pengikut Habib Rizieq Saat Baku Tembak dengan Polri

Yudo juga menginstruksikan pengendali operasi yang diterima Asisten Operasi
Guspurla Koarmada I untuk berkomunikasi dengan kapal-kapal tersebut. Para
petugas diminta memberikan pengertian kepada kapal-kapal pemerintah China yang
memberikan pengawalan, semestinya mengetahui aturan dan harus memahami situasi
tersebut.

Indonesia dengan China adalah negara yang sama-sama meratifikasi UNCLOS’82.
Karenanya harus melaksanakan dan menghormati aturan tersebut secara sungguh
sungguh.

“Jangan sampai hubungan pemerintah Indonesia-Tiongkok yang sudah terjalin
dengan baik, terganggu dengan adanya kegiatan ilegal yang dilakukan oleh para
nelayan China,” terangnya.

Ditegaskannya, apabila para kapal China masih tetap bertahan di perairan
Laut Natuna, maka sesuai dengan perintah Presiden RI Joko Widodo akan ditangkap
dan diproses secara hukum.

Sebelumnya, Bupati Natuna Kepulauan Riau Hamid Rizal mengatakan kapal asing
masuk ke wilayah Natuna biasanya saat pergantian penjagaan petugas patroli.

“Waktu pergantian dimanfaatkan nelayan asing untuk menjarah kekayaan laut
kita,” katanya.

Selama ini aparat keamanan telah menjaga wilayah perbatasan secara
bergantian. Namun, pihak asing bisa memanfaatkan waktu pergantian petugas.

Menurutnya, jeda pergantian kapal penjagaan sebenarnya hanya belasan jam.
Hal itu karena jarak yang tidak dekat untuk mencapai Laut Natuna.

Baca Juga :  Kepala Bappenas: Tahun Ini Lokasi Diputuskan, Target 2024 Sudah Mulai

“Karena dari sini ke sana paling cepat 10 jam. Selama ini mereka menunggu
di luar perbatasan. Begitu jeda ini masuk,” ungkapnya.

Selain itu, mereka juga biasa masuk pada Musim Utara, seperti saat ini. “Marak
kalau musim utara, karena nelayan kita banyak tidak melaut, ombak besar,”
katanya.

Bagi nelayan Natuna yang hanya berperahu kecil, Musim Utara adalah momok,
karena gelombangnya tinggi, sehingga mereka urung melaut.

Sebaliknya, bagi nelayan China yang menggunakan kapal-kapal besar, Musim
Utara adalah waktu yang tepat memasuki Perairan Natuna. “Mereka kapal besar, di
situ dia masuk,” ungkapnya.

Untuk itu, Hamid meminta pengawasan perbatasan dilakukan terus-menerus,
tanpa jeda. Sehingga tidak ada celah bagi kapal asing masuk ke perairan Natuna.

Dengan adanya penjagaan dari aparat, nelayan akan merasa aman karena ada
yang mengawal.

“Jangan nelayan asing saja yang dikawal coast guard. Supaya kapal perang
kita, coast guard, Bakamla senantiasa berada di perbatasan agar nelayan tidak
ragu mencari nafkah mencari ikan di Laut Natuna Utara,” katanya.(gw/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru