33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Soal PCR Banyak Kritikan, Dahlan Iskan Singgung GeNose

KEBIJAKAN pemerintah yang mewajibkan hasil negatif Covid-19 melalui tes PCR bagi penumpang perjalanan transportasi udara menimbulkan banyak kritikan di masyarakat. Sebab, harga tes PCR yang sempat mahal sampai Rp 1 juta saat ini bida diturunkan menjadi Rp 300 ribu setelah mendapat perintah dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan menyinggung terkait penggunaan GeNose C19 yang sempat digunakan beberapa waktu lalu. Bahkan, sempat menjadi syarat bagi perjalanan kereta api. Alat pendeteksi melalui hembusan nafas tersebut merupakan hasil dari inovasi teknologi.

Dahlan menyayangkan, alat kesehatan hasil teknologi Covid-19 ciptaan hasil karya anak bangsa tidak didukung dan dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan saat pandemi berlangsung.

Baca Juga :  Seimbangkan Profesional dan Spiritual

“Suasana Covid-19 ini begitu hebatnya kok tidak muncul kehebatan di bidang lain misalnya GeNose, dan sama sekali kita tidak menemukan jejak di bidang kesehatan,” ujarnya dalam sebuah webinar, dikutip Sabtu (30/10).

Dahlan Iskan menyebut, ekosistem teknologi ciptaan anak bangsa hingga saat ini sulit berkembang karena terkendala oleh sulitnya bahan baku hingga biaya. Kendala alat GeNose sendiri terkait dengan bahan baku dibeli dalam jumlah kecil karena permintaannya sedikit.

“Waktu itu saya tau persis GeNose bicara panjang dengan Prof Fuad intinya sulit membeli bahan baku,” ucapnya.

Sayangnya, pengembangan dan produksi alat GeNose juga tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Akhirnya uang yang dimiliki seolah-oleh dihambur-hamburkan. Profesor Fuad menyebut, pihak yang memproduksi GeNose dan Universitas Gajah Mada (UGM) sendiri tidak memiliki cukup dana untuk membeli bahan baku dalam jumlah besar.

Baca Juga :  Awasi Pilkada, Bawaslu Libatkan Media Massa dan OMS

“Waktu itu kenapa tidak merayu pemerintah supaya pemerintah order dalam jumlah yang cukup katakanlah 1 kontainer. Sehingga, impornya bisa sekaligus bisa lebih murah,” ungkapnya.

Sebagai informasi, GeNose merupakan alat pendeteksi Covid-19 melalui hembusan nafas yang dihembuskan oleh seseorang. Alat ini dibekali dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang bisa mendeteksi partikel spesifik pengidap Covid-19 yang dikeluarkan pasien.

Alat ini bukan mendeteksi virusnya, tapi senyawa yang secara spesifik berbeda yang dikeluarkan orang pengidap Covid-19. Teknologi AI menganalisis dan memberikan hasil screeningnya.

KEBIJAKAN pemerintah yang mewajibkan hasil negatif Covid-19 melalui tes PCR bagi penumpang perjalanan transportasi udara menimbulkan banyak kritikan di masyarakat. Sebab, harga tes PCR yang sempat mahal sampai Rp 1 juta saat ini bida diturunkan menjadi Rp 300 ribu setelah mendapat perintah dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan menyinggung terkait penggunaan GeNose C19 yang sempat digunakan beberapa waktu lalu. Bahkan, sempat menjadi syarat bagi perjalanan kereta api. Alat pendeteksi melalui hembusan nafas tersebut merupakan hasil dari inovasi teknologi.

Dahlan menyayangkan, alat kesehatan hasil teknologi Covid-19 ciptaan hasil karya anak bangsa tidak didukung dan dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan saat pandemi berlangsung.

Baca Juga :  Seimbangkan Profesional dan Spiritual

“Suasana Covid-19 ini begitu hebatnya kok tidak muncul kehebatan di bidang lain misalnya GeNose, dan sama sekali kita tidak menemukan jejak di bidang kesehatan,” ujarnya dalam sebuah webinar, dikutip Sabtu (30/10).

Dahlan Iskan menyebut, ekosistem teknologi ciptaan anak bangsa hingga saat ini sulit berkembang karena terkendala oleh sulitnya bahan baku hingga biaya. Kendala alat GeNose sendiri terkait dengan bahan baku dibeli dalam jumlah kecil karena permintaannya sedikit.

“Waktu itu saya tau persis GeNose bicara panjang dengan Prof Fuad intinya sulit membeli bahan baku,” ucapnya.

Sayangnya, pengembangan dan produksi alat GeNose juga tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Akhirnya uang yang dimiliki seolah-oleh dihambur-hamburkan. Profesor Fuad menyebut, pihak yang memproduksi GeNose dan Universitas Gajah Mada (UGM) sendiri tidak memiliki cukup dana untuk membeli bahan baku dalam jumlah besar.

Baca Juga :  Awasi Pilkada, Bawaslu Libatkan Media Massa dan OMS

“Waktu itu kenapa tidak merayu pemerintah supaya pemerintah order dalam jumlah yang cukup katakanlah 1 kontainer. Sehingga, impornya bisa sekaligus bisa lebih murah,” ungkapnya.

Sebagai informasi, GeNose merupakan alat pendeteksi Covid-19 melalui hembusan nafas yang dihembuskan oleh seseorang. Alat ini dibekali dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang bisa mendeteksi partikel spesifik pengidap Covid-19 yang dikeluarkan pasien.

Alat ini bukan mendeteksi virusnya, tapi senyawa yang secara spesifik berbeda yang dikeluarkan orang pengidap Covid-19. Teknologi AI menganalisis dan memberikan hasil screeningnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru