33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Kekeringan Hebat, Puluhan Gajah Mati Kehausan di Zimbabwe

PROKALTENG.COPerubahan iklim sangat terasa di Zimbabwe yang menyebabkan negara itu dilanda kekeringan hebat. Puluhan gajah ditemukan mati kehausan di Taman Nasional Hwange yang populer di Zimbabwe itu.

Insiden itu membuat para pegiat konservasi lingkungan khawatir jumlah gajah yang mati akan bertambah karena kekeringan dan fenomena cuaca El Nino yang membuat lubang air menjadi kering. Menurut pejabat Otoritas Taman dan Satwa Liar Zimbabwe (Zimparks), Taman Hwange tidak dilintasi aliran sungai yang besar. Sehingga, hewan-hewan itu hanya bergantung pada sumur bor bertenaga surya.

”Kami hanya mengandalkan lubang air buatan karena air permukaan menyusut. Namun demikian, gajah sangat bergantung pada air, kami terus mencatat kematian akibat kekeringan ini,” kata ahli ekologi Taman Nasional Hwange Daphine Madhlamoto kepada Reuters.

Populasi gajah di Taman Nasional Hwange mencapai 45.000 ekor. Gajahgajah dewasa membutuhkan 200 liter air per hari. Namun, karena sumber air semakin berkurang, pompa air bertenaga surya di 104 sumur bor tidak sanggup menyediakan air yang cukup.

Baca Juga :  Wabah Ebola Bikin WHO Panik. Dari Kongo Menyebar ke Uganda

Dilansir JawaPos.com dari Antara, Jumat (8/12), puluhan bangkai gajah bergelimpangan di dekat lubang air akibat kehausan. Pejabat taman nasional itu mengatakan, ada gajah yang mati di semak-semak sehingga menjadi santapan singa dan burung pemakan bangkai.

”Taman ini telah menyaksikan dampak dari perubahan iklim. Curah hujan semakin berkurang,” ungkap Madhlamoto.

Musim hujan di Zimbabwe sebenarnya berlangsung dari November hingga Maret, tetapi tahun ini hampir tidak ada hujan. Bahkan, menurut badan meteorologi setempat, kemarau di Zimbabwe diperkirakan akan berlanjut hingga 2024.

Zimparks mengatakan, hewan-hewan terpaksa berjalan jauh untuk mencari air dan makanan. Beberapa kawanan menyeberang ke Botswana.

Sementara itu, kelompok-kelompok konservasi terus berusaha menyediakan tambahan air dengan mengeruk lubang dan memompa lebih banyak air melalui sumur bertenaga surya.

Baca Juga :  China Peringatkan Inggris Tidak Campuri Urusan Hong Kong

Zimbabwe menjadi habitat bagi hampir 100.000 ekor gajah. Tapi kapasitas air di negara itu hanya cukup memberi minum sekitar 50.000 gajah dan mengakibatkan taman-taman nasional di sana kewalahan.

Menurut ahli cuaca, El Nino memicu cuaca yang lebih panas dan lebih kering sepanjang tahun. Fenomena cuaca global musiman itu kini menjadi sorotan pada forum COP28 tentang aksi penanganan iklim di Dubai. (jpc/hnd)

PROKALTENG.COPerubahan iklim sangat terasa di Zimbabwe yang menyebabkan negara itu dilanda kekeringan hebat. Puluhan gajah ditemukan mati kehausan di Taman Nasional Hwange yang populer di Zimbabwe itu.

Insiden itu membuat para pegiat konservasi lingkungan khawatir jumlah gajah yang mati akan bertambah karena kekeringan dan fenomena cuaca El Nino yang membuat lubang air menjadi kering. Menurut pejabat Otoritas Taman dan Satwa Liar Zimbabwe (Zimparks), Taman Hwange tidak dilintasi aliran sungai yang besar. Sehingga, hewan-hewan itu hanya bergantung pada sumur bor bertenaga surya.

”Kami hanya mengandalkan lubang air buatan karena air permukaan menyusut. Namun demikian, gajah sangat bergantung pada air, kami terus mencatat kematian akibat kekeringan ini,” kata ahli ekologi Taman Nasional Hwange Daphine Madhlamoto kepada Reuters.

Populasi gajah di Taman Nasional Hwange mencapai 45.000 ekor. Gajahgajah dewasa membutuhkan 200 liter air per hari. Namun, karena sumber air semakin berkurang, pompa air bertenaga surya di 104 sumur bor tidak sanggup menyediakan air yang cukup.

Baca Juga :  Wabah Ebola Bikin WHO Panik. Dari Kongo Menyebar ke Uganda

Dilansir JawaPos.com dari Antara, Jumat (8/12), puluhan bangkai gajah bergelimpangan di dekat lubang air akibat kehausan. Pejabat taman nasional itu mengatakan, ada gajah yang mati di semak-semak sehingga menjadi santapan singa dan burung pemakan bangkai.

”Taman ini telah menyaksikan dampak dari perubahan iklim. Curah hujan semakin berkurang,” ungkap Madhlamoto.

Musim hujan di Zimbabwe sebenarnya berlangsung dari November hingga Maret, tetapi tahun ini hampir tidak ada hujan. Bahkan, menurut badan meteorologi setempat, kemarau di Zimbabwe diperkirakan akan berlanjut hingga 2024.

Zimparks mengatakan, hewan-hewan terpaksa berjalan jauh untuk mencari air dan makanan. Beberapa kawanan menyeberang ke Botswana.

Sementara itu, kelompok-kelompok konservasi terus berusaha menyediakan tambahan air dengan mengeruk lubang dan memompa lebih banyak air melalui sumur bertenaga surya.

Baca Juga :  China Peringatkan Inggris Tidak Campuri Urusan Hong Kong

Zimbabwe menjadi habitat bagi hampir 100.000 ekor gajah. Tapi kapasitas air di negara itu hanya cukup memberi minum sekitar 50.000 gajah dan mengakibatkan taman-taman nasional di sana kewalahan.

Menurut ahli cuaca, El Nino memicu cuaca yang lebih panas dan lebih kering sepanjang tahun. Fenomena cuaca global musiman itu kini menjadi sorotan pada forum COP28 tentang aksi penanganan iklim di Dubai. (jpc/hnd)

Terpopuler

Artikel Terbaru