33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Janda Bolong yang Fenomenal Peraup Rupiah Fantastis

KALTENGPOS.CO – Bisnis tanaman hias kembali digandrungi. Setelah
anthurium alias jemani meredup, kini muncul Philodendron
dan Monstera Deliciosa alias Janda
Bolong. Seperti pendahulunya, harga tanaman jenis ini memang fenomenal

Penasaran dengan bisnis tersebut,
Radar Solo (Grup kaltengpos.co) bertandang ke salah satu petani di Kecamatan
Ngargoyoso, Karanganyar dan Kecamatan Polokarto, Sukoharjo.

Warsono, petani tanaman hias di
Ngargoyoso mengaku menekuni bisnis tanaman sejak 2005, saat jemani sedang naik
daun. Pria 45 tahun yang biasa disapa Bagong ini menjadi satu di antara dua
petani tanaman hias besar di Karanganyar.

Ketika musim jemani, bapak tiga
anak itu berhasil membeli sejumlah lahan dan membangun rumah yang kini
ditempati.

“Saya untung sampai Rp 4 miliar.
Saya beli tanah ini luasnya 420 meter persegi, kemudian saya bangun rumah. Ya
gara-gara jualan daun,” ucapnya.

Medio Oktober 2019, tepat satu
tahun lalu, dia merasakan ada pergerakan harga untuk tanaman Philodendron alias
Philo. Mantan pembalap ini memanfaatkan situasi tersebut dengan menambah
koleksi bibit Philo di kebun yang dibuat di atap rumahnya.

Meski harga terus meroket, Bagong
tak lantas melepas ke pasar. Targetnya adalah melakukan pembibitan. Paling
tidak dia memiliki 1.500 bibit Philo yang siap untuk dipasarkan. “Satu bibit
saya kasih harga Rp 300 ribu. Tinggal dikali saja nanti jadinya berapa,”
katanya.

Baca Juga :  Memadukan Seni dengan Selera Pelanggan

Pembibitan yang dilakukan Bagong
berhasil. Tak perlu menunggu lama, bibit-bibit tersebut mulai tumbuh dan muncul
daun. Semaik banyak dan indah daunnya, semakin besar pula nominal yang
ditawarkan.

Dia mencontohkan untuk Philo
Burle Marx Varigata yang terdiri dari berbagai warna yang memiliki dua daun
ukuran 5 sentimeter dibanderol Rp 50 juta.

“Anak saya jual dua daun saja
bisa beli Iphone. Kemarin yang lima daun sudah ditawar, mau dibayar pakai
Avanza tahun 2014,” tandasnya.

Harga Philo, imbuh Bagong, memang
cenderung stabil. Selain itu, jenis tanaman tersebut dikenal di berbagai dunia.
Dengan dasar tersebut, dia berani memastikan jika booming Philo dan janda
bolong lebih panjang dibandingkan jemani yang hanya dikenal di Indonesia.

Bagong membantah harga mahal yang
dipasang hanya sebagai permainan uang. Menurutnya, mengoleksi tanaman hias
merupakan hobi yang layak dibayar mahal.

“Itu kalau yang paham dan tahu
tentang tanaman. Saya ibaratkan orang yang hobi otomotif, velg harga Rp 50 juta
saja ada yang mau. Saya, nggak mudeng mobil, ya nggak mau. Nah ini yang hobinya
tanaman pasti mau. Apalagi ini musimnya di rumah, ibu-ibu, artis juga, mereka
memulai hobi bertanam,” jabarnya.

Moncernya bisnis Philo dan Janda
Bolong tak hanya dirasakan kaum tua. Generasi milenial kini juga gandrung
dengan tanaman dengan harga tak wajar tersebut.

Baca Juga :  Bermahar Rp100 Ribu, Kisah Asmara Mbah Gambreng yang Kini Mendunia

Wisnu Laksono, putra sulung
Bagong awalnya tak tertarik sama sekali dengan apa yang digeluti ayahnya. Meski
dia tahu betapa legitnya bisnis daun tersebut.

Mahasiswa semester 5 Akademi
Teknik Warga ini baru menyadari serunya bisnis tanaman saat diajak ayahnya ke
Tawangmangu. Dia melihat ayahnya membeli beberapa tanaman dengan harga Rp 25
ribu per tanaman.

“Selang dua hari dijual Rp 500
ribu per tanaman. Laku. Ada yang beli. Sejak itu saya terus tertarik. Saya
foto-foto tanaman, saya upload di Instagram,” katanya.

Tak disangka, respons netizen
cukup menggembirakan. Banyak penyuka tanaman menanyakan harga dan cara
pembelian. Bahkan temannya sekampus bersedia menjadi reseller tanamannya. Kini,
Wisnu mulai kerepotan mengurus pesanan yang membanjir dari seluruh daerah di
Indonesia.

“Ada orang Jerman ngirim DM
(direct message) di Instagram. Dia minat dengan tanaman itu. Saya yang bingung
mau mengirimnya pakai apa dan gimana,” ujar Wisnu.

Bagi kalangan milenial
sepertinya, berbisnis tanaman hias masih sangat menjanjikan. Selain sedang naik
daun, kepedulian terhadap lingkungan juga menjadi salah satu alasan tersendiri.
“Bisa nambah uang saku, beli HP, beli motor,” ucapnya sembari kegirangan.

KALTENGPOS.CO – Bisnis tanaman hias kembali digandrungi. Setelah
anthurium alias jemani meredup, kini muncul Philodendron
dan Monstera Deliciosa alias Janda
Bolong. Seperti pendahulunya, harga tanaman jenis ini memang fenomenal

Penasaran dengan bisnis tersebut,
Radar Solo (Grup kaltengpos.co) bertandang ke salah satu petani di Kecamatan
Ngargoyoso, Karanganyar dan Kecamatan Polokarto, Sukoharjo.

Warsono, petani tanaman hias di
Ngargoyoso mengaku menekuni bisnis tanaman sejak 2005, saat jemani sedang naik
daun. Pria 45 tahun yang biasa disapa Bagong ini menjadi satu di antara dua
petani tanaman hias besar di Karanganyar.

Ketika musim jemani, bapak tiga
anak itu berhasil membeli sejumlah lahan dan membangun rumah yang kini
ditempati.

“Saya untung sampai Rp 4 miliar.
Saya beli tanah ini luasnya 420 meter persegi, kemudian saya bangun rumah. Ya
gara-gara jualan daun,” ucapnya.

Medio Oktober 2019, tepat satu
tahun lalu, dia merasakan ada pergerakan harga untuk tanaman Philodendron alias
Philo. Mantan pembalap ini memanfaatkan situasi tersebut dengan menambah
koleksi bibit Philo di kebun yang dibuat di atap rumahnya.

Meski harga terus meroket, Bagong
tak lantas melepas ke pasar. Targetnya adalah melakukan pembibitan. Paling
tidak dia memiliki 1.500 bibit Philo yang siap untuk dipasarkan. “Satu bibit
saya kasih harga Rp 300 ribu. Tinggal dikali saja nanti jadinya berapa,”
katanya.

Baca Juga :  Memadukan Seni dengan Selera Pelanggan

Pembibitan yang dilakukan Bagong
berhasil. Tak perlu menunggu lama, bibit-bibit tersebut mulai tumbuh dan muncul
daun. Semaik banyak dan indah daunnya, semakin besar pula nominal yang
ditawarkan.

Dia mencontohkan untuk Philo
Burle Marx Varigata yang terdiri dari berbagai warna yang memiliki dua daun
ukuran 5 sentimeter dibanderol Rp 50 juta.

“Anak saya jual dua daun saja
bisa beli Iphone. Kemarin yang lima daun sudah ditawar, mau dibayar pakai
Avanza tahun 2014,” tandasnya.

Harga Philo, imbuh Bagong, memang
cenderung stabil. Selain itu, jenis tanaman tersebut dikenal di berbagai dunia.
Dengan dasar tersebut, dia berani memastikan jika booming Philo dan janda
bolong lebih panjang dibandingkan jemani yang hanya dikenal di Indonesia.

Bagong membantah harga mahal yang
dipasang hanya sebagai permainan uang. Menurutnya, mengoleksi tanaman hias
merupakan hobi yang layak dibayar mahal.

“Itu kalau yang paham dan tahu
tentang tanaman. Saya ibaratkan orang yang hobi otomotif, velg harga Rp 50 juta
saja ada yang mau. Saya, nggak mudeng mobil, ya nggak mau. Nah ini yang hobinya
tanaman pasti mau. Apalagi ini musimnya di rumah, ibu-ibu, artis juga, mereka
memulai hobi bertanam,” jabarnya.

Moncernya bisnis Philo dan Janda
Bolong tak hanya dirasakan kaum tua. Generasi milenial kini juga gandrung
dengan tanaman dengan harga tak wajar tersebut.

Baca Juga :  Bermahar Rp100 Ribu, Kisah Asmara Mbah Gambreng yang Kini Mendunia

Wisnu Laksono, putra sulung
Bagong awalnya tak tertarik sama sekali dengan apa yang digeluti ayahnya. Meski
dia tahu betapa legitnya bisnis daun tersebut.

Mahasiswa semester 5 Akademi
Teknik Warga ini baru menyadari serunya bisnis tanaman saat diajak ayahnya ke
Tawangmangu. Dia melihat ayahnya membeli beberapa tanaman dengan harga Rp 25
ribu per tanaman.

“Selang dua hari dijual Rp 500
ribu per tanaman. Laku. Ada yang beli. Sejak itu saya terus tertarik. Saya
foto-foto tanaman, saya upload di Instagram,” katanya.

Tak disangka, respons netizen
cukup menggembirakan. Banyak penyuka tanaman menanyakan harga dan cara
pembelian. Bahkan temannya sekampus bersedia menjadi reseller tanamannya. Kini,
Wisnu mulai kerepotan mengurus pesanan yang membanjir dari seluruh daerah di
Indonesia.

“Ada orang Jerman ngirim DM
(direct message) di Instagram. Dia minat dengan tanaman itu. Saya yang bingung
mau mengirimnya pakai apa dan gimana,” ujar Wisnu.

Bagi kalangan milenial
sepertinya, berbisnis tanaman hias masih sangat menjanjikan. Selain sedang naik
daun, kepedulian terhadap lingkungan juga menjadi salah satu alasan tersendiri.
“Bisa nambah uang saku, beli HP, beli motor,” ucapnya sembari kegirangan.

Terpopuler

Artikel Terbaru