30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Makan Daging, Bumi Kian Panas

INGIN berkontribusi terhadap upaya pencegahan
pemanasan global? Kurangi konsumsi daging dan tambah sayuran. Hal tersebut
diungkapkan oleh lembaga PBB Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).

Informasi yang lazim di masyarakat soal upaya
melawan pemanasan global adalah mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan
limbah plastik. Namun, 107 peneliti IPCC menyimpulkan bahwa upaya menekan emisi
gas rumah kaca dimulai dari urusan perut. Semakin banyak manusia yang mengonsumsi
daging merah, semakin cepat pula panas bumi melewati batasan Kesepakatan Paris.

“Kami tidak menyuruh semua orang berhenti
mengonsumsi daging. Tapi, sudah jelas bahwa masyarakat di (negara-negara, Red)
Barat makan daging terlalu banyak,” ujar Pete Smith, pakar lingkungan hidup
dari Aberdeen University, kepada BBC.

Baca Juga :  Timor Leste Ngebet Jadi Anggota ASEAN

Menurut Food and Agriculture Organization
(FAO), daging memang salah satu produk pangan dengan emisi terbesar. Per
kilogram daging sapi, misalnya, bisa menghasilkan 26,5 kilogram gas emisi.

Faktor penyebabnya banyak. Antara lain,
kotoran ternak, produksi pangan sapi, dan distribusi daging. Penggunaan lahan
jadi yang paling mengkhawatirkan. Semakin banyak permintaan, lahan pertanian
dan peternakan bakal semakin luas. Padahal, hutan, tumbuhan, dan tanah subur
menyimpan setidaknya sepertiga dari total emisi buatan manusia.

“Itu adalah perpaduan bencana yang pas. Lahan
makin terkurangi, manusia makin bertambah, dibungkus dengan selimut iklim yang
terus memanas,” tutur Dave Reay, profesor manajemen karbon Universitas
Edinburgh.

Menurut Kesepakatan Paris, seharusnya
pemanasan global tak melebihi 1,5 derajat Celsius. Namun, jika permasalahan
emisi akibat industri pangan itu tak diatasi, target tersebut semakin sulit
tercapai. Akibatnya, justru ketersediaan pangan bakal terganggu. Ingat,
perubahan iklim juga mengakibatkan cuaca ekstrem seperti badai dan kemarau
panjang.

Baca Juga :  Penembakan Brutal di Colorado, 6 Tewas, Pelaku Kemudian Bunuh Diri

Kalau cuaca semakin tak menentu, hasil
pertanian juga berkurang. “Daratan adalah tempat kita tinggal. Mereka adalah
solusi (dari perubahan iklim, Red), tapi tak bisa apa-apa tanpa campur tangan
manusia,” ujar Lee Hoesung, salah satu pemimpin IPCC. (bil/c11/edy/dos/JPC)

 

INGIN berkontribusi terhadap upaya pencegahan
pemanasan global? Kurangi konsumsi daging dan tambah sayuran. Hal tersebut
diungkapkan oleh lembaga PBB Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).

Informasi yang lazim di masyarakat soal upaya
melawan pemanasan global adalah mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan
limbah plastik. Namun, 107 peneliti IPCC menyimpulkan bahwa upaya menekan emisi
gas rumah kaca dimulai dari urusan perut. Semakin banyak manusia yang mengonsumsi
daging merah, semakin cepat pula panas bumi melewati batasan Kesepakatan Paris.

“Kami tidak menyuruh semua orang berhenti
mengonsumsi daging. Tapi, sudah jelas bahwa masyarakat di (negara-negara, Red)
Barat makan daging terlalu banyak,” ujar Pete Smith, pakar lingkungan hidup
dari Aberdeen University, kepada BBC.

Baca Juga :  Timor Leste Ngebet Jadi Anggota ASEAN

Menurut Food and Agriculture Organization
(FAO), daging memang salah satu produk pangan dengan emisi terbesar. Per
kilogram daging sapi, misalnya, bisa menghasilkan 26,5 kilogram gas emisi.

Faktor penyebabnya banyak. Antara lain,
kotoran ternak, produksi pangan sapi, dan distribusi daging. Penggunaan lahan
jadi yang paling mengkhawatirkan. Semakin banyak permintaan, lahan pertanian
dan peternakan bakal semakin luas. Padahal, hutan, tumbuhan, dan tanah subur
menyimpan setidaknya sepertiga dari total emisi buatan manusia.

“Itu adalah perpaduan bencana yang pas. Lahan
makin terkurangi, manusia makin bertambah, dibungkus dengan selimut iklim yang
terus memanas,” tutur Dave Reay, profesor manajemen karbon Universitas
Edinburgh.

Menurut Kesepakatan Paris, seharusnya
pemanasan global tak melebihi 1,5 derajat Celsius. Namun, jika permasalahan
emisi akibat industri pangan itu tak diatasi, target tersebut semakin sulit
tercapai. Akibatnya, justru ketersediaan pangan bakal terganggu. Ingat,
perubahan iklim juga mengakibatkan cuaca ekstrem seperti badai dan kemarau
panjang.

Baca Juga :  Penembakan Brutal di Colorado, 6 Tewas, Pelaku Kemudian Bunuh Diri

Kalau cuaca semakin tak menentu, hasil
pertanian juga berkurang. “Daratan adalah tempat kita tinggal. Mereka adalah
solusi (dari perubahan iklim, Red), tapi tak bisa apa-apa tanpa campur tangan
manusia,” ujar Lee Hoesung, salah satu pemimpin IPCC. (bil/c11/edy/dos/JPC)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru