30.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Amerika Tak Berdaya, Turki Caplok Suriah Utar

ANKARA-Turki akhirnya
setuju menghentikan sementara operasi militernya di Suriah bagian utara. Hal
itu disepakati dalam pertemuan antara Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Wakil
Presiden Amerika Serikat Mike Pence di Ankara, Kamis (17/10).

Menurut kesepakatan itu, Turki akan
diberi otoritas untuk mengontrol zona aman di Suriah utara. Namun sebelumnya,
Ankara harus menghentikan semua serangan selama lima hari untuk meberi
kesempatan kepada milisi Kurdi keluar dari zona tersebut.

Kesepakatan ini kembali membuktikan bahwa
Amerika Serikat tidak mampu menekan Turki. Pasalnya, semua yang disepakati
sesuai dengan keinginan rezim Recep Tayyip Erdogan.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyebutkan Ankara
mendapatkan apa yang diinginkan. “Ini bukan gencatan senjata-gencatan senjata
hanya terjadi antara dua pihak yang sah.
Saat elemen-elemen teroris
seluruhnya meninggalkan zona aman maka kami akan menghentikan operasi,” ujar
Cavusoglu saat
konferensi pers
.

Baca Juga :  Sampai Hari Ini, Virus Corona Sudah Menyebar di 60 Negara

Teroris yang dimaksud Cavusoglu adalah
YPG, milisi Kurdi yang menjadi kekuatan dominan di Suriah Utara. Ankara
menganggap mereka kelompok teroris yang bersekongkol dengan milisi Partai
Pekerja Kurdi (PKK) di Turki. YPG itu sendiri merupakan sekutu utama AS dalam
perang membasmi ISIS.

Cavusoglu mengatakan kedua pihak sepakat
menyita senjata berat dari YPG dan posisi mereka dihancurkan. Lagi-lagi, hal
ini sesuai dengan keinginan Ankara sejak lama.

Bertolak belakang dengan pernyataan Wakil
Presiden AS Mike Pence di Ankara, Cavusoglu menegaskan bahwa Turki tidak
menjamin soal Kota Kobani di perbatasan Suriah. Dia menuturkan Turki akan
membahas Kota Manbij dan wilayah lainnya dengan Rusia. (ant/dil/jpnn)

Baca Juga :  Sembuh dari Sakit, Pangeran Charles Buka RS Khusus Pasien Covid-19

 

 

ANKARA-Turki akhirnya
setuju menghentikan sementara operasi militernya di Suriah bagian utara. Hal
itu disepakati dalam pertemuan antara Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Wakil
Presiden Amerika Serikat Mike Pence di Ankara, Kamis (17/10).

Menurut kesepakatan itu, Turki akan
diberi otoritas untuk mengontrol zona aman di Suriah utara. Namun sebelumnya,
Ankara harus menghentikan semua serangan selama lima hari untuk meberi
kesempatan kepada milisi Kurdi keluar dari zona tersebut.

Kesepakatan ini kembali membuktikan bahwa
Amerika Serikat tidak mampu menekan Turki. Pasalnya, semua yang disepakati
sesuai dengan keinginan rezim Recep Tayyip Erdogan.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyebutkan Ankara
mendapatkan apa yang diinginkan. “Ini bukan gencatan senjata-gencatan senjata
hanya terjadi antara dua pihak yang sah.
Saat elemen-elemen teroris
seluruhnya meninggalkan zona aman maka kami akan menghentikan operasi,” ujar
Cavusoglu saat
konferensi pers
.

Baca Juga :  Sampai Hari Ini, Virus Corona Sudah Menyebar di 60 Negara

Teroris yang dimaksud Cavusoglu adalah
YPG, milisi Kurdi yang menjadi kekuatan dominan di Suriah Utara. Ankara
menganggap mereka kelompok teroris yang bersekongkol dengan milisi Partai
Pekerja Kurdi (PKK) di Turki. YPG itu sendiri merupakan sekutu utama AS dalam
perang membasmi ISIS.

Cavusoglu mengatakan kedua pihak sepakat
menyita senjata berat dari YPG dan posisi mereka dihancurkan. Lagi-lagi, hal
ini sesuai dengan keinginan Ankara sejak lama.

Bertolak belakang dengan pernyataan Wakil
Presiden AS Mike Pence di Ankara, Cavusoglu menegaskan bahwa Turki tidak
menjamin soal Kota Kobani di perbatasan Suriah. Dia menuturkan Turki akan
membahas Kota Manbij dan wilayah lainnya dengan Rusia. (ant/dil/jpnn)

Baca Juga :  Sembuh dari Sakit, Pangeran Charles Buka RS Khusus Pasien Covid-19

 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru