33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Antisipasi Bencana Karhutla, BNF Bangun Dam di Hutan Sebangau

PALANGKA RAYA-Mengantisipasi bencana kebakaran hutan
dan lahan (karhutla) di kawasan Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) Sebangau,
Kota Palangka Raya, Borneo Nature Foundation (BNF) bekerja sama dengan Center
for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland
(CIMTROP), membangun sejumlah dam pada kanal-kanal di area hutan tersebut.


Habitat Restoration Officer BNF, Daniel Katopo
mengatakan, pembangunan dam yang berlangsung 14-22 Juli 2020 itu dilaksanakan
di kanal Danau Pancur (6 dam) dan Ijas (16 dam). Kanal Danau Pancur merupakan
salah satu titik yang ditargetkan dari seluruh kana di kawasan LAHG.

“Dengan demikian, ada 22 dam yang
pembangunannya melibatkan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan tersebut,
khususnya dari Desa Kereng Bangkirai, Kecamatan Sebangau,”jelasnya.

Dengan adanya dam dan tersekatnya kanal-kanal
di kawasan LAHG tersebut, akan terjadi proses pembasahan lahan gambut, dan
mengurangi keluarnya air dari dalam hutan melalui kanal bekas sejarah
penebangan pada masa lampau.

“Salah satu penyebab lahan gambut menjadi
kering dan mudah terbakar karena adanya 
kanal yang membelah hutan dan menjadi jalur keluar air dari dalam hutan.
Akibatnya, semua serapan air akan langsung mengalir ke kanal dengan cepat
menuju ke sungai,” ujarnya, kemarin (27/7).

Baca Juga :  Polda Kalteng dan Organisasi Islam Gelar Forum Silaturahmi Pilkada 202

Karhutla merupakan bencana besar tahunan
yang  berulang setiap tahun di Kalteng,
khususnya saat musim kemarau tiba. Menurut data dari SiPongi (Karhutla
Monitoring System), pada tahun 2019, tak kurang dari 317.749 hektar area di
Kalteng habis terbakar.

Daniel menambahkan, keberadaan dam sangat
diperlukan untuk mengontrol dan menahan laju air yang berada di dalam kanal
yang akan berefek pada meningkatnya jumlah air tertahan di dalam hutan rawa
gambut.

“Besaran dam akan sangat bervariasi, tergantung
pada hasil survei kondisi dan dimensi kanal yang dilakukan. Oleh karena itu, di
samping membangun dam, BNF juga melaksanakan kegiatan pengukuran hidrologi dan
monitoring kedalaman air,” tegasnya.

Koordinator Pembangunan dam, Idrus mengatakan,
ada beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembangunan dam. Pada saat
musim penghujan Kondisi air sungai sangat berpengaruh di dalam proses
mobilisasi kayu dari pelabuhan sampai titik yang telah ditentukan. Pengiriman
bahan ini dilakukan dengan menggunakan perahu klotok dan di mobilisasi ke
titik-titik pembangunan dam secara manual dan dialirkan dengan cara diikat pada
pelampung dengan menggunakan jerigen plastik.

“Sangat sulit dan berat di kedua musim baik itu
hujan dan atau kemarau, dan kalau di musim penghujan akses akan lebih sulit
ketika berjalan karena air tergenang dan juga cukup sulit di dalam pembangunan
fisik dam karena air banjir, sedangkan dimusim kemarau kebalikannya akses
berjalan mudah tapi memakan waktu lama karena jauh akan tetapi pembangunan dam
akan lebih mudah,” ungkapnya.

Baca Juga :  2.884 Bilik dan Kotak Suara Disebar ke TPS se-Kota Palangka Raya

Idrus menjelaskan, di samping untuk menjaga
lahan gambut tetap basah, keberadaan dam di kanal juga bermanfaat sebagai
sumber air untuk pembuatan sumur bor yang bisa dipakai untuk kegiatan
penanggulangan kebakaran hutan. Selain itu, fungsi dam lainnya adalah sebagai
sumber ketersediaan air bagi beragam jenis satwa di dalam hutan, khususnya hal
ini terjadi ketika saat musim kemarau tiba, di mana sumber air yang berada di
sungai cukup jauh sehingga air yang tersekat di dalam kanal akan menjadi sumber
alternatif bagi hewan.

“Kalau ada air seperti
ini, hewan-hewan sering turun ke kanal untuk minum, dan selain itu  penanggulangan karhutla juga menjadi lebih
mudah bagi tim untuk mencari sumber air guna memadamkan api ketika kebakaran
hutan terjadi,” tuturnya.

PALANGKA RAYA-Mengantisipasi bencana kebakaran hutan
dan lahan (karhutla) di kawasan Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) Sebangau,
Kota Palangka Raya, Borneo Nature Foundation (BNF) bekerja sama dengan Center
for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland
(CIMTROP), membangun sejumlah dam pada kanal-kanal di area hutan tersebut.


Habitat Restoration Officer BNF, Daniel Katopo
mengatakan, pembangunan dam yang berlangsung 14-22 Juli 2020 itu dilaksanakan
di kanal Danau Pancur (6 dam) dan Ijas (16 dam). Kanal Danau Pancur merupakan
salah satu titik yang ditargetkan dari seluruh kana di kawasan LAHG.

“Dengan demikian, ada 22 dam yang
pembangunannya melibatkan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan tersebut,
khususnya dari Desa Kereng Bangkirai, Kecamatan Sebangau,”jelasnya.

Dengan adanya dam dan tersekatnya kanal-kanal
di kawasan LAHG tersebut, akan terjadi proses pembasahan lahan gambut, dan
mengurangi keluarnya air dari dalam hutan melalui kanal bekas sejarah
penebangan pada masa lampau.

“Salah satu penyebab lahan gambut menjadi
kering dan mudah terbakar karena adanya 
kanal yang membelah hutan dan menjadi jalur keluar air dari dalam hutan.
Akibatnya, semua serapan air akan langsung mengalir ke kanal dengan cepat
menuju ke sungai,” ujarnya, kemarin (27/7).

Baca Juga :  Polda Kalteng dan Organisasi Islam Gelar Forum Silaturahmi Pilkada 202

Karhutla merupakan bencana besar tahunan
yang  berulang setiap tahun di Kalteng,
khususnya saat musim kemarau tiba. Menurut data dari SiPongi (Karhutla
Monitoring System), pada tahun 2019, tak kurang dari 317.749 hektar area di
Kalteng habis terbakar.

Daniel menambahkan, keberadaan dam sangat
diperlukan untuk mengontrol dan menahan laju air yang berada di dalam kanal
yang akan berefek pada meningkatnya jumlah air tertahan di dalam hutan rawa
gambut.

“Besaran dam akan sangat bervariasi, tergantung
pada hasil survei kondisi dan dimensi kanal yang dilakukan. Oleh karena itu, di
samping membangun dam, BNF juga melaksanakan kegiatan pengukuran hidrologi dan
monitoring kedalaman air,” tegasnya.

Koordinator Pembangunan dam, Idrus mengatakan,
ada beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembangunan dam. Pada saat
musim penghujan Kondisi air sungai sangat berpengaruh di dalam proses
mobilisasi kayu dari pelabuhan sampai titik yang telah ditentukan. Pengiriman
bahan ini dilakukan dengan menggunakan perahu klotok dan di mobilisasi ke
titik-titik pembangunan dam secara manual dan dialirkan dengan cara diikat pada
pelampung dengan menggunakan jerigen plastik.

“Sangat sulit dan berat di kedua musim baik itu
hujan dan atau kemarau, dan kalau di musim penghujan akses akan lebih sulit
ketika berjalan karena air tergenang dan juga cukup sulit di dalam pembangunan
fisik dam karena air banjir, sedangkan dimusim kemarau kebalikannya akses
berjalan mudah tapi memakan waktu lama karena jauh akan tetapi pembangunan dam
akan lebih mudah,” ungkapnya.

Baca Juga :  2.884 Bilik dan Kotak Suara Disebar ke TPS se-Kota Palangka Raya

Idrus menjelaskan, di samping untuk menjaga
lahan gambut tetap basah, keberadaan dam di kanal juga bermanfaat sebagai
sumber air untuk pembuatan sumur bor yang bisa dipakai untuk kegiatan
penanggulangan kebakaran hutan. Selain itu, fungsi dam lainnya adalah sebagai
sumber ketersediaan air bagi beragam jenis satwa di dalam hutan, khususnya hal
ini terjadi ketika saat musim kemarau tiba, di mana sumber air yang berada di
sungai cukup jauh sehingga air yang tersekat di dalam kanal akan menjadi sumber
alternatif bagi hewan.

“Kalau ada air seperti
ini, hewan-hewan sering turun ke kanal untuk minum, dan selain itu  penanggulangan karhutla juga menjadi lebih
mudah bagi tim untuk mencari sumber air guna memadamkan api ketika kebakaran
hutan terjadi,” tuturnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru