28.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Cerita Sedih Ojol: Demi Anak dan Istri, Cari Rp 20 Ribu Aja Berat

Asosiasi Ojek Online Gabungan Aksi Roda Dua
(GARDA) Indonesia mengkritik keras kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
yang melarang ojek online mengangkut penumpang selama Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB). Kebijakan ini dianggap telah merugikan para pengendara
ojek.

“Ini teman-teman ojol kecewa, dan ini
meradang, emosional jadinya yah, dengan Pergub DKI Jakarta tidak membolehkan
ojol mengangkut penumpang,” kata Ketua Presidium Nasional GARDA Indonesia Igun
Wicaksono saat dihubungi, Jumat (10/4).

Igun mengatakan, saat ini menu order penumpang
sudah dinonaktifkan oleh pihak operator. Menurut dia, sistem seperti ini sangat
membebani pengemudi dalam mencari penghasilan. Pasalnya, tidak semua pengemudi
bisa mengambil order makanan.

Karena harus menyiapkan modal uang untuk
membayar pesananan pelanggan ke rumah makan yang dituju. Sedangkan pada kondisi
saat ini untuk mencari modal tersebut pun sulit didapat. “Order barang pun
sudah sangat jarang ada. Ini sama saja mematikan ojol secara pelan-pelan. Kami
protes keras mengenai ini,” jelas Igun.

Baca Juga :  Akumulasi Kekesalan Merasa Tak Dilibatkan, Wabup Ancam Bunuh Bupati Ac

Dia menyebut, 70 sampai 80 persen orderan yang
diterima oleh pengemudi ojek online ialah jenis angkutan orang. Maka ketika
sistem tersebut ditiadakan, maka pendapat pengendara akan berkurang drastis.

Sementara itu pengemudi ojek online yang
enggan disebutkan nama pun merasa terbebani dengan kebijakan ini. Terlebih,
selama terjadi pandemi Covid-19 pendapatannya menurun drastis. Jika biasa bisa
mengantongi minimal Rp 100 ribu, saat ini untuk mendapat separuh dari itu pun
sudah sangat sulit.

“Udah ada musibah begini, jangankan Rp 50
ribu, Rp 20 ribu aja berat, ya saya nikmatin aja terus mau ngomong apa. Iya
(demi anak istri),” kata dia.

Kendati demikian, ayah dari dua anak itu
mengaku tak bisa berbuat banyak. Hanya kerja keras yang bisa dijalaninya. Besar
kecilnya pendapatan, harus menjadi pil pahit selama wabah ini terjadi. “Kita
ini sebagai rakyat kecil harusnya difikirin (pemerintah). Kita juga mau di
rumah becanda sama anak. Kalau dibilangin, sedih saya, tapi kalau nggak
dijalani ya bagaimana,” tutupnya.

Baca Juga :  Perpanjangan PPKM dan Larangan Mudik, Cara Efektif Tekan Laju Covid-19

Pengemudi asal Depok ini pun mengaku sampai
sekaranb belum ada bantuan yang diberikan pemerintah kepadanya. Sejauh ini
hanya ada sejumlah relawan yang kerap membagikan makan siang kepada ojek online
yang masih beroperasi. 

 

Asosiasi Ojek Online Gabungan Aksi Roda Dua
(GARDA) Indonesia mengkritik keras kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
yang melarang ojek online mengangkut penumpang selama Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB). Kebijakan ini dianggap telah merugikan para pengendara
ojek.

“Ini teman-teman ojol kecewa, dan ini
meradang, emosional jadinya yah, dengan Pergub DKI Jakarta tidak membolehkan
ojol mengangkut penumpang,” kata Ketua Presidium Nasional GARDA Indonesia Igun
Wicaksono saat dihubungi, Jumat (10/4).

Igun mengatakan, saat ini menu order penumpang
sudah dinonaktifkan oleh pihak operator. Menurut dia, sistem seperti ini sangat
membebani pengemudi dalam mencari penghasilan. Pasalnya, tidak semua pengemudi
bisa mengambil order makanan.

Karena harus menyiapkan modal uang untuk
membayar pesananan pelanggan ke rumah makan yang dituju. Sedangkan pada kondisi
saat ini untuk mencari modal tersebut pun sulit didapat. “Order barang pun
sudah sangat jarang ada. Ini sama saja mematikan ojol secara pelan-pelan. Kami
protes keras mengenai ini,” jelas Igun.

Baca Juga :  Akumulasi Kekesalan Merasa Tak Dilibatkan, Wabup Ancam Bunuh Bupati Ac

Dia menyebut, 70 sampai 80 persen orderan yang
diterima oleh pengemudi ojek online ialah jenis angkutan orang. Maka ketika
sistem tersebut ditiadakan, maka pendapat pengendara akan berkurang drastis.

Sementara itu pengemudi ojek online yang
enggan disebutkan nama pun merasa terbebani dengan kebijakan ini. Terlebih,
selama terjadi pandemi Covid-19 pendapatannya menurun drastis. Jika biasa bisa
mengantongi minimal Rp 100 ribu, saat ini untuk mendapat separuh dari itu pun
sudah sangat sulit.

“Udah ada musibah begini, jangankan Rp 50
ribu, Rp 20 ribu aja berat, ya saya nikmatin aja terus mau ngomong apa. Iya
(demi anak istri),” kata dia.

Kendati demikian, ayah dari dua anak itu
mengaku tak bisa berbuat banyak. Hanya kerja keras yang bisa dijalaninya. Besar
kecilnya pendapatan, harus menjadi pil pahit selama wabah ini terjadi. “Kita
ini sebagai rakyat kecil harusnya difikirin (pemerintah). Kita juga mau di
rumah becanda sama anak. Kalau dibilangin, sedih saya, tapi kalau nggak
dijalani ya bagaimana,” tutupnya.

Baca Juga :  Perpanjangan PPKM dan Larangan Mudik, Cara Efektif Tekan Laju Covid-19

Pengemudi asal Depok ini pun mengaku sampai
sekaranb belum ada bantuan yang diberikan pemerintah kepadanya. Sejauh ini
hanya ada sejumlah relawan yang kerap membagikan makan siang kepada ojek online
yang masih beroperasi. 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru