27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Hamas-Israel Segera Sepakati Gencatan Senjata, Fokus kepada Pertukaran Tawanan

PROKALTENG.CO-Israel-Hamas selangkah lagi menuju kata sepakat. Yakni, tentang gencatan senjata dan pertukaran tawanan. Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengungkapkan bahwa dialog sudah mendekati mufakat. Pembicaraan gencatan senjata itu dimediasi oleh Qatar.

’’Kami berada pada titik terdekat dalam mencapai kesepakatan,’’ ujar Jubir Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari, seperti dikutip The Guardian.

Dia optimistis kesepakatan bakal tercapai. Fokus Qatar adalah gencatan senjata untuk kemanusiaan. Sejak awal perang, mediasi yang dilakukan Qatar berhasil membebaskan 4 sandera. Masih ada sekitar 240 sandera yang dibawa Hamas.

Qatar berharap untuk mengumumkan kesepakatan paling cepat kemarin (21/11) waktu setempat. Dua sumber CNN di Israel juga menyebut bahwa kesepakatan bisa diumumkan secepatnya. Pembebasan para tahanan perlu mendapat persetujuan dari pemerintah Israel, namun diperkirakan hal itu tidak akan menjadi hambatan.

Rencananya, ada 50 sandera perempuan dan anak-anak yang dibebaskan Hamas. Imbalannya adalah jeda pertempuran selama 4–5 hari. Tiap sandera yang dibebaskan ditukar dengan 3 tahanan Palestina. Dengan kata lain, jika Hamas membebaskan 50 orang, Israel harus melepas 150 tawanan. Itu akan jadi pembebasan tawanan Hamas terbesar sejak perang.

Tahanan yang dibebaskan Israel terbilang sedikit jika dibandingkan penangkapan membabi buta yang mereka lakukan sejak perang. Dilansir Al Jazeera, saat ini ada 8.200 warga Palestina yang ditahan Israel. Sebanyak 3 ribu di antaranya ditahan sejak perang pecah pada 7 Oktober lalu. Dari jumlah tersebut, sebanyak 145 di antaranya adalah anak-anak, 95 perempuan, dan 37 jurnalis.

Baca Juga :  Pro Palestina, Postingan Miss Universe Indonesia Dikomentari Miss Israel

Gencatan senjata sementara itu berpotensi diperpanjang jika lebih banyak sandera dibebaskan. Selama pertempuran dihentikan, Israel juga akan membatasi untuk menerbangkan drone pengintai di Gaza Utara. Setidaknya selama 6 jam per hari.

Para sandera yang akan dibebaskan berasal dari berbagai negara. Salah satu yang diharapkan Amerika Serikat untuk dibebaskan lebih dulu adalah Abigail Edan, balita Amerika berusia 3 tahun. Dia adalah sandera termuda dan orang tuanya diklaim telah dibunuh Hamas.

Mengerucutnya kesepakatan itu terjadi hanya sehari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan kabinet perangnya bertemu dengan keluarga sandera. Selama ini, Netanyahu bersikukuh tidak akan ada gencatan senjata sampai semua sandera dibebaskan tanpa terkecuali. Kemarin, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir juga memperingatkan agar tidak ada kesepakatan dengan Hamas.

Netanyahu dan Presiden AS Joe Biden selama ini menolak gencatan senjata. Mereka beralasan, itu bisa membuat Hamas mengumpulkan kekuatan kembali. Israel dan AS ingin menghancurkan Hamas seluruhnya tanpa gencatan, hanya dengan membuka koridor kemanusiaan selama beberapa jam per hari.

Baca Juga :  Jelang Peluncuran Pesawat KFX-IFX, Prabowo Temui Presiden Korsel

Namun, selama pembahasan damai itu berlangsung, Israel masih membombardir Gaza dengan membabi buta. Senin (20/11), sebuah sekolah yang dikelola PBB di kamp pengungsi Bureij dijatuhi bom. Padahal, sekolah itu dipakai untuk menampung para pengungsi. Beberapa orang tewas dan terluka.

’’Kami masih mengumpulkan informasi,’’ ujar Direktur Komunikasi Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Juliette Touma, seperti dilansir CNN. Versi Hamas, korban tewas mencapai 10 orang.

Video yang dipublikasikan oleh kantor berita AFP menunjukkan kerusakan besar di bagian luar gedung, dengan lubang besar di salah satu dinding beton. Noda darah terlihat di halaman sekolah. Ambulans terekam bergegas menuju Rumah Sakit Al-Aqsa yang menunjukkan beberapa anak yang terluka sedang dirawat.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kemarin menyatakan telah mengepung Kota Jabalia. Di kota itu terdapat kamp pengungsian terbesar di Jalur Gaza. IDF mengaku mendapat dukungan dari jet tempur dan drone. Versi militer Israel, serangan di wilayah itu menargetkan tiga terowongan dan menewaskan puluhan militan. (sha/c18/bay/jpg/hnd)

PROKALTENG.CO-Israel-Hamas selangkah lagi menuju kata sepakat. Yakni, tentang gencatan senjata dan pertukaran tawanan. Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengungkapkan bahwa dialog sudah mendekati mufakat. Pembicaraan gencatan senjata itu dimediasi oleh Qatar.

’’Kami berada pada titik terdekat dalam mencapai kesepakatan,’’ ujar Jubir Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari, seperti dikutip The Guardian.

Dia optimistis kesepakatan bakal tercapai. Fokus Qatar adalah gencatan senjata untuk kemanusiaan. Sejak awal perang, mediasi yang dilakukan Qatar berhasil membebaskan 4 sandera. Masih ada sekitar 240 sandera yang dibawa Hamas.

Qatar berharap untuk mengumumkan kesepakatan paling cepat kemarin (21/11) waktu setempat. Dua sumber CNN di Israel juga menyebut bahwa kesepakatan bisa diumumkan secepatnya. Pembebasan para tahanan perlu mendapat persetujuan dari pemerintah Israel, namun diperkirakan hal itu tidak akan menjadi hambatan.

Rencananya, ada 50 sandera perempuan dan anak-anak yang dibebaskan Hamas. Imbalannya adalah jeda pertempuran selama 4–5 hari. Tiap sandera yang dibebaskan ditukar dengan 3 tahanan Palestina. Dengan kata lain, jika Hamas membebaskan 50 orang, Israel harus melepas 150 tawanan. Itu akan jadi pembebasan tawanan Hamas terbesar sejak perang.

Tahanan yang dibebaskan Israel terbilang sedikit jika dibandingkan penangkapan membabi buta yang mereka lakukan sejak perang. Dilansir Al Jazeera, saat ini ada 8.200 warga Palestina yang ditahan Israel. Sebanyak 3 ribu di antaranya ditahan sejak perang pecah pada 7 Oktober lalu. Dari jumlah tersebut, sebanyak 145 di antaranya adalah anak-anak, 95 perempuan, dan 37 jurnalis.

Baca Juga :  Pro Palestina, Postingan Miss Universe Indonesia Dikomentari Miss Israel

Gencatan senjata sementara itu berpotensi diperpanjang jika lebih banyak sandera dibebaskan. Selama pertempuran dihentikan, Israel juga akan membatasi untuk menerbangkan drone pengintai di Gaza Utara. Setidaknya selama 6 jam per hari.

Para sandera yang akan dibebaskan berasal dari berbagai negara. Salah satu yang diharapkan Amerika Serikat untuk dibebaskan lebih dulu adalah Abigail Edan, balita Amerika berusia 3 tahun. Dia adalah sandera termuda dan orang tuanya diklaim telah dibunuh Hamas.

Mengerucutnya kesepakatan itu terjadi hanya sehari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan kabinet perangnya bertemu dengan keluarga sandera. Selama ini, Netanyahu bersikukuh tidak akan ada gencatan senjata sampai semua sandera dibebaskan tanpa terkecuali. Kemarin, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir juga memperingatkan agar tidak ada kesepakatan dengan Hamas.

Netanyahu dan Presiden AS Joe Biden selama ini menolak gencatan senjata. Mereka beralasan, itu bisa membuat Hamas mengumpulkan kekuatan kembali. Israel dan AS ingin menghancurkan Hamas seluruhnya tanpa gencatan, hanya dengan membuka koridor kemanusiaan selama beberapa jam per hari.

Baca Juga :  Jelang Peluncuran Pesawat KFX-IFX, Prabowo Temui Presiden Korsel

Namun, selama pembahasan damai itu berlangsung, Israel masih membombardir Gaza dengan membabi buta. Senin (20/11), sebuah sekolah yang dikelola PBB di kamp pengungsi Bureij dijatuhi bom. Padahal, sekolah itu dipakai untuk menampung para pengungsi. Beberapa orang tewas dan terluka.

’’Kami masih mengumpulkan informasi,’’ ujar Direktur Komunikasi Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Juliette Touma, seperti dilansir CNN. Versi Hamas, korban tewas mencapai 10 orang.

Video yang dipublikasikan oleh kantor berita AFP menunjukkan kerusakan besar di bagian luar gedung, dengan lubang besar di salah satu dinding beton. Noda darah terlihat di halaman sekolah. Ambulans terekam bergegas menuju Rumah Sakit Al-Aqsa yang menunjukkan beberapa anak yang terluka sedang dirawat.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kemarin menyatakan telah mengepung Kota Jabalia. Di kota itu terdapat kamp pengungsian terbesar di Jalur Gaza. IDF mengaku mendapat dukungan dari jet tempur dan drone. Versi militer Israel, serangan di wilayah itu menargetkan tiga terowongan dan menewaskan puluhan militan. (sha/c18/bay/jpg/hnd)

Terpopuler

Artikel Terbaru