31.7 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Gegara Bajakah, Hanya Modal Capek Raup Untung Jutaan

PALANGKA RAYA – Setelah penelitian Bajakah berhasil
meraih medali emas di dalam ajang World Invention Olympic (WICO) di Seoul, Korea
Selatan karena menjadi obat penyembuh kanker, kini tumbuhan itu menjadi
viral.

Kemunculan Bajakah seakan mendadak menyentakan seantero tanah air, bahkan
dunia. Tidak hanya para penyintas kanker yang kemudian memburu tumbuhan liar
yang diduga hanya ada di Kalimantan ini, tetapi berbagai kalangan, termasuk masyarakat
umum.

Kini, viralnya Bajakah ternyata tidak hanya memberikan harapan baru bagi
para penyintas kanker, tapi juga masyarakat yang mencoba mengais keuntungan
dadakan.

Tak heran sejak dua pekan terakhir, hampir di setiap sudut kota dan ruas
jalan di Palangka Raya terlihat para penjual Bajakah dadakan.

Desi salah satunya. Perempuan 28 tahun itu bersama suami dan anaknya kini
kesehariannya memiliki pekerjaan baru, yaitu menjadi penjual Bajakah. Mereka membuka
lapaknya di pinggir Jalan RTA Milono km 5 Kota Palangka Raya.

Desi mengakui bajakah yang ia jual merupakan bajakah yang dicari oleh orang
tuanya. “Kalau saya sendiri tidak mengenali juga bajakahnya, jadi yang
mencari di hutan adalah orang tua saya. Orang tua saya memang sudah biasa pergi
ke hutan,” katanya kepada kaltengpos.co,
Jumat (23/8/2019).

Baca Juga :  13 JCH Kotim Tertunda Berangkat, Ini Penyebabnya

Warga Kereng Bangkirai itu juga mengakui jika mereka sudah berjualan sejak 7
hari lalu. Ia, suami dan anaknya setiap hari mulai berjualan sekitar pukul
10.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.

“Untuk modal, ya modal capek dan beli minyak motor saja, karena
tempatnya jauh,” ujarnya.

Ia juga mengakui untuk pendapatan per hari tergantung, biasanya paling
sedikit Rp300 ribu dan paling banyak banyak 1 juta. Selain itu, Bajakah yang ia
jual per meternya Rp50 ribu.

“Bajakahnya 1 meter Rp50 ribu, ada yang sudah dipotong pendek, ada
yang sudah dipotong pendek dibelah dan ada juga yang memang berukuran 1 meter.
Kami juga ada menjual air bajakahnya, harganya Rp300 ribu sampai Rp400 ribu per
botol 600 ml,” ucapnya.

Sementara itu, Siti (35) yang berjualan Bajakah di Jalan RTA Milono km 9
Kota Palangka Raya juga mengakui bahwa yang mencari Bakajah ke hutan adalah
saudaranya yang sudah tua dan memang biasa ke hutan.

“Di sini kami jualnya gabungan sekitaran 12 orang. Jika 12 orang
semuanya buka meja untuk jualan penuh depan sini. Makanya kami gabung, karena
yang kami jual juga tidak banyak,” ungkapnya.

Ia mengatakan bajakah yang pihaknya juah ada 2 jenis bajakah, yakni bajakah
bawi yang warna kemerahan dan bajakah hatue yang warna kekuningan. Sedangkan
untuk harga per ikat yakni mulai dari 50 ribu hingga 100 ribu dan untuk yang
bungkus mulai dari 60 ribu hingga 100 ribu.

Baca Juga :  Garda Muda NasDem Gaet Kaum Milenial untuk Memenangkan Sugianto-Edy

“Tetapi kami tidak mematok harga memang harus segitu, kadang ada yang
beli menawar harga ya kami turunkan harga. Harga tergantung orang yang jual
saja, di sini kan kita saling bantu,” ucapnya.

Selain Desi, Siti dan kawan-kawannya, saat ini Bajakah pun ternyata marak
dijual secara daring. Termasuk di start up – start up khusus jual beli online. Harga
yang ditawarkan pun beragam.

Di lain pihak, maraknya penjualan Bajakah ini secara sporadis ini juga
menimbulkan kekhawatiran. Sehingga Pemprov Kalteng baru-baru ini telah
mengeluarkan kebijakan melarang penjualan Bajakah ke luar daerah. Bahkan saat
ini tengah digodok Peraturan Gubernur sebagai regulasi atau dasar hukum, guna
melindungi tumbuhan liar yang berkhasiat tersebut.

Selain menghindari pencarian Bajakah yang tidak terkontrol, masyarakat juga
diharapkan bisa lebih bijak dan berhati-hati ketika ingin membeli Bajakah.
Pasalnya, tumbuhan Bajakah diketahui memiliki banyak jenis yang di antaranya
justru beracun. Sehingga bisa membahayakan. (atm/nto)

PALANGKA RAYA – Setelah penelitian Bajakah berhasil
meraih medali emas di dalam ajang World Invention Olympic (WICO) di Seoul, Korea
Selatan karena menjadi obat penyembuh kanker, kini tumbuhan itu menjadi
viral.

Kemunculan Bajakah seakan mendadak menyentakan seantero tanah air, bahkan
dunia. Tidak hanya para penyintas kanker yang kemudian memburu tumbuhan liar
yang diduga hanya ada di Kalimantan ini, tetapi berbagai kalangan, termasuk masyarakat
umum.

Kini, viralnya Bajakah ternyata tidak hanya memberikan harapan baru bagi
para penyintas kanker, tapi juga masyarakat yang mencoba mengais keuntungan
dadakan.

Tak heran sejak dua pekan terakhir, hampir di setiap sudut kota dan ruas
jalan di Palangka Raya terlihat para penjual Bajakah dadakan.

Desi salah satunya. Perempuan 28 tahun itu bersama suami dan anaknya kini
kesehariannya memiliki pekerjaan baru, yaitu menjadi penjual Bajakah. Mereka membuka
lapaknya di pinggir Jalan RTA Milono km 5 Kota Palangka Raya.

Desi mengakui bajakah yang ia jual merupakan bajakah yang dicari oleh orang
tuanya. “Kalau saya sendiri tidak mengenali juga bajakahnya, jadi yang
mencari di hutan adalah orang tua saya. Orang tua saya memang sudah biasa pergi
ke hutan,” katanya kepada kaltengpos.co,
Jumat (23/8/2019).

Baca Juga :  13 JCH Kotim Tertunda Berangkat, Ini Penyebabnya

Warga Kereng Bangkirai itu juga mengakui jika mereka sudah berjualan sejak 7
hari lalu. Ia, suami dan anaknya setiap hari mulai berjualan sekitar pukul
10.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.

“Untuk modal, ya modal capek dan beli minyak motor saja, karena
tempatnya jauh,” ujarnya.

Ia juga mengakui untuk pendapatan per hari tergantung, biasanya paling
sedikit Rp300 ribu dan paling banyak banyak 1 juta. Selain itu, Bajakah yang ia
jual per meternya Rp50 ribu.

“Bajakahnya 1 meter Rp50 ribu, ada yang sudah dipotong pendek, ada
yang sudah dipotong pendek dibelah dan ada juga yang memang berukuran 1 meter.
Kami juga ada menjual air bajakahnya, harganya Rp300 ribu sampai Rp400 ribu per
botol 600 ml,” ucapnya.

Sementara itu, Siti (35) yang berjualan Bajakah di Jalan RTA Milono km 9
Kota Palangka Raya juga mengakui bahwa yang mencari Bakajah ke hutan adalah
saudaranya yang sudah tua dan memang biasa ke hutan.

“Di sini kami jualnya gabungan sekitaran 12 orang. Jika 12 orang
semuanya buka meja untuk jualan penuh depan sini. Makanya kami gabung, karena
yang kami jual juga tidak banyak,” ungkapnya.

Ia mengatakan bajakah yang pihaknya juah ada 2 jenis bajakah, yakni bajakah
bawi yang warna kemerahan dan bajakah hatue yang warna kekuningan. Sedangkan
untuk harga per ikat yakni mulai dari 50 ribu hingga 100 ribu dan untuk yang
bungkus mulai dari 60 ribu hingga 100 ribu.

Baca Juga :  Garda Muda NasDem Gaet Kaum Milenial untuk Memenangkan Sugianto-Edy

“Tetapi kami tidak mematok harga memang harus segitu, kadang ada yang
beli menawar harga ya kami turunkan harga. Harga tergantung orang yang jual
saja, di sini kan kita saling bantu,” ucapnya.

Selain Desi, Siti dan kawan-kawannya, saat ini Bajakah pun ternyata marak
dijual secara daring. Termasuk di start up – start up khusus jual beli online. Harga
yang ditawarkan pun beragam.

Di lain pihak, maraknya penjualan Bajakah ini secara sporadis ini juga
menimbulkan kekhawatiran. Sehingga Pemprov Kalteng baru-baru ini telah
mengeluarkan kebijakan melarang penjualan Bajakah ke luar daerah. Bahkan saat
ini tengah digodok Peraturan Gubernur sebagai regulasi atau dasar hukum, guna
melindungi tumbuhan liar yang berkhasiat tersebut.

Selain menghindari pencarian Bajakah yang tidak terkontrol, masyarakat juga
diharapkan bisa lebih bijak dan berhati-hati ketika ingin membeli Bajakah.
Pasalnya, tumbuhan Bajakah diketahui memiliki banyak jenis yang di antaranya
justru beracun. Sehingga bisa membahayakan. (atm/nto)

Terpopuler

Artikel Terbaru