34 C
Jakarta
Saturday, September 14, 2024

Harapan Anies Pupus Maju di Pilkada Jakarta, PDIP Ungkap Alasan Usung Pramono-Rano

PROKALTENG.CO – Ketua DPP PDI Perjuangan Deddy Yevri Sitorus mengungkapkan alasan partainya lebih memilih mengusung kader internal yakni, Pramono Anung-Rano Karno daripada Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024. Deddy menyatakan, nama Pramono Anung memang telah menjadi pembahasan untuk diusung sebagai calon gubernur (cagub) Jakarta sejak lama.

“Jadi nama Pak Pramono Anung ini kan tidak ujuk-ujuk muncul, dari dua bulan lalu sudah muncul. Sembari kita coba mengelaborasi potensi untuk katakanlah memasangkan juga Pak Anies Baswedan, maupun Pak Ahok,” kata Deddy kepada wartawan, Kamis (29/8).

PDIP awalnya mencoba potensi mengelaborasi Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Anies untuk melihat beberapa hal yang bisa menjawab kebutuhan-kebutuhan psikologi politik, termasuk juga psikologi sosial, serta persoalan elektoral di Jakarta.

Namun, PDIP juga memahami Anies sudah pernah menjadi bagian dari sejarah dalam Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu, yang akhirnya menimbulkan polarisasi dan ingin melakukan upaya penyelesaian persoalan polarisasi masyarakat Jakarta.

“Oleh karena itu kita mencoba melakukan pendalaman dengan Pak Ahok sampai hari Senin kemarin. Pendalaman untuk melihat bagaimana Pak Anies itu bisa mem-bridging antara kelompok, katakanlah kelompok tanda kutip Islam, dengan kelompok-kelompok lain, komunasionalis, dan seterusnya,” ucap Deddy.

Baca Juga :  Sahkan RUU Ciptaker, MUI Sebut DPR Tidak Seperti Wakil Rakyat

Deddy mengungkapkan, Anies Baswedan memang datang ke kantor DPP PDIP, saat bersamaan dengan pengumuman calon kepala daerah gelombang ketiga, pada Senin (26/8). Dalam pertemuan itu, pihaknya membahas dampak dari residu politik beberapa tahun lalu.

“Ada satu proses yang mendalam dengan Pak Anies, dimana kita membahas hal-hal, yaitu tadi residu politik itu. Kemudian bagaimana Pak Anies bisa menjadi bridging atau representasi dari kelompok-kelompok, katakanlah politik agama dengan kelompok-kelompok di luar itu,” ungkap Deddy.

“Dan ada banyak pembicaraan tentang bagaimana nasionalisme, PDI Perjuangan, Bung Karno, Pancasila, ketegangan di antara masyarakat karena politik simbol-simbol, politik primordial, gitu ya,” sambungnya.

Namun, kata Deddy, ada kelompok yang mendorong agar PDIP mengusung Ahok, yang didasarkan pada keberhasilan dan kinerjanya saat menjadi gubernur DKI Jakarta. Seperti penanganan banjir dan berbagai macam persoalan birokrasi.

Baca Juga :  3.517 Wartawan Lolos Seleksi FJPP, Siap Mendukung Pencegahan Covid-19

“Nah, kemudian kan tetapi kita menyadari bahwa dua kutub ini sangat ekstrem perbedaannya. Kelompok pendukung Pak Ahok, kelompok pendukung Pak Anies. Sehingga kemudian muncullah alternatif itu, kembali Pak Pramono Anung sebagai jalan tengah dari dua kutub ini,” ujar Deddy.

Terpisah, juru bicara Anies Baswedan, Sahrin Hamid, menyatakan Anies sangat menghormati keputusan partai politik yang tidak mengusungnya pada Pilkada DKI Jakarta 2024.

“⁠Kewenangan mengusulkan calon adalah partai politik, oleh nya tentunya apa yang menjadi keputusan partai tentunya itu yang terbaik buat dan bangsa menurut partai,” tutur Sahrin.

Sahrin menekankan, bagi Anies tentunya berjuang di dalam pemerintahan atau di luar pemerintahan sama terhormatnya. Ia memastikan, Anies Baswedan akan terdepan mengawal kepentingan rakyat.

“Sehingga di mana pun berada yang terpenting adalah tetap berada dan setia di garis perjuangan rakyat yakni mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” pungkasnya. (pri/jawapos.com)

 

PROKALTENG.CO – Ketua DPP PDI Perjuangan Deddy Yevri Sitorus mengungkapkan alasan partainya lebih memilih mengusung kader internal yakni, Pramono Anung-Rano Karno daripada Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024. Deddy menyatakan, nama Pramono Anung memang telah menjadi pembahasan untuk diusung sebagai calon gubernur (cagub) Jakarta sejak lama.

“Jadi nama Pak Pramono Anung ini kan tidak ujuk-ujuk muncul, dari dua bulan lalu sudah muncul. Sembari kita coba mengelaborasi potensi untuk katakanlah memasangkan juga Pak Anies Baswedan, maupun Pak Ahok,” kata Deddy kepada wartawan, Kamis (29/8).

PDIP awalnya mencoba potensi mengelaborasi Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Anies untuk melihat beberapa hal yang bisa menjawab kebutuhan-kebutuhan psikologi politik, termasuk juga psikologi sosial, serta persoalan elektoral di Jakarta.

Namun, PDIP juga memahami Anies sudah pernah menjadi bagian dari sejarah dalam Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu, yang akhirnya menimbulkan polarisasi dan ingin melakukan upaya penyelesaian persoalan polarisasi masyarakat Jakarta.

“Oleh karena itu kita mencoba melakukan pendalaman dengan Pak Ahok sampai hari Senin kemarin. Pendalaman untuk melihat bagaimana Pak Anies itu bisa mem-bridging antara kelompok, katakanlah kelompok tanda kutip Islam, dengan kelompok-kelompok lain, komunasionalis, dan seterusnya,” ucap Deddy.

Baca Juga :  Sahkan RUU Ciptaker, MUI Sebut DPR Tidak Seperti Wakil Rakyat

Deddy mengungkapkan, Anies Baswedan memang datang ke kantor DPP PDIP, saat bersamaan dengan pengumuman calon kepala daerah gelombang ketiga, pada Senin (26/8). Dalam pertemuan itu, pihaknya membahas dampak dari residu politik beberapa tahun lalu.

“Ada satu proses yang mendalam dengan Pak Anies, dimana kita membahas hal-hal, yaitu tadi residu politik itu. Kemudian bagaimana Pak Anies bisa menjadi bridging atau representasi dari kelompok-kelompok, katakanlah politik agama dengan kelompok-kelompok di luar itu,” ungkap Deddy.

“Dan ada banyak pembicaraan tentang bagaimana nasionalisme, PDI Perjuangan, Bung Karno, Pancasila, ketegangan di antara masyarakat karena politik simbol-simbol, politik primordial, gitu ya,” sambungnya.

Namun, kata Deddy, ada kelompok yang mendorong agar PDIP mengusung Ahok, yang didasarkan pada keberhasilan dan kinerjanya saat menjadi gubernur DKI Jakarta. Seperti penanganan banjir dan berbagai macam persoalan birokrasi.

Baca Juga :  3.517 Wartawan Lolos Seleksi FJPP, Siap Mendukung Pencegahan Covid-19

“Nah, kemudian kan tetapi kita menyadari bahwa dua kutub ini sangat ekstrem perbedaannya. Kelompok pendukung Pak Ahok, kelompok pendukung Pak Anies. Sehingga kemudian muncullah alternatif itu, kembali Pak Pramono Anung sebagai jalan tengah dari dua kutub ini,” ujar Deddy.

Terpisah, juru bicara Anies Baswedan, Sahrin Hamid, menyatakan Anies sangat menghormati keputusan partai politik yang tidak mengusungnya pada Pilkada DKI Jakarta 2024.

“⁠Kewenangan mengusulkan calon adalah partai politik, oleh nya tentunya apa yang menjadi keputusan partai tentunya itu yang terbaik buat dan bangsa menurut partai,” tutur Sahrin.

Sahrin menekankan, bagi Anies tentunya berjuang di dalam pemerintahan atau di luar pemerintahan sama terhormatnya. Ia memastikan, Anies Baswedan akan terdepan mengawal kepentingan rakyat.

“Sehingga di mana pun berada yang terpenting adalah tetap berada dan setia di garis perjuangan rakyat yakni mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” pungkasnya. (pri/jawapos.com)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru