28.6 C
Jakarta
Friday, April 26, 2024

Risna Rosman, Founder Lewat Gerakan Sosial Sedekah Mainan

Berbuat baik untuk sekitar bisa
kecil, tapi bermanfaat. Begitu yang dikerjakan Risna Rosman. Bersama sang
suami, Nawawi Badaruddin, dia mengembangkan Sedekah Mainan. Membagikan mainan
ke anak-anak prasejahtera hingga pengidap kanker
.

GERAKAN sosial Sedekah Mainan berawal saat Risna Rosman
down. Gara-garanya, dia gagal melanjutkan kuliah jenjang S-2 ke kampus
impiannya di University of Glasgow, Inggris. Salah satu lembaga beasiswa
pendidikan mengumumkan bahwa dia tak lolos seleksi.

Saat itu, Risna gagal di tahap seleksi wawancara. Padahal, dia sudah
mendapat letter of acceptance dari University of Glasgow. Rencananya, dia
mengambil jurusan children literature. ”Itu terjadi pada 2016,” kenangnya saat
ditemui Jawa Pos Senin sore (10/2) di kediamannya, kawasan Bekasi.

Selama sebulan setelah pengumuman tidak lolos beasiswa itu, dia berada di
rumah. Dia merasa makin down saat berdiam diri di rumah. Risna sempat bergabung
dengan komunitas mengajar anak jalanan. Lantas, dia mengajar anak-anak jalanan
di sekitar Alun-Alun Bandung.

Di alun-alun itu, banyak anak berjualan tisu. Padahal, menurut dia,
daripada berdagang, anak-anak itu mending belajar bahasa Inggris. “Banyak turis
yang lewat, suatu saat mereka bisa jadi tour guide,” ungkap perempuan kelahiran
Bekasi, 28 tahun lalu, itu.

Risna mengajar selama tiga bulan. Rupanya, anak-anak memberikan perhatian
lebih saat Risna menggunakan teknik mendongeng ditemani boneka. Ketika diberi
mainan, anak-anak makin semangat belajar. ”Alhasil, tercetuslah yang namanya
Sedekah Mainan. Kenapa nggak buat saja ini Sedekah Mainan,” ceritanya.

Dia mengunggah secara resmi aktivitas Sedekah Mainan di media sosial pada
Desember 2016. Sebetulnya, kata Risna, kegiatan Sedekah Mainan berjalan sejak
Agustus tahun yang sama. Donatur pertama berasal dari Jombang, Jawa Timur. Sang
donatur menghubungi ibu satu anak itu melalui pesan instan di Instagram.
”Dikirimkannya sekardus mainan ke alamat Sedekah Mainan,” kata alumnus Jurusan
Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung itu.

Risna menyadari bahwa gerakan sosial yang digagasnya berpotensi untuk terus
dilakukan. Berkat kekuatan media sosial, gerakan tersebut semakin luas. Donatur
serta penyalur dari berbagai daerah berdatangan. Kini, total ada 12 kota penyalur
yang disebut sebagai drop point.

Baca Juga :  Sri Wahyuni, Polwan Polda Kalteng yang Otodidak Jago MC

Sedekah Mainan juga mendapat dukungan dari pesohor. Di antaranya, Tasya
Kamila, Ayu Laksmi, Prilly Latuconsina, Maria Selena (Puteri Indonesia 2011),
dan Alya Nurshabrina (Miss Indonesia 2018).

Memasuki tahun keempat, gerakan itu sudah berhasil menyalurkan mainan ke
komunitas-komunitas peduli anak. Misalnya, taman bacaan dan taman pendidikan
anak. Selain itu, kata Risna, tim pernah menyalurkan mainan langsung ke
anak-anak korban banjir di pengungsian dan pasien anak di rumah sakit.

Tempat-tempat tersebut tersebar di berbagai daerah. Ada yang di Sumatera
Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Juga, Kalimantan Timur,
Sulawesi Tenggara, Flores Timur, hingga pulau-pulau timur Indonesia. Misalnya,
Tual dan Dobo di Maluku. ”Ada juga di Agats dan Merauke di Papua,” papar Risna.

Selain menyalurkan mainan langsung ke anak-anak, Sedekah Mainan memiliki
program Untuk Anakku Tercinta. Program tersebut bertujuan merekatkan hubungan
orang tua dan anak melalui bantuan mainan yang dikemas seperti hadiah dari
orang tua untuk anak mereka.

Risna mengungkapkan, program Untuk Anakku Tercinta itu terinspirasi dari
seorang tukang bersih-bersih. ”Saya sempat nanya ke bapak-bapak yang bersihin
kos-kosan, kapan kali terakhir anaknya dikasih hadiah? Ternyata nggak pernah
sama sekali,” tuturnya.

Padahal, bagi Risna, anak-anak berhak bermain dengan mainan masing-masing.
Mainan mempunyai energi positif bagi anak. ”Kami percaya bahwa lewat mainan,
masa kecil anak-anak Indonesia semakin sempurna,” katanya.

Ditemani sejak Pacaran

Sejak Sedekah Mainan terbentuk, suami Risna, Nawawi Badaruddin, ikut
berperan. Bahkan, keduanya sempat berpacaran sambil bersedekah mainan. ”Saya
ngelihat istri ini cinta banget sama anak-anak. Waktu pertama ketemu di Kediri,
saat les IELTS, istri suka ngajari anak-anak kampung berbahasa Inggris,” kenang
Nawawi.

Di mata Nawawi, Risna adalah sosok perempuan yang kuat. Risna bahkan masih
sibuk memisahkan mainan yang akan dikirimkan hingga larut malam. ”Tak jarang,
kami keluarkan cost sendiri untuk biaya operasional,” imbuhnya.

Ekspresi anak-anak saat menerima hadiah menjadi hal yang paling mereka
tunggu. Raut bahagia di wajah-wajah mungil itu memberikan kepuasan tak
ternilai. Salah satunya, ketika keduanya berkunjung ke penampungan warga negara
asing (WNA) pada 25 Januari lalu di Tebet, Jakarta Selatan. ”Jadi, di lokasi
itu ada anak-anak pengungsi dari Asia Timur. Salah satunya, Pakistan,” tutur
Risna. Meski ada kendala bahasa, binar bahagia terpancar ketika tangan mungil
mereka menerima mainan.

Baca Juga :  Di 5 Negara Ini, Wanita Gemuk Dianggap Paling Cantik

12 Kota Drop Point

Ada 12 kota yang menjadi drop point Sedekah Mainan. Setiap kota memiliki
PIC Sahabat Sedekah Mainan masing-masing. Meliputi Ambon, Denpasar, Bandung,
Bekasi, Bogor, Boyolali, Grobogan, Karawang, Samarinda, Semarang, Sidoarjo, dan
Tasikmalaya.

Momen Spesial Risna

Sore menjelang malam takbiran pada Lebaran, Juli 2017, Risna dan tim
Sedekah Mainan mengunjungi anak-anak pejuang kanker di salah satu rumah sakit
di Bandung. Risna menangis ketika memasuki setiap ruangan rumah sakit tersebut.
Salah satunya saat di ruang isolasi. ’’Mereka (pejuang kanker, Red) begitu
tangguh,’’ ujarnya.

Boneka dongeng yang dikirim ke Samarinda digunakan sebagai media terapi 12
anak korban pemerkosaan.

Ketika mendongeng di salah satu panti asuhan di Bandung, ada satu anak
perempuan yang menangis mendengar dongeng itu. Kisah dongeng tentang perjuangan
anak yang tinggal di rumah gubuk hampir roboh di tanah milik orang lain. Ketika
dewasa, anak dalam cerita itu sukses. ’’Si anak kecil tersebut teringat dirinya
dan adik-adiknya yang pernah tinggal di kandang kambing. Dia jadi termotivasi
untuk bisa sukses seperti tokoh cerita yang saya bawakan,’’ ungkapnya.

Alasan Bersedekah Mainan

Mainan menjadi media pendidikan. Menurut Risna, secara tidak langsung,
anak-anak akan mengeksplorasi imajinasi lewat mainan.

Saat imajinasi berkembang, Risna berharap suatu saat anak-anak bisa
memberikan inovasi terbaru. ’’Anak-anak itu generasi penerus kita. Mainan bisa
memberikan banyak inspirasi kepada mereka,’’ ujarnya.

Tidak banyak orang yang mampu membeli mainan untuk anak. Kebutuhan pangan
menjadi prioritas. Namun, bukan berarti anak tidak berhak mendapatkan mainan. (JPC/KPC)

Berbuat baik untuk sekitar bisa
kecil, tapi bermanfaat. Begitu yang dikerjakan Risna Rosman. Bersama sang
suami, Nawawi Badaruddin, dia mengembangkan Sedekah Mainan. Membagikan mainan
ke anak-anak prasejahtera hingga pengidap kanker
.

GERAKAN sosial Sedekah Mainan berawal saat Risna Rosman
down. Gara-garanya, dia gagal melanjutkan kuliah jenjang S-2 ke kampus
impiannya di University of Glasgow, Inggris. Salah satu lembaga beasiswa
pendidikan mengumumkan bahwa dia tak lolos seleksi.

Saat itu, Risna gagal di tahap seleksi wawancara. Padahal, dia sudah
mendapat letter of acceptance dari University of Glasgow. Rencananya, dia
mengambil jurusan children literature. ”Itu terjadi pada 2016,” kenangnya saat
ditemui Jawa Pos Senin sore (10/2) di kediamannya, kawasan Bekasi.

Selama sebulan setelah pengumuman tidak lolos beasiswa itu, dia berada di
rumah. Dia merasa makin down saat berdiam diri di rumah. Risna sempat bergabung
dengan komunitas mengajar anak jalanan. Lantas, dia mengajar anak-anak jalanan
di sekitar Alun-Alun Bandung.

Di alun-alun itu, banyak anak berjualan tisu. Padahal, menurut dia,
daripada berdagang, anak-anak itu mending belajar bahasa Inggris. “Banyak turis
yang lewat, suatu saat mereka bisa jadi tour guide,” ungkap perempuan kelahiran
Bekasi, 28 tahun lalu, itu.

Risna mengajar selama tiga bulan. Rupanya, anak-anak memberikan perhatian
lebih saat Risna menggunakan teknik mendongeng ditemani boneka. Ketika diberi
mainan, anak-anak makin semangat belajar. ”Alhasil, tercetuslah yang namanya
Sedekah Mainan. Kenapa nggak buat saja ini Sedekah Mainan,” ceritanya.

Dia mengunggah secara resmi aktivitas Sedekah Mainan di media sosial pada
Desember 2016. Sebetulnya, kata Risna, kegiatan Sedekah Mainan berjalan sejak
Agustus tahun yang sama. Donatur pertama berasal dari Jombang, Jawa Timur. Sang
donatur menghubungi ibu satu anak itu melalui pesan instan di Instagram.
”Dikirimkannya sekardus mainan ke alamat Sedekah Mainan,” kata alumnus Jurusan
Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung itu.

Risna menyadari bahwa gerakan sosial yang digagasnya berpotensi untuk terus
dilakukan. Berkat kekuatan media sosial, gerakan tersebut semakin luas. Donatur
serta penyalur dari berbagai daerah berdatangan. Kini, total ada 12 kota penyalur
yang disebut sebagai drop point.

Baca Juga :  Sri Wahyuni, Polwan Polda Kalteng yang Otodidak Jago MC

Sedekah Mainan juga mendapat dukungan dari pesohor. Di antaranya, Tasya
Kamila, Ayu Laksmi, Prilly Latuconsina, Maria Selena (Puteri Indonesia 2011),
dan Alya Nurshabrina (Miss Indonesia 2018).

Memasuki tahun keempat, gerakan itu sudah berhasil menyalurkan mainan ke
komunitas-komunitas peduli anak. Misalnya, taman bacaan dan taman pendidikan
anak. Selain itu, kata Risna, tim pernah menyalurkan mainan langsung ke
anak-anak korban banjir di pengungsian dan pasien anak di rumah sakit.

Tempat-tempat tersebut tersebar di berbagai daerah. Ada yang di Sumatera
Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Juga, Kalimantan Timur,
Sulawesi Tenggara, Flores Timur, hingga pulau-pulau timur Indonesia. Misalnya,
Tual dan Dobo di Maluku. ”Ada juga di Agats dan Merauke di Papua,” papar Risna.

Selain menyalurkan mainan langsung ke anak-anak, Sedekah Mainan memiliki
program Untuk Anakku Tercinta. Program tersebut bertujuan merekatkan hubungan
orang tua dan anak melalui bantuan mainan yang dikemas seperti hadiah dari
orang tua untuk anak mereka.

Risna mengungkapkan, program Untuk Anakku Tercinta itu terinspirasi dari
seorang tukang bersih-bersih. ”Saya sempat nanya ke bapak-bapak yang bersihin
kos-kosan, kapan kali terakhir anaknya dikasih hadiah? Ternyata nggak pernah
sama sekali,” tuturnya.

Padahal, bagi Risna, anak-anak berhak bermain dengan mainan masing-masing.
Mainan mempunyai energi positif bagi anak. ”Kami percaya bahwa lewat mainan,
masa kecil anak-anak Indonesia semakin sempurna,” katanya.

Ditemani sejak Pacaran

Sejak Sedekah Mainan terbentuk, suami Risna, Nawawi Badaruddin, ikut
berperan. Bahkan, keduanya sempat berpacaran sambil bersedekah mainan. ”Saya
ngelihat istri ini cinta banget sama anak-anak. Waktu pertama ketemu di Kediri,
saat les IELTS, istri suka ngajari anak-anak kampung berbahasa Inggris,” kenang
Nawawi.

Di mata Nawawi, Risna adalah sosok perempuan yang kuat. Risna bahkan masih
sibuk memisahkan mainan yang akan dikirimkan hingga larut malam. ”Tak jarang,
kami keluarkan cost sendiri untuk biaya operasional,” imbuhnya.

Ekspresi anak-anak saat menerima hadiah menjadi hal yang paling mereka
tunggu. Raut bahagia di wajah-wajah mungil itu memberikan kepuasan tak
ternilai. Salah satunya, ketika keduanya berkunjung ke penampungan warga negara
asing (WNA) pada 25 Januari lalu di Tebet, Jakarta Selatan. ”Jadi, di lokasi
itu ada anak-anak pengungsi dari Asia Timur. Salah satunya, Pakistan,” tutur
Risna. Meski ada kendala bahasa, binar bahagia terpancar ketika tangan mungil
mereka menerima mainan.

Baca Juga :  Di 5 Negara Ini, Wanita Gemuk Dianggap Paling Cantik

12 Kota Drop Point

Ada 12 kota yang menjadi drop point Sedekah Mainan. Setiap kota memiliki
PIC Sahabat Sedekah Mainan masing-masing. Meliputi Ambon, Denpasar, Bandung,
Bekasi, Bogor, Boyolali, Grobogan, Karawang, Samarinda, Semarang, Sidoarjo, dan
Tasikmalaya.

Momen Spesial Risna

Sore menjelang malam takbiran pada Lebaran, Juli 2017, Risna dan tim
Sedekah Mainan mengunjungi anak-anak pejuang kanker di salah satu rumah sakit
di Bandung. Risna menangis ketika memasuki setiap ruangan rumah sakit tersebut.
Salah satunya saat di ruang isolasi. ’’Mereka (pejuang kanker, Red) begitu
tangguh,’’ ujarnya.

Boneka dongeng yang dikirim ke Samarinda digunakan sebagai media terapi 12
anak korban pemerkosaan.

Ketika mendongeng di salah satu panti asuhan di Bandung, ada satu anak
perempuan yang menangis mendengar dongeng itu. Kisah dongeng tentang perjuangan
anak yang tinggal di rumah gubuk hampir roboh di tanah milik orang lain. Ketika
dewasa, anak dalam cerita itu sukses. ’’Si anak kecil tersebut teringat dirinya
dan adik-adiknya yang pernah tinggal di kandang kambing. Dia jadi termotivasi
untuk bisa sukses seperti tokoh cerita yang saya bawakan,’’ ungkapnya.

Alasan Bersedekah Mainan

Mainan menjadi media pendidikan. Menurut Risna, secara tidak langsung,
anak-anak akan mengeksplorasi imajinasi lewat mainan.

Saat imajinasi berkembang, Risna berharap suatu saat anak-anak bisa
memberikan inovasi terbaru. ’’Anak-anak itu generasi penerus kita. Mainan bisa
memberikan banyak inspirasi kepada mereka,’’ ujarnya.

Tidak banyak orang yang mampu membeli mainan untuk anak. Kebutuhan pangan
menjadi prioritas. Namun, bukan berarti anak tidak berhak mendapatkan mainan. (JPC/KPC)

Terpopuler

Artikel Terbaru