28.3 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Saatnya Kajian Nanoteknologi Masuk dalam Kurikulum Pendidikan Indonesi

NANOTEKNOLOGI Nasional Amerika Serikat
mengartikan bahwa “nanoteknologi adalah suatu pemahaman dan kontrol materi pada
skala nano, pada dimensi antara sekitar 1 dan 100 nanometer (1 nanometer = 10-9
m), di mana fenomena unik memungkinkan aplikasi baru.

Falkner dan Jasper
(2012) mendeskripsikan bahwa Nanotech bukan hanya tentang ukuran, ini tentang
sifat fisik, kimia, biologis dan optik yang unik yang muncul secara alami di
skala nano dan kemampuan untuk memanipulasi dan merekayasa efek tersebut. Ini
adalah bidang ilmu baru yang luas, yang melibatkan fisika, kimia, biologi, ilmu
kognitif, ilmu material, dan teknik di skala nano.

Nanoteknologi merupakan salah satu bidang yang berkembang
sangat cepat dan berpengaruh pada perkembangan kesehatan, produksi pangan,
aplikasi energi, dan teknologi yang lain.
Alat-alat
bedah untuk dunia kesehatan dengan presisi dan kualitas sangat baik.

Saat ini sudah ada penelitian
tentang nanojet, yaitu liquid jets
yang diameternya hanya beberapa nanometer. Nanojet
ini digunakan untuk memasukkan material genetik ke dalam sel tubuh supaya dapat
memperbaiki DNA yang rusak dan menyembuhkan kelainan genetik.
Nano
teknologi dapat menciptakan komputer quantum
yang mampu mengirimkan data dengan kecepatan sangat tinggi, chip yang sangat
mungil tetapi mampu menyimpan data jutaan kali lebih banyak dari komputer saat
ini.

Bidang kemunculan nanosains dan nanoteknologi semakin hari
semakin populer. Kemajuan terbaru dan perkembangan yang dibayangkan memungkinkan
nanoteknologi memberikan tantangan bagi akademisi dalam mendidik dan melatih
generasi baru yang terampil dan ilmuwan yang kompeten.

Penelitian teknologi
nano di Indonesia masih berkembang. Pembahasan tentang teknologi nano belum termuat
dalam kurikulum di tingkat sekolah menengah dan hanya sedikit di pendidikan
tinggi. Saatnya kurikulum pendidikan di Indonesia berorientasi masadepan, tidak
kaku sebatas teori-teori lama.

Jika dibandingkan
dengan sistem pembelajaran luar negeri terkait dengan nano teknologi ini kita
masih jauh ketinggalan. China sebagai perbanding, Rourke dan Morrison (2012)
dalam  artikelnya mengungkapkan China telah
menetapkan nanoteknologi dalam penelitian dan pengembangan sebagai salah satu
dari dua “mega-proyek” di bawah Rencana Pembangunan Jangka Menengah
dan Jangka Panjang 2006-2020. China telah meningkatkan penerbitan dan paten
dalam nanoteknologi China dengan sangat cepat secara akademis, lab-labnya
sangat bagus.

Baca Juga :  Gubernur Tinjau Pile Slab Kobar-Kolam

Indonesia memiliki
sumber daya manusia yang baik, baik secara kualitas dan kuantitas, hanya saja
perlu mendapatkan perhatian bagi pemangku kebijakan supaya mendorong potensi
ini menjadi satu kekuatan Bangsa, terutama dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, khususnya nano teknologi. Ariningsih (2016) yang bekerja di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
menjelaskan dalam artikelnya yang berjudul prospek penerapan teknologi nano dalam pertanian dan pengolahan pangan di
Indonesia bahwa hambatan perkembangan teknologi nano di Indonesia antara
lain (1) fasilitas (sarana dan prasarana) teknologi nano yang kurang memadai
dan tersebar di sejumlah institusi; (2) kurangnya sinergisme antarlembaga riset
teknologi nano; (3) sumber daya manusia (SDM) yang kurang mendukung; dan (4)
anggaran yang kurang memadai. Selain itu karena pendidikan di Indonesia belum memuat
tentang bagaimana penting dan bermanfaatnya kajian nano teknologi ini.

Literasi nano
teknologi perlu mendapat perhatian oleh pelaku kebijakan pendidikan baik pada
tingkat sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi.  Kajian nanoteknologi perlu dikaji kelayakannya
untuk termuat dalam kurikulum. Generasi muda Indonesia diharapkan juga sudah
sejak dini mengenal nano teknologi ini. Penelitian-penelitian tentang nano
teknologi juga dapat berkembang tidak hanya pada tingkat pakar atau peneliti
tetapi juga sudah dimulai pada tingkat remaja atau usia sekolah.

Pengembangan Research Nanoteknologi dapat dimulai
dari tingkat Sekolah dan Perguruan Tinggi. Guru-guru sains tingkat sekolah juga
perlu mengembangkan wawasannya tentang nano teknologi ini. Langkah pertama dan sederhana
yang bisa dilakukan adalah dengan membudayakan membaca hasil-hasil penelitian
tentang nano teknologi, setelah itu dapat dilakukan pada saat proses
pembelajaran dengan mengaitkan materi-materi sains dalam tinjauan
nanoteknologi. Misalnya mulai mengenalkan bahwa ukuran DNA berkisar 2,5 nanometer  yang mana 1000 x (kali) dari ukuran panjang
bakteri (2,5 mikrometer).

Baca Juga :  Gerakan Cepat Personel Satgas TMMD Bangun Embung

Nano teknologi juga
akan efektif juga dikenalkan kepada siswa melalui video. Sekolah dan Perguruan
Tinggi perlu mempertimbangkan bahwa nanoteknologi adalah tren modern dan memperkenalkannya
kepada siswa sedini mungkin di sekolah. Implementasi pendidikan nanoteknologi
ke sekolah adalah proses umum di seluruh dunia. Pada perguruan Tinggi terutama
Program Studi yang berkaitan dengan sains atau pendidikan sains dapat
mengembangkan kajian nano teknologi melalui kelompok-kelompok Studi mahasiswa.

Pendidikan tentang
nanoteknologi harus bertahap. Pengenalan lebih awal tentang nano teknologi ini
diharapkan akan memberikan kontribusi kepada perkembangan nano teknologi di
Indonesia. Meskipun nanoteknologi mungkin tidak begitu mudah untuk dipahami,
tetapi bukan tidak mungkin dapat dipelajari.

Siswa dan mahasiswa
perlu membutuhkan semacam nano-literasi untuk mengarahkan melalui beberapa isu
berbasis sains penting yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya
saja, Kalimantan Tengah sebagai Provinsi yang kaya tumbuhan herbalnya memiliki
potensi yang besar dapat dikembangkan dalam nano teknologi.

Baru-baru ini
penelitian siswa bersama guru dari salah satu SMA di Kota Palangka Raya
Kalimantan Tengah tentang khasiat kayu Bajakah untuk penyakit kanker, hal ini
memiliki potensi untuk dikembangkan dalam kajian nano teknologi, sehingga
diharapkan  dapat meningkatkan khasiat
herbal bajakah ini dalam mengobati penyakit kanker. (*)

(Penulis adalah Mahasiswa Program
Doktor Pendidikan IPA UNS, Dosen Tadris Fisika FTIK IAIN Palangka Raya)

NANOTEKNOLOGI Nasional Amerika Serikat
mengartikan bahwa “nanoteknologi adalah suatu pemahaman dan kontrol materi pada
skala nano, pada dimensi antara sekitar 1 dan 100 nanometer (1 nanometer = 10-9
m), di mana fenomena unik memungkinkan aplikasi baru.

Falkner dan Jasper
(2012) mendeskripsikan bahwa Nanotech bukan hanya tentang ukuran, ini tentang
sifat fisik, kimia, biologis dan optik yang unik yang muncul secara alami di
skala nano dan kemampuan untuk memanipulasi dan merekayasa efek tersebut. Ini
adalah bidang ilmu baru yang luas, yang melibatkan fisika, kimia, biologi, ilmu
kognitif, ilmu material, dan teknik di skala nano.

Nanoteknologi merupakan salah satu bidang yang berkembang
sangat cepat dan berpengaruh pada perkembangan kesehatan, produksi pangan,
aplikasi energi, dan teknologi yang lain.
Alat-alat
bedah untuk dunia kesehatan dengan presisi dan kualitas sangat baik.

Saat ini sudah ada penelitian
tentang nanojet, yaitu liquid jets
yang diameternya hanya beberapa nanometer. Nanojet
ini digunakan untuk memasukkan material genetik ke dalam sel tubuh supaya dapat
memperbaiki DNA yang rusak dan menyembuhkan kelainan genetik.
Nano
teknologi dapat menciptakan komputer quantum
yang mampu mengirimkan data dengan kecepatan sangat tinggi, chip yang sangat
mungil tetapi mampu menyimpan data jutaan kali lebih banyak dari komputer saat
ini.

Bidang kemunculan nanosains dan nanoteknologi semakin hari
semakin populer. Kemajuan terbaru dan perkembangan yang dibayangkan memungkinkan
nanoteknologi memberikan tantangan bagi akademisi dalam mendidik dan melatih
generasi baru yang terampil dan ilmuwan yang kompeten.

Penelitian teknologi
nano di Indonesia masih berkembang. Pembahasan tentang teknologi nano belum termuat
dalam kurikulum di tingkat sekolah menengah dan hanya sedikit di pendidikan
tinggi. Saatnya kurikulum pendidikan di Indonesia berorientasi masadepan, tidak
kaku sebatas teori-teori lama.

Jika dibandingkan
dengan sistem pembelajaran luar negeri terkait dengan nano teknologi ini kita
masih jauh ketinggalan. China sebagai perbanding, Rourke dan Morrison (2012)
dalam  artikelnya mengungkapkan China telah
menetapkan nanoteknologi dalam penelitian dan pengembangan sebagai salah satu
dari dua “mega-proyek” di bawah Rencana Pembangunan Jangka Menengah
dan Jangka Panjang 2006-2020. China telah meningkatkan penerbitan dan paten
dalam nanoteknologi China dengan sangat cepat secara akademis, lab-labnya
sangat bagus.

Baca Juga :  Gubernur Tinjau Pile Slab Kobar-Kolam

Indonesia memiliki
sumber daya manusia yang baik, baik secara kualitas dan kuantitas, hanya saja
perlu mendapatkan perhatian bagi pemangku kebijakan supaya mendorong potensi
ini menjadi satu kekuatan Bangsa, terutama dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, khususnya nano teknologi. Ariningsih (2016) yang bekerja di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
menjelaskan dalam artikelnya yang berjudul prospek penerapan teknologi nano dalam pertanian dan pengolahan pangan di
Indonesia bahwa hambatan perkembangan teknologi nano di Indonesia antara
lain (1) fasilitas (sarana dan prasarana) teknologi nano yang kurang memadai
dan tersebar di sejumlah institusi; (2) kurangnya sinergisme antarlembaga riset
teknologi nano; (3) sumber daya manusia (SDM) yang kurang mendukung; dan (4)
anggaran yang kurang memadai. Selain itu karena pendidikan di Indonesia belum memuat
tentang bagaimana penting dan bermanfaatnya kajian nano teknologi ini.

Literasi nano
teknologi perlu mendapat perhatian oleh pelaku kebijakan pendidikan baik pada
tingkat sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi.  Kajian nanoteknologi perlu dikaji kelayakannya
untuk termuat dalam kurikulum. Generasi muda Indonesia diharapkan juga sudah
sejak dini mengenal nano teknologi ini. Penelitian-penelitian tentang nano
teknologi juga dapat berkembang tidak hanya pada tingkat pakar atau peneliti
tetapi juga sudah dimulai pada tingkat remaja atau usia sekolah.

Pengembangan Research Nanoteknologi dapat dimulai
dari tingkat Sekolah dan Perguruan Tinggi. Guru-guru sains tingkat sekolah juga
perlu mengembangkan wawasannya tentang nano teknologi ini. Langkah pertama dan sederhana
yang bisa dilakukan adalah dengan membudayakan membaca hasil-hasil penelitian
tentang nano teknologi, setelah itu dapat dilakukan pada saat proses
pembelajaran dengan mengaitkan materi-materi sains dalam tinjauan
nanoteknologi. Misalnya mulai mengenalkan bahwa ukuran DNA berkisar 2,5 nanometer  yang mana 1000 x (kali) dari ukuran panjang
bakteri (2,5 mikrometer).

Baca Juga :  Gerakan Cepat Personel Satgas TMMD Bangun Embung

Nano teknologi juga
akan efektif juga dikenalkan kepada siswa melalui video. Sekolah dan Perguruan
Tinggi perlu mempertimbangkan bahwa nanoteknologi adalah tren modern dan memperkenalkannya
kepada siswa sedini mungkin di sekolah. Implementasi pendidikan nanoteknologi
ke sekolah adalah proses umum di seluruh dunia. Pada perguruan Tinggi terutama
Program Studi yang berkaitan dengan sains atau pendidikan sains dapat
mengembangkan kajian nano teknologi melalui kelompok-kelompok Studi mahasiswa.

Pendidikan tentang
nanoteknologi harus bertahap. Pengenalan lebih awal tentang nano teknologi ini
diharapkan akan memberikan kontribusi kepada perkembangan nano teknologi di
Indonesia. Meskipun nanoteknologi mungkin tidak begitu mudah untuk dipahami,
tetapi bukan tidak mungkin dapat dipelajari.

Siswa dan mahasiswa
perlu membutuhkan semacam nano-literasi untuk mengarahkan melalui beberapa isu
berbasis sains penting yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya
saja, Kalimantan Tengah sebagai Provinsi yang kaya tumbuhan herbalnya memiliki
potensi yang besar dapat dikembangkan dalam nano teknologi.

Baru-baru ini
penelitian siswa bersama guru dari salah satu SMA di Kota Palangka Raya
Kalimantan Tengah tentang khasiat kayu Bajakah untuk penyakit kanker, hal ini
memiliki potensi untuk dikembangkan dalam kajian nano teknologi, sehingga
diharapkan  dapat meningkatkan khasiat
herbal bajakah ini dalam mengobati penyakit kanker. (*)

(Penulis adalah Mahasiswa Program
Doktor Pendidikan IPA UNS, Dosen Tadris Fisika FTIK IAIN Palangka Raya)

Terpopuler

Artikel Terbaru