30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Hafal Kicauan Tiap Burung

Peran juri menjadi salah satu yang terpenting dalam kontes burung. Dari Indragiri Hulu, Riau, terdapat salah seorang juri perempuan bernama Amelia Adilla Triana Isyandra.

 

 

AMEL –begitu dia biasa disapa– besar di keluarga penghobi burung. Ayahnya merawat perkutut. Hobi itu menurun ke kakak nomor dua, yang memelihara kacer, lovebird, dan kenari. ”Kakak pelihara burung untuk dilombakan,” kata bungsu tiga bersaudara pasangan Afrianto dan Sukarnawati Hajir itu.

Terbiasa mendengar kicauan burung setiap pagi, Amel pun jadi ikut sayang. Dia hafal kicauan tiap burung. ’’Kalau ada salah satu (burung) yang mati, ya sampai nangis,’’ katanya terkekeh.

Bukan hanya ayah dan kakak, pamannya pun menekuni bidang yang sama. ”Om sering bikin kompetisi dan jadi juri,” ujarnya. Setiap kali pamannya membuat event, Amel dilibatkan. Mulai mengurus tiket hingga diminta belajar menjadi juri.

’’Setelah lulus SMA, mulai belajar ngejuri,” kata mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Falah Air Molek, Indragiri Hulu, Riau, itu. Awalnya Amel sempat ragu. Sebab, dunia kicau didominasi kaum pria. Namun, dengan support orang-orang terdekat, Amel memantapkan diri belajar secara otodidak. Mulai mendengarkan suara burung hingga mempelajari cara penilaian kejuaraan melalui YouTube dan artikel.

Dia juga menimba arahan dari juri senior. Amel mengingat, pengalaman perdananya jadi juri pada Agustus 2017. ”Dibrifing sama korlap, jenis burung ini cara menilainya begini. Jenis satunya lagi gimana. Langsung turun ke lapangan. Alhamdulillah tidak mengecewakan,’’ kenang perempuan 22 tahun itu.

Baca Juga :  Gagas Konsultan Perkawinan untuk Atasi Perceraian

Dari pengalaman pertama tersebut sampai sekarang Amel masih bertahan menjuri. Berbagai pengalaman didapatnya. Mulai juri independen, ikut bertugas di final Liga OPPI Riau, hingga ikut serta dalam terbentuknya organisasi Radjawali Indonesia DPD Riau selama dua tahun. ’’Setelah itu memutuskan untuk kembali jadi juri independen lagi,’’ kata Amel yang kerap dipanggil Mbak Jura atau Buk Jur saat menjuri di lapangan.

 

Namun, bukan hanya pengalaman manis yang didapatkan. Ada juga kejadian tidak mengenakkan. Pernah dimaki pemain sampai istri pemain. ”Berdebat ketika sesi penilaian, dibilang saya nggak bisa menjuri. Sempat nangis di lapangan,” ceritanya.

Amel juga pernah menjuri di luar kota yang waktu tempuhnya 6 jam perjalanan. Dari 21 kelas yang dilombakan, baru 7 kelas, hujan turun amat deras. ”Hujan badai sampai gantangannya patah. Jadi, dana yang terkumpul dari hasil lomba cuma cukup untuk penyelenggaraan,” bebernya. Amel hanya mendapat biaya transportasi. ”Itu pun cuma seperlima dari ongkos yang saya keluarkan, hehehe,” ingatnya.

 

Saat itu sebenarnya Amel ada ujian tengah semester (UTS) di kampus. Dia merelakan tidak ikut UTS demi menjuri. ”Jadi dobel, pergi tugas nggak dapat honor, di kampus dapat nilai C. Tapi, nggak apa-apa, dijadikan pengalaman,” ucap pencinta lovebird dan murai batu tersebut.

Apakah dari sisi ekonomi profesi juri kontes burung cukup menjanjikan? Menurut Amel, itu bukan termasuk faktor yang membuatnya bertahan di bidang kicau. Terlebih, selama masa pandemi, jarang ada perlombaan burung. Sebelum pandemi, dalam sepekan bisa menjuri hingga tiga kali. ”Ya bisa sih buat beli kuota dan skincare. Tapi, bukan dijadikan pendapatan utama. Buat saya lebih ke hobi,” ungkapnya.

Baca Juga :  Perhiasan Cantik yang Jadi Tren di 2020

BEBERAPA KEJUARAAN YANG PERNAH DIJURI AMEL

 

– Final Liga OPPI Riau

– Launching Radjawali DPD Riau

– Launching Radjawali DPC Inhu

– Liga RJ Seri 4

– Final Liga RJ

– Kapolres Cup Pelalawan

– Lomba Kilan Bird Team

– Kami BC Cup 1 Inhil

– Final Battle Kacer vs Murai Batu

– OBI Award 2019

– Lomba Keritang Hulu BC Cup 1

 

MENURUT AMEL, ADA BEBERAPA POIN PENILAIAN

– Kriteria dasar penilaian, irama dan lagu. Yang paling utama dinilai adalah variasi suara dan speed. Semakin banyak variasi suara semakin tinggi pula nilainya.

– Kemudian volume dan suara. Lebih menitikberatkan pada kualitas volume dari suara burung.

– Fisik dan gaya juga salah satu poin penting.

– Gambarannya, biasanya ada tiga tahap penilaian, untuk menentukan mana saja yang benar-benar layak masuk nominasi. Tiap juri mengajukan hasil penilaian ke korlap. Barulah didapatkan juara 1, 2, 3.

 

*Kriteria dan tahap penilaian bisa berbeda-beda di tiap kompetisi.

Peran juri menjadi salah satu yang terpenting dalam kontes burung. Dari Indragiri Hulu, Riau, terdapat salah seorang juri perempuan bernama Amelia Adilla Triana Isyandra.

 

 

AMEL –begitu dia biasa disapa– besar di keluarga penghobi burung. Ayahnya merawat perkutut. Hobi itu menurun ke kakak nomor dua, yang memelihara kacer, lovebird, dan kenari. ”Kakak pelihara burung untuk dilombakan,” kata bungsu tiga bersaudara pasangan Afrianto dan Sukarnawati Hajir itu.

Terbiasa mendengar kicauan burung setiap pagi, Amel pun jadi ikut sayang. Dia hafal kicauan tiap burung. ’’Kalau ada salah satu (burung) yang mati, ya sampai nangis,’’ katanya terkekeh.

Bukan hanya ayah dan kakak, pamannya pun menekuni bidang yang sama. ”Om sering bikin kompetisi dan jadi juri,” ujarnya. Setiap kali pamannya membuat event, Amel dilibatkan. Mulai mengurus tiket hingga diminta belajar menjadi juri.

’’Setelah lulus SMA, mulai belajar ngejuri,” kata mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Falah Air Molek, Indragiri Hulu, Riau, itu. Awalnya Amel sempat ragu. Sebab, dunia kicau didominasi kaum pria. Namun, dengan support orang-orang terdekat, Amel memantapkan diri belajar secara otodidak. Mulai mendengarkan suara burung hingga mempelajari cara penilaian kejuaraan melalui YouTube dan artikel.

Dia juga menimba arahan dari juri senior. Amel mengingat, pengalaman perdananya jadi juri pada Agustus 2017. ”Dibrifing sama korlap, jenis burung ini cara menilainya begini. Jenis satunya lagi gimana. Langsung turun ke lapangan. Alhamdulillah tidak mengecewakan,’’ kenang perempuan 22 tahun itu.

Baca Juga :  Gagas Konsultan Perkawinan untuk Atasi Perceraian

Dari pengalaman pertama tersebut sampai sekarang Amel masih bertahan menjuri. Berbagai pengalaman didapatnya. Mulai juri independen, ikut bertugas di final Liga OPPI Riau, hingga ikut serta dalam terbentuknya organisasi Radjawali Indonesia DPD Riau selama dua tahun. ’’Setelah itu memutuskan untuk kembali jadi juri independen lagi,’’ kata Amel yang kerap dipanggil Mbak Jura atau Buk Jur saat menjuri di lapangan.

 

Namun, bukan hanya pengalaman manis yang didapatkan. Ada juga kejadian tidak mengenakkan. Pernah dimaki pemain sampai istri pemain. ”Berdebat ketika sesi penilaian, dibilang saya nggak bisa menjuri. Sempat nangis di lapangan,” ceritanya.

Amel juga pernah menjuri di luar kota yang waktu tempuhnya 6 jam perjalanan. Dari 21 kelas yang dilombakan, baru 7 kelas, hujan turun amat deras. ”Hujan badai sampai gantangannya patah. Jadi, dana yang terkumpul dari hasil lomba cuma cukup untuk penyelenggaraan,” bebernya. Amel hanya mendapat biaya transportasi. ”Itu pun cuma seperlima dari ongkos yang saya keluarkan, hehehe,” ingatnya.

 

Saat itu sebenarnya Amel ada ujian tengah semester (UTS) di kampus. Dia merelakan tidak ikut UTS demi menjuri. ”Jadi dobel, pergi tugas nggak dapat honor, di kampus dapat nilai C. Tapi, nggak apa-apa, dijadikan pengalaman,” ucap pencinta lovebird dan murai batu tersebut.

Apakah dari sisi ekonomi profesi juri kontes burung cukup menjanjikan? Menurut Amel, itu bukan termasuk faktor yang membuatnya bertahan di bidang kicau. Terlebih, selama masa pandemi, jarang ada perlombaan burung. Sebelum pandemi, dalam sepekan bisa menjuri hingga tiga kali. ”Ya bisa sih buat beli kuota dan skincare. Tapi, bukan dijadikan pendapatan utama. Buat saya lebih ke hobi,” ungkapnya.

Baca Juga :  Perhiasan Cantik yang Jadi Tren di 2020

BEBERAPA KEJUARAAN YANG PERNAH DIJURI AMEL

 

– Final Liga OPPI Riau

– Launching Radjawali DPD Riau

– Launching Radjawali DPC Inhu

– Liga RJ Seri 4

– Final Liga RJ

– Kapolres Cup Pelalawan

– Lomba Kilan Bird Team

– Kami BC Cup 1 Inhil

– Final Battle Kacer vs Murai Batu

– OBI Award 2019

– Lomba Keritang Hulu BC Cup 1

 

MENURUT AMEL, ADA BEBERAPA POIN PENILAIAN

– Kriteria dasar penilaian, irama dan lagu. Yang paling utama dinilai adalah variasi suara dan speed. Semakin banyak variasi suara semakin tinggi pula nilainya.

– Kemudian volume dan suara. Lebih menitikberatkan pada kualitas volume dari suara burung.

– Fisik dan gaya juga salah satu poin penting.

– Gambarannya, biasanya ada tiga tahap penilaian, untuk menentukan mana saja yang benar-benar layak masuk nominasi. Tiap juri mengajukan hasil penilaian ke korlap. Barulah didapatkan juara 1, 2, 3.

 

*Kriteria dan tahap penilaian bisa berbeda-beda di tiap kompetisi.

Terpopuler

Artikel Terbaru