33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Manfaat Psikologis bagi Orang Berpuasa

BULAN Ramadan merupakan bulan yang banyak
dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Bulan ini menjadi bulan yang
paling istimewa di antara sebelas bulan lainnya, karena me
rupakan
bulan yang penuh berkah dan ampunan, sehingga bisa menjadi waktu terbaik untuk memperbaiki
diri seutuhnya. Puasa Ramadan jangan sampai menjadi paksaan, karena
sesungguhnya terdapat banyak hikmah dan manfaatnya. Jika seseorang  mau memaknai ibadah puasa dengan ikhlas, maka
ia
akan mendapat manfaat dari puasanya, baik
secara fisik maupun psikologis.

Banyak
manfaat psikologis bagi orang yang menjalani puasa. Selain yang telah
disebutkan dalam renungan kemarin, puasa juga memberi manfaat lain, yakni:

Meningkatkan nilai sosial. Pada waktu puasa, seseorang dianjurkan untuk melakukan ibadah
horizontal (memberi makan orang yang berpuasa, memberi infak, menyerahkan zakat
fitrah, menyerahkan zakat mal, mengganti ketidakmampuan berpuasa dengan fidiah, dan sebagainya), maka
puasa akan meningkatkan nilai sosial. Rasulullah sendiri memberi contoh untuk
beramal yang sebanyak-banyaknya kepada orang lain. ”Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan
sifat dermawannya itu lebih menonjol pada bulan Ramadan, yakni ketika ia
ditemui malaikat Jibril
(HR Bukhari, dalam Sabiq, 2007).” Suasana
puasa yang mendorong orang untuk beramal bagi kesejahteraan dan kebaikan orang
lain ini, pada gilirannya akan menghidupkan nilai sosial.

Memperkuat
motivasi dan semangat juang.
Berpuasa akan menunjukkan kepada diri kita  sendiri apa yang dapat dilakukan pikiran saat
diuji, sehingga akan memerkuat motivasi dan semangat juang saat melakukan hal
lain.

Baca Juga :  Pelepasliaran Dua Ekor Piton Akhirnya Batal, Ini Alasannya

Meningkatkan kualitas tidur. Penelitian telah menunjukkan bahwa puasa dapat membuat tidur
seseorang menjadi lebih baik, tanpa tiba-tiba terbangun di tengah malam.
Setelah seminggu puasa, kualitas tidur akan meningkat. Kualitas tidur yang baik
dapat menyebabkan suasana hati yang lebih baik pula.
Kita terbiasa untuk mengondisikan jadwal tidur malam agar dapat
terbangun tepat waktu untuk sahur, sehingga kualitas dan kuantitas tidur
menjadi lebih baik dibandingkan dengan hari biasa.

Mengurangi rasa takut dan
agresif
. Ada bagian otak yang
memonitor lingkungan dari ancaman dan bahaya, sehingga dapat meredakan
ketakutan dan kemarahan.

Pikiran yang penuh cinta dan
kasih.
Kegiatan selama Ramadan
membuat perasaan tenang, damai, penuh cinta, dan sukacita. Puasa dapat
menghambat neurotransmitter
yang dilepaskan otak untuk menunjukkan efek emosional.

Bijaksana dan toleransi. Saat berpuasa akan ada banyak ujian yang akan kita hadapi, seperti
emosi, berprasangka buruk, dan lain-lain. Saat itulah kita akan belajar untuk
lebih bijaksana dalam bertindak. Tenggang rasa dan memliki pandangan yang
jernih. Mungkin kini kita tidak merasakannya, tapi sebagai penerus bangsa,
sikap bijaksana, toleransi, dan saling memaafkan akan menjadi ilmu paling
berharga dalam kehidupan. Khususnya di Indonesia dengan berbagai keberagaman,
kita mampu menilainya dengan lebih dewasa.

Membentuk pribadi yang sederhana. Sesungguhnya puasa Ramadan mengajarkan kesederhanaan dan saling
berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Islam menyukai keindahan dan
kesederhanan. Sesuatu yang berlebih-lebihan, apalagi disengaja untuk pamer,
adalah hal yang dibenci Allah Swt. Karena itu, pada bulan Ramdan, seseorang
akan belajar mengendalikan diri dari hal-hal pamer yang bersifat duniawi.
Bahkan kita bisa belajar bahwa masalah ibadah adalah urusan antara Anda dan
Sang Pencipta, bukan ajang untuk pamer. Saat kita sudah bisa membawa
kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari di luar bulan Ramadan, maka hidup
kita akan jauh lebih tenang. Dengan kesederhanaan, kita bisa menghargai apa
yang dimiliki dan lebih bersyukur. Syukur merupakan hal yang harus dilakukan
manusia sebagai perintah Allah yang banyak terdapat dalam Al-Qur’an. Seperti
dalam surah Luqman ayat 12: “Dan
sesungguhnya telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: ‘Bersyukurlah
kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesunggunya
ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka
sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Mahaterpuji.’”

Baca Juga :  Arimbi Vero

Riset
membuktikan, puasa dapat meningkatkan rasa pencapaian, kebanggaan, kontrol
diri, dan harga diri dengan rasa prestasi. Hal tersebut terjadi karena puasa
dapat meningkatkan produksi hormon-hormon tertentu yang mendorong rasa bahagia.
Selain itu, berhasil menjalankan puasa memunculkan rasa euforia
seperti berhasil menyelesaikan tugas
sulit. Inilah yang turut memicu hormon bahagia pada otak kita.

Selain itu, juga
dapat menurunkan tingkat stres, kecemasan, dan depresi. Bahkan, puasa juga bisa
memperbaiki kondisi gangguan kecemasan, sehingga banyak dokter menyarankan
puasa sebagai alat untuk mengobati depresi dan gangguan suasana hati. Semoga
Allah selalu menjauhkan kita dari penyakit hati, dan semoga kita dapat meraih
derajat takwa. (*)

BULAN Ramadan merupakan bulan yang banyak
dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Bulan ini menjadi bulan yang
paling istimewa di antara sebelas bulan lainnya, karena me
rupakan
bulan yang penuh berkah dan ampunan, sehingga bisa menjadi waktu terbaik untuk memperbaiki
diri seutuhnya. Puasa Ramadan jangan sampai menjadi paksaan, karena
sesungguhnya terdapat banyak hikmah dan manfaatnya. Jika seseorang  mau memaknai ibadah puasa dengan ikhlas, maka
ia
akan mendapat manfaat dari puasanya, baik
secara fisik maupun psikologis.

Banyak
manfaat psikologis bagi orang yang menjalani puasa. Selain yang telah
disebutkan dalam renungan kemarin, puasa juga memberi manfaat lain, yakni:

Meningkatkan nilai sosial. Pada waktu puasa, seseorang dianjurkan untuk melakukan ibadah
horizontal (memberi makan orang yang berpuasa, memberi infak, menyerahkan zakat
fitrah, menyerahkan zakat mal, mengganti ketidakmampuan berpuasa dengan fidiah, dan sebagainya), maka
puasa akan meningkatkan nilai sosial. Rasulullah sendiri memberi contoh untuk
beramal yang sebanyak-banyaknya kepada orang lain. ”Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan
sifat dermawannya itu lebih menonjol pada bulan Ramadan, yakni ketika ia
ditemui malaikat Jibril
(HR Bukhari, dalam Sabiq, 2007).” Suasana
puasa yang mendorong orang untuk beramal bagi kesejahteraan dan kebaikan orang
lain ini, pada gilirannya akan menghidupkan nilai sosial.

Memperkuat
motivasi dan semangat juang.
Berpuasa akan menunjukkan kepada diri kita  sendiri apa yang dapat dilakukan pikiran saat
diuji, sehingga akan memerkuat motivasi dan semangat juang saat melakukan hal
lain.

Baca Juga :  Pelepasliaran Dua Ekor Piton Akhirnya Batal, Ini Alasannya

Meningkatkan kualitas tidur. Penelitian telah menunjukkan bahwa puasa dapat membuat tidur
seseorang menjadi lebih baik, tanpa tiba-tiba terbangun di tengah malam.
Setelah seminggu puasa, kualitas tidur akan meningkat. Kualitas tidur yang baik
dapat menyebabkan suasana hati yang lebih baik pula.
Kita terbiasa untuk mengondisikan jadwal tidur malam agar dapat
terbangun tepat waktu untuk sahur, sehingga kualitas dan kuantitas tidur
menjadi lebih baik dibandingkan dengan hari biasa.

Mengurangi rasa takut dan
agresif
. Ada bagian otak yang
memonitor lingkungan dari ancaman dan bahaya, sehingga dapat meredakan
ketakutan dan kemarahan.

Pikiran yang penuh cinta dan
kasih.
Kegiatan selama Ramadan
membuat perasaan tenang, damai, penuh cinta, dan sukacita. Puasa dapat
menghambat neurotransmitter
yang dilepaskan otak untuk menunjukkan efek emosional.

Bijaksana dan toleransi. Saat berpuasa akan ada banyak ujian yang akan kita hadapi, seperti
emosi, berprasangka buruk, dan lain-lain. Saat itulah kita akan belajar untuk
lebih bijaksana dalam bertindak. Tenggang rasa dan memliki pandangan yang
jernih. Mungkin kini kita tidak merasakannya, tapi sebagai penerus bangsa,
sikap bijaksana, toleransi, dan saling memaafkan akan menjadi ilmu paling
berharga dalam kehidupan. Khususnya di Indonesia dengan berbagai keberagaman,
kita mampu menilainya dengan lebih dewasa.

Membentuk pribadi yang sederhana. Sesungguhnya puasa Ramadan mengajarkan kesederhanaan dan saling
berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Islam menyukai keindahan dan
kesederhanan. Sesuatu yang berlebih-lebihan, apalagi disengaja untuk pamer,
adalah hal yang dibenci Allah Swt. Karena itu, pada bulan Ramdan, seseorang
akan belajar mengendalikan diri dari hal-hal pamer yang bersifat duniawi.
Bahkan kita bisa belajar bahwa masalah ibadah adalah urusan antara Anda dan
Sang Pencipta, bukan ajang untuk pamer. Saat kita sudah bisa membawa
kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari di luar bulan Ramadan, maka hidup
kita akan jauh lebih tenang. Dengan kesederhanaan, kita bisa menghargai apa
yang dimiliki dan lebih bersyukur. Syukur merupakan hal yang harus dilakukan
manusia sebagai perintah Allah yang banyak terdapat dalam Al-Qur’an. Seperti
dalam surah Luqman ayat 12: “Dan
sesungguhnya telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: ‘Bersyukurlah
kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesunggunya
ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka
sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Mahaterpuji.’”

Baca Juga :  Arimbi Vero

Riset
membuktikan, puasa dapat meningkatkan rasa pencapaian, kebanggaan, kontrol
diri, dan harga diri dengan rasa prestasi. Hal tersebut terjadi karena puasa
dapat meningkatkan produksi hormon-hormon tertentu yang mendorong rasa bahagia.
Selain itu, berhasil menjalankan puasa memunculkan rasa euforia
seperti berhasil menyelesaikan tugas
sulit. Inilah yang turut memicu hormon bahagia pada otak kita.

Selain itu, juga
dapat menurunkan tingkat stres, kecemasan, dan depresi. Bahkan, puasa juga bisa
memperbaiki kondisi gangguan kecemasan, sehingga banyak dokter menyarankan
puasa sebagai alat untuk mengobati depresi dan gangguan suasana hati. Semoga
Allah selalu menjauhkan kita dari penyakit hati, dan semoga kita dapat meraih
derajat takwa. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru