29.1 C
Jakarta
Saturday, November 23, 2024

Lima Terdakwa Pembunuh Khashoggi Dihukum Mati

Kejaksaan Arab Saudi baru saja mengumumkan kabar terbaru terkait
dengan kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Pengadilan menetapkan hukuman
mati untuk lima orang di antara 11 orang yang didakwa. Dua pejabat tertinggi
justru lolos dari jerat hukum.

Wakil Jaksa Agung Shalaan Al Shalaan menjelaskan, lima orang
dihukum mati karena terlibat langsung dalam pembunuhan di Konsulat Arab Saudi
di Istanbul pada Oktober tahun lalu. Sementara itu, tiga orang dihukum total 24
tahun penjara karena berusaha menutupi kejahatan.

Yang paling penting, pengadilan memutus bahwa kasus pembunuhan
salah seorang pengkritik terpedas Kerajaan Arab Saudi itu bukanlah pembunuhan
berencana.

’’Kami menyimpulkan bahwa kasus Khashoggi tak direncanakan lebih
dulu,’’ ungkap Shalaan menurut Agence France-Presse.

Kesimpulan pengadilan itu persis dengan pernyataan Kerajaan
Saudi selama ini. Pejabat negeri Timur Tengah kukuh menyatakan bahwa tim yang
dikirim ke konsulat di Istanbul bertugas untuk membawa Khashoggi ke Saudi
hidup-hidup. Namun, kelompok yang terlalu fanatik itu malah memutilasi
Khashoggi.

Hal tersebut berbeda dengan temuan Central Intelligence Agency
(CIA). Lembaga intel AS itu menyatakan bahwa pembunuhan Khashoggi sudah
direncanakan sejak awal. Putera Mahkota Muhammad bin Salman (MBS) juga dituding
sebagai otak aksi tersebut.

Baca Juga :  Meksiko yang Mencoba Berkelit dari Sanksi Tarif Impor AS

Pengadilan Saudi bersikeras menolak hasil penyelidikan CIA.
Mereka bahkan membebaskan dua nama besar dalam daftar pelaku pembunuhan, yakni
Saud Al Qahtani dan Ahmed Al Assiri. ’’Mereka bebas karena kurangnya bukti yang
kuat,’’ ujar Shalaan kepada Washington Post.

Qahtani merupakan mantan penasihat media untuk kerajaan. Dialah
yang memegang kewenangan mengatur wawancara MBS dengan media asing. Qahtani
juga pernah dikritik mendiang Khashoggi. Kolumnis Washington Post itu
menyatakan bahwa Qahtani sering mengintimidasi penulis-penulis yang kritis
terhadap keluarga Al Saud. ’’Semua orang takut kepada dia. Sekali menantang,
Anda bisa berakhir di penjara,’’ ungkap Khashoggi dalam wawancara dengan Newsweek tahun
lalu.

Sementara itu, Assiri merupakan penasihat kerajaan yang paling
dekat dengan MBS. Dia pernah menjadi jubir koalisi militer di Yaman sebelum
diangkat menjadi wakil lembaga intelijen Arab Saudi pada 2017. Dia sering
menghadiri rapat terutup dengan MBS.

Baca Juga :  Ngeri, Barisan Jenazah Korban Covid di India Antre untuk Dikremasi

Jurnalis berusia 59 tahun itu kali terakhir terlihat ketika
mendatangi konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018. Dia datang
untuk mengurus kebutuhan dokumen persiapan pernikahan dengan tunangannya,
Hatice Cengiz.

Setelah kasus Khashoggi mendapat perhatian dunia, dua pejabat
itulah yang memikul tanggung jawab. Dua orang tersebut langsung dipecat dan
menghadapi proses pengadilan. ’’Keputusan Arab Saudi untuk memperbolehkan
pejabat menghindari tanggung jawab atas kematian Jamal Khashoggi jelas
mengkhawatirkan. Perlu ada penyelidikan independen,’’ ujar Adam Coogle,
peneliti Timur Tengah di Human Rights Watch.

Selama ini, proses pengadilan kasus Khashoggi memang tertutup.
Pihak pengadilan hanya mengizinkan beberapa diplomat asing menyaksikan dengan
catatan tak boleh mengungkap detail persidangan. Karena itu, publik pun tak
tahu pasti siapa yang mendapatkan hukuman mati.

Namun, Agnes Callamard, penyelidik khusus PBB, mengungkapkan,
ada lima orang yang terancam hukuman mati pada Juni lalu. Mereka adalah Fahad
Shabib Albalawi, Turki Muserref Alshehri, Waleed Abdullah Alshehri, Maher
Abdulaziz Mutreb, dan Salah Mohammed Tubaigy.(jpc)

 

Kejaksaan Arab Saudi baru saja mengumumkan kabar terbaru terkait
dengan kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Pengadilan menetapkan hukuman
mati untuk lima orang di antara 11 orang yang didakwa. Dua pejabat tertinggi
justru lolos dari jerat hukum.

Wakil Jaksa Agung Shalaan Al Shalaan menjelaskan, lima orang
dihukum mati karena terlibat langsung dalam pembunuhan di Konsulat Arab Saudi
di Istanbul pada Oktober tahun lalu. Sementara itu, tiga orang dihukum total 24
tahun penjara karena berusaha menutupi kejahatan.

Yang paling penting, pengadilan memutus bahwa kasus pembunuhan
salah seorang pengkritik terpedas Kerajaan Arab Saudi itu bukanlah pembunuhan
berencana.

’’Kami menyimpulkan bahwa kasus Khashoggi tak direncanakan lebih
dulu,’’ ungkap Shalaan menurut Agence France-Presse.

Kesimpulan pengadilan itu persis dengan pernyataan Kerajaan
Saudi selama ini. Pejabat negeri Timur Tengah kukuh menyatakan bahwa tim yang
dikirim ke konsulat di Istanbul bertugas untuk membawa Khashoggi ke Saudi
hidup-hidup. Namun, kelompok yang terlalu fanatik itu malah memutilasi
Khashoggi.

Hal tersebut berbeda dengan temuan Central Intelligence Agency
(CIA). Lembaga intel AS itu menyatakan bahwa pembunuhan Khashoggi sudah
direncanakan sejak awal. Putera Mahkota Muhammad bin Salman (MBS) juga dituding
sebagai otak aksi tersebut.

Baca Juga :  Meksiko yang Mencoba Berkelit dari Sanksi Tarif Impor AS

Pengadilan Saudi bersikeras menolak hasil penyelidikan CIA.
Mereka bahkan membebaskan dua nama besar dalam daftar pelaku pembunuhan, yakni
Saud Al Qahtani dan Ahmed Al Assiri. ’’Mereka bebas karena kurangnya bukti yang
kuat,’’ ujar Shalaan kepada Washington Post.

Qahtani merupakan mantan penasihat media untuk kerajaan. Dialah
yang memegang kewenangan mengatur wawancara MBS dengan media asing. Qahtani
juga pernah dikritik mendiang Khashoggi. Kolumnis Washington Post itu
menyatakan bahwa Qahtani sering mengintimidasi penulis-penulis yang kritis
terhadap keluarga Al Saud. ’’Semua orang takut kepada dia. Sekali menantang,
Anda bisa berakhir di penjara,’’ ungkap Khashoggi dalam wawancara dengan Newsweek tahun
lalu.

Sementara itu, Assiri merupakan penasihat kerajaan yang paling
dekat dengan MBS. Dia pernah menjadi jubir koalisi militer di Yaman sebelum
diangkat menjadi wakil lembaga intelijen Arab Saudi pada 2017. Dia sering
menghadiri rapat terutup dengan MBS.

Baca Juga :  Ngeri, Barisan Jenazah Korban Covid di India Antre untuk Dikremasi

Jurnalis berusia 59 tahun itu kali terakhir terlihat ketika
mendatangi konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018. Dia datang
untuk mengurus kebutuhan dokumen persiapan pernikahan dengan tunangannya,
Hatice Cengiz.

Setelah kasus Khashoggi mendapat perhatian dunia, dua pejabat
itulah yang memikul tanggung jawab. Dua orang tersebut langsung dipecat dan
menghadapi proses pengadilan. ’’Keputusan Arab Saudi untuk memperbolehkan
pejabat menghindari tanggung jawab atas kematian Jamal Khashoggi jelas
mengkhawatirkan. Perlu ada penyelidikan independen,’’ ujar Adam Coogle,
peneliti Timur Tengah di Human Rights Watch.

Selama ini, proses pengadilan kasus Khashoggi memang tertutup.
Pihak pengadilan hanya mengizinkan beberapa diplomat asing menyaksikan dengan
catatan tak boleh mengungkap detail persidangan. Karena itu, publik pun tak
tahu pasti siapa yang mendapatkan hukuman mati.

Namun, Agnes Callamard, penyelidik khusus PBB, mengungkapkan,
ada lima orang yang terancam hukuman mati pada Juni lalu. Mereka adalah Fahad
Shabib Albalawi, Turki Muserref Alshehri, Waleed Abdullah Alshehri, Maher
Abdulaziz Mutreb, dan Salah Mohammed Tubaigy.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru