33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Gegara Virus Corona, China Marah Besar ke Banyak Negara

VIRUS ganas Corona membuat banyak negara yang
menutup pintu bagi warga negara Cina dan menangguhkan penerbangan dari negara
Tirai Bambu tersebut. Larangan masuk bagi warganya itu membuat Cina benar-benar
marah, bahkan membandingkannya dengan peristiwa Holocaust.

Cina mengkritik negara-negara yang telah menerapkan pembatasan seperti itu,
dan melampiaskan banyak kemarahannya kepada Amerika Serikat (AS). Menurut
Beijing, keputusan seperti itu terlalu tidak baik.

Menurut Beijing keputusan seperti itu bertentangan dengan rekomendasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan darurat kesehatan global
akibat wabah 2019-nCoV tidak boleh direspons dengan pembatasan ketat perjalanan
dan perdagangan dengan China.

Pelaksana Tugas (Plt) Duta Besar China untuk Israel, Dai Yuming,
membandingkan apa yang dialami warga negara Cina di berbagai negara dengan
peristiwa Holocaust.

Dalam sebuah pengarahan kemarin di Tel Aviv dia mengatakan; “Jutaan orang
Yahudi terbunuh, dan banyak, banyak orang Yahudi yang ditolak ketika mereka
mencoba mencari bantuan dari negara lain. Hanya sangat, sangat sedikit negara
yang membuka pintu mereka, dan di antara mereka adalah China,” katanya, seperti
dikutip dari SBS.com.au, Senin (3/2/2020).

Baca Juga :  10 Ribu Jamaah Haji Wajib Pakai Masker Saat Ibadah

Dia juga menyalahkan apa yang dia sebut sebagai “berita palsu” sebagai
faktor banyak negara membuat pembatasan seperti itu.

Dai dalam menceritakan peristiwa Holocaust mengklaim bahwa Shanghai di masa
silam menawarkan perlindungan kepada sekitar 20.000 orang Yahudi yang melarikan
diri dari Eropa.

Cina mungkin menyadari bahwa pihaknya melangkah terlalu jauh dengan
perbandingan Holocaust kali ini. Kedutaan Besar China di Israel kemudian
meminta maaf atas pernyataan Dai, dan mengatakan; “Tidak ada niat apa pun untuk
membandingkan hari-hari gelap Holocaust dengan situasi saat ini dan upaya yang
dilakukan oleh pemerintah Israel untuk melindungi warganya.”

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Cina menuduh Amerika Serikat (AS)
telah menciptakan dan menyebarkan ketakutan setelah wabah corona muncul, Senin
(3/2). AS justru melakukan hal yang dinilai tidak patut ketimbang menawarkan
bantuan signifikan untuk mengatasi masalah tersebut.

Baca Juga :  Pandemi Covid-19 di India Masih Panjang Meski Vaksinasi Sudah Dimulai

“Semua yang telah dilakukan hanya dapat menciptakan dan menyebarkan
ketakutan, yang merupakan contoh buruk,” kata juru bicara Kementerian Hua
Chunying.

Hua menjelaskan, AS adalah negara pertama yang menyarankan penarikan
sebagian staf kedutaannya dari Cina. Negara itu juga yang pertama memberlakukan
larangan perjalanan bagi para wisatawan Cina.

Dengan berbagai bukti tersebut, China yakin AS menyebarkan ketakutan ke
negara dan wilayah lain di seluruh dunia atas wabah tersebut.

Hua mengatakan, China berharap negara-negara lain akan membuat penilaian
dan tanggapan yang masuk akal, tenang, dan berdasarkan pada ilmu pengetahuan.

Virus corona jenis baru telah menelan 361 nyawa yang mayoritas berasal dari
Wuhan, Hubei China. Infeksi virus itu telah menyerang kurang lebih 17 ribu orang
di seluruh dunia.

Akibat penyebaran yang luas, banyak negara memberlakukan pelarangan warga
atau wisatawan yang sebelumnya dari wilayah China untuk masuk. Penerbangan dari
dan ke China pun banyak dibatalkan untuk sementara waktu. (der/fin/kpc)

VIRUS ganas Corona membuat banyak negara yang
menutup pintu bagi warga negara Cina dan menangguhkan penerbangan dari negara
Tirai Bambu tersebut. Larangan masuk bagi warganya itu membuat Cina benar-benar
marah, bahkan membandingkannya dengan peristiwa Holocaust.

Cina mengkritik negara-negara yang telah menerapkan pembatasan seperti itu,
dan melampiaskan banyak kemarahannya kepada Amerika Serikat (AS). Menurut
Beijing, keputusan seperti itu terlalu tidak baik.

Menurut Beijing keputusan seperti itu bertentangan dengan rekomendasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan darurat kesehatan global
akibat wabah 2019-nCoV tidak boleh direspons dengan pembatasan ketat perjalanan
dan perdagangan dengan China.

Pelaksana Tugas (Plt) Duta Besar China untuk Israel, Dai Yuming,
membandingkan apa yang dialami warga negara Cina di berbagai negara dengan
peristiwa Holocaust.

Dalam sebuah pengarahan kemarin di Tel Aviv dia mengatakan; “Jutaan orang
Yahudi terbunuh, dan banyak, banyak orang Yahudi yang ditolak ketika mereka
mencoba mencari bantuan dari negara lain. Hanya sangat, sangat sedikit negara
yang membuka pintu mereka, dan di antara mereka adalah China,” katanya, seperti
dikutip dari SBS.com.au, Senin (3/2/2020).

Baca Juga :  10 Ribu Jamaah Haji Wajib Pakai Masker Saat Ibadah

Dia juga menyalahkan apa yang dia sebut sebagai “berita palsu” sebagai
faktor banyak negara membuat pembatasan seperti itu.

Dai dalam menceritakan peristiwa Holocaust mengklaim bahwa Shanghai di masa
silam menawarkan perlindungan kepada sekitar 20.000 orang Yahudi yang melarikan
diri dari Eropa.

Cina mungkin menyadari bahwa pihaknya melangkah terlalu jauh dengan
perbandingan Holocaust kali ini. Kedutaan Besar China di Israel kemudian
meminta maaf atas pernyataan Dai, dan mengatakan; “Tidak ada niat apa pun untuk
membandingkan hari-hari gelap Holocaust dengan situasi saat ini dan upaya yang
dilakukan oleh pemerintah Israel untuk melindungi warganya.”

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Cina menuduh Amerika Serikat (AS)
telah menciptakan dan menyebarkan ketakutan setelah wabah corona muncul, Senin
(3/2). AS justru melakukan hal yang dinilai tidak patut ketimbang menawarkan
bantuan signifikan untuk mengatasi masalah tersebut.

Baca Juga :  Pandemi Covid-19 di India Masih Panjang Meski Vaksinasi Sudah Dimulai

“Semua yang telah dilakukan hanya dapat menciptakan dan menyebarkan
ketakutan, yang merupakan contoh buruk,” kata juru bicara Kementerian Hua
Chunying.

Hua menjelaskan, AS adalah negara pertama yang menyarankan penarikan
sebagian staf kedutaannya dari Cina. Negara itu juga yang pertama memberlakukan
larangan perjalanan bagi para wisatawan Cina.

Dengan berbagai bukti tersebut, China yakin AS menyebarkan ketakutan ke
negara dan wilayah lain di seluruh dunia atas wabah tersebut.

Hua mengatakan, China berharap negara-negara lain akan membuat penilaian
dan tanggapan yang masuk akal, tenang, dan berdasarkan pada ilmu pengetahuan.

Virus corona jenis baru telah menelan 361 nyawa yang mayoritas berasal dari
Wuhan, Hubei China. Infeksi virus itu telah menyerang kurang lebih 17 ribu orang
di seluruh dunia.

Akibat penyebaran yang luas, banyak negara memberlakukan pelarangan warga
atau wisatawan yang sebelumnya dari wilayah China untuk masuk. Penerbangan dari
dan ke China pun banyak dibatalkan untuk sementara waktu. (der/fin/kpc)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Terpopuler

Artikel Terbaru