28.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Lagi Tren Terarium Nih! Dulu Miniatur Hutan, Kini Diorama

Kecantikan terarium belum pudar. Kini, terarium tak hanya meniru nuansa hutan di dalam ruang kaca yang sempit. Beberapa kolektor mulai menghias terarium mereka dengan pernak-pernik lucu nan imut.

GELAS-gelas kaca setinggi 10 sentimeter itu diisi dengan banyak lapisan batu dan tanah. Dalam menyusun terarium, beberapa bahan yang dibutuhkan adalah lapisan batu koral, pasir malang, batu apung, pasir hias, dan substrat untuk lumut. ”Karena tantangannya gimana supaya sebagai medium itu kuat, tapi juga tampilannya cantik dari luar,’’ jelas Tessa Octavia, perajin terarium.

Dia menyatakan, terarium kini makin variatif. Sebelumnya, tema hutan memang paling banyak ditemui. Sementara itu, peminat terarium kini makin banyak dengan tema kesukaan yang beragam. ’’Contohnya tema air terjun, rumah-rumahan, sampai jenis hewan-hewan lucu juga naik permintaannya,” jawab pemilik Laplante.id itu.

Tessa lebih banyak menggunakan bahan gelas setinggi 10 sentimeter untuk wadah terarium. Namun, banyak pula peminat yang pesan khusus dengan botol kaca pribadi. Makin kecil, makin menantang. ”Apalagi kalau temanya agak sulit,” ujarnya. Dia harus merangkai miniatur dengan pinset khusus. ”Terutama untuk menjaga lumut supaya tetap nempel di batu alamnya,” tuturnya.

Baca Juga :  Takut Kupu-Kupu? Mungkin Terkena Lepidopterophobia, Cek Penjelasannya di Sini

Penggunaan ornamen pada terarium juga tak sembarangan. Tessa menyatakan, bahan resin jadi salah satu yang tangguh digunakan untuk ruang lembap. Lem yang dipakai untuk merangkai terarium berjenis lem bening atau lem korea. ’’Jadi nggak panas saat dipakai. Lebih enteng dan nggak mengganggu tanaman,” jelas perempuan asli Surabaya itu.

Perawatan terarium, menurut Tessa, tidak terlalu rumit. Dia menyarankan penggunaan lumut hutan supaya tangguh saat dirawat. ”Nggak banyak mau dan strong,” paparnya. Lumut hutan hanya membutuhkan cahaya cukup dan kelembapan yang stabil. Terarium harus ditempatkan di dalam ruangan, tetapi juga tetap terjaga asupan cahayanya. Yakni, 6–12 jam sehari.

”Sebenarnya boleh di teras, tapi jangan sampai kena matahari langsung,” tegasnya. Penggunaan lampu biru atau lampu UV juga harus dihindari. Sebab, sinar yang terlalu kuat malah bikin lumut bisa menguning, bahkan mati dan kering.

Saat menguning, lumut sebenarnya masih bisa diselamatkan. Caranya mengevaluasi kebutuhan cahaya dan kelembapannya. ”Bisa jadi cahayanya cukup, tapi udaranya terlalu panas,’’ kata Tessa. Solusinya, penyemprotan rutin bisa ditingkatkan hingga warna lumut kembali menghijau. Normalnya, penyemprotan terarium cukup dilakukan dua hari sekali. Setelah itu, terarium sebaiknya ditutup dengan tutup kaca. Gunakan penyemprot dengan lubang yang kecil sehingga air terdistribusi merata ke semua bagian terarium.

Baca Juga :  Dukung Tumbuh Kembang Anak Melalui Aktivitas Seru dan Kreatif

’’Jadi rata, kalau pakai yang nozzle-nya besar, malah airnya cepat jatuh ke lapisan bawah,” jelas Tessa. Lapisan pasir dan batu memang berguna untuk menjaga kelembapan, tapi jika air langsung jatuh, maka penyerapan oleh lumut juga kurang optimal.

Selain menjaga asupan air dan cahaya, Tessa mengingatkan pentingnya trimming untuk lumut. Meski lambat, lumut tetap bisa tumbuh, bahkan memanjang ke area hiasan. ”Jadi, misal sudah setahun gitu, biasanya baru kelihatan lumutnya sudah meluber. Bisa dipotong langsung dengan gunting mini. Atau, dibawa ke penggiat terarium untuk dirapikan,” ungkapnya.

Tessa menjelaskan bahwa terarium seperti ini cocok sebagai hiasan rumah bagi pencinta tanaman pemula. Selain butuh perhatian yang minim, terarium punya magnet tersendiri bagi para tamu. ’’Kalau ada hiasan lucu seperti kucing, anjing, itu menarik peminat dari yang anak-anak sampai orang tua,” jelasnya. (dya/c12/ai)

Kecantikan terarium belum pudar. Kini, terarium tak hanya meniru nuansa hutan di dalam ruang kaca yang sempit. Beberapa kolektor mulai menghias terarium mereka dengan pernak-pernik lucu nan imut.

GELAS-gelas kaca setinggi 10 sentimeter itu diisi dengan banyak lapisan batu dan tanah. Dalam menyusun terarium, beberapa bahan yang dibutuhkan adalah lapisan batu koral, pasir malang, batu apung, pasir hias, dan substrat untuk lumut. ”Karena tantangannya gimana supaya sebagai medium itu kuat, tapi juga tampilannya cantik dari luar,’’ jelas Tessa Octavia, perajin terarium.

Dia menyatakan, terarium kini makin variatif. Sebelumnya, tema hutan memang paling banyak ditemui. Sementara itu, peminat terarium kini makin banyak dengan tema kesukaan yang beragam. ’’Contohnya tema air terjun, rumah-rumahan, sampai jenis hewan-hewan lucu juga naik permintaannya,” jawab pemilik Laplante.id itu.

Tessa lebih banyak menggunakan bahan gelas setinggi 10 sentimeter untuk wadah terarium. Namun, banyak pula peminat yang pesan khusus dengan botol kaca pribadi. Makin kecil, makin menantang. ”Apalagi kalau temanya agak sulit,” ujarnya. Dia harus merangkai miniatur dengan pinset khusus. ”Terutama untuk menjaga lumut supaya tetap nempel di batu alamnya,” tuturnya.

Baca Juga :  Takut Kupu-Kupu? Mungkin Terkena Lepidopterophobia, Cek Penjelasannya di Sini

Penggunaan ornamen pada terarium juga tak sembarangan. Tessa menyatakan, bahan resin jadi salah satu yang tangguh digunakan untuk ruang lembap. Lem yang dipakai untuk merangkai terarium berjenis lem bening atau lem korea. ’’Jadi nggak panas saat dipakai. Lebih enteng dan nggak mengganggu tanaman,” jelas perempuan asli Surabaya itu.

Perawatan terarium, menurut Tessa, tidak terlalu rumit. Dia menyarankan penggunaan lumut hutan supaya tangguh saat dirawat. ”Nggak banyak mau dan strong,” paparnya. Lumut hutan hanya membutuhkan cahaya cukup dan kelembapan yang stabil. Terarium harus ditempatkan di dalam ruangan, tetapi juga tetap terjaga asupan cahayanya. Yakni, 6–12 jam sehari.

”Sebenarnya boleh di teras, tapi jangan sampai kena matahari langsung,” tegasnya. Penggunaan lampu biru atau lampu UV juga harus dihindari. Sebab, sinar yang terlalu kuat malah bikin lumut bisa menguning, bahkan mati dan kering.

Saat menguning, lumut sebenarnya masih bisa diselamatkan. Caranya mengevaluasi kebutuhan cahaya dan kelembapannya. ”Bisa jadi cahayanya cukup, tapi udaranya terlalu panas,’’ kata Tessa. Solusinya, penyemprotan rutin bisa ditingkatkan hingga warna lumut kembali menghijau. Normalnya, penyemprotan terarium cukup dilakukan dua hari sekali. Setelah itu, terarium sebaiknya ditutup dengan tutup kaca. Gunakan penyemprot dengan lubang yang kecil sehingga air terdistribusi merata ke semua bagian terarium.

Baca Juga :  Dukung Tumbuh Kembang Anak Melalui Aktivitas Seru dan Kreatif

’’Jadi rata, kalau pakai yang nozzle-nya besar, malah airnya cepat jatuh ke lapisan bawah,” jelas Tessa. Lapisan pasir dan batu memang berguna untuk menjaga kelembapan, tapi jika air langsung jatuh, maka penyerapan oleh lumut juga kurang optimal.

Selain menjaga asupan air dan cahaya, Tessa mengingatkan pentingnya trimming untuk lumut. Meski lambat, lumut tetap bisa tumbuh, bahkan memanjang ke area hiasan. ”Jadi, misal sudah setahun gitu, biasanya baru kelihatan lumutnya sudah meluber. Bisa dipotong langsung dengan gunting mini. Atau, dibawa ke penggiat terarium untuk dirapikan,” ungkapnya.

Tessa menjelaskan bahwa terarium seperti ini cocok sebagai hiasan rumah bagi pencinta tanaman pemula. Selain butuh perhatian yang minim, terarium punya magnet tersendiri bagi para tamu. ’’Kalau ada hiasan lucu seperti kucing, anjing, itu menarik peminat dari yang anak-anak sampai orang tua,” jelasnya. (dya/c12/ai)

Terpopuler

Artikel Terbaru