28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Mendikbud : Jangan Bebani Guru dengan Urusan Administrasi

JAKARTA-Naskah pidato Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim pada peringatan Hari Guru
Nasional ramai dibahas warganet sejak Sabtu pagi (23/11). Isinya lugas,
membeberkan masalah yang dihadapi guru di Indonesia. Mulai dari beban tugas
guru hingga menyuarakan kemerdekaan untuk belajar.

Di twitter, akun
@Kemdikbud_RI mengunggah dua halaman naskah pidato tersebut pada pukul 09.00
WIB. Unggahan tersebut sukses memancing reaksi warganet. Komentar pun beragam.
Namun, sebagian besar menyambut positif. “Suka banget dan appreciate
banget pidato yang dibuat. Sangat jelas visi dan pemahaman Nadiem terhadap
kondisi guru di Indonesia,” tulis akun artis Dian Sastrowardoyo @therealDiSastr
pada kolom komentar. Ada pula yang mendukung dengan komentar ”Pidato terbaik
yang pernah saya liat…salut Pak Menteri, singkat tapi bermakna banget..semoga
pendidikan Indonesia lebih baik,” tulis akun @enienie.

Staf khusus Mendikbud
Muh Haekal menyatakan, naskah pidato tersebut ditulis sendiri oleh Nadiem.
Rencananya pidato tersebut akan dibacakan oleh Nadiem pada upacara bendera
peringatan Hari Guru Nasional di kantor Kemendikbud RI, Senin pagi (25/11).

”Beliau menulis
sendiri,” ucap Haekal kepada Jawa Pos.

Sejak kali pertama
ditunjuk sebagai Mendikbud oleh Presiden Joko Widodo, Nadiem menyatakan tidak
ada gebrakan apapun pada 100 hari awal masa jabatannya. Dia memilih akan
mendengarkan. Baik dari guru, pejabat eselon I Kemendikbud, dan Mendikbud
periode sebelumnya, Muhadjir Effendy. Tujuannya, untuk memahami persoalan
pendidikan di tanah air ini.

Baca Juga :  Caleg Gagal Lolos Seleksi BPK

Pada 26 Oktober lalu,
Nadiem menghadiri acara Temu Pendidik Nusantara di Sekolah Cikal Cilandak,
Jakarta Selatan. Dia datang tanpa pengawalan ketat. Berbusana santai mengenakan
polo shirt hitam, celana jin, dan sepatu kets. Di sana, menteri termuda Kabinet
Indonesia Maju itu bertemu para pendidik dari Komunitas Guru Belajar seluruh
Indonesia.

Dengan bertemu para
guru, Nadiem berkesempatan mendengarkan kebutuhan guru yang mengajar di
lapangan. Mendengarkan keluh kesah, masukan, hingga harapan para guru kepada
pemerintah ke depan. Tidak melulu soal dana. Malah para guru menyuarakan soal
kemerdekaan untuk belajar. Ada pula yang menyampaikan, banyaknya tuntutan tugas
di luar mengajar (administrasi) membuat guru sulit mengeksplorasi diri untuk
berkarya.

Kemudian, pada 4
November, mantan bos Gojek itu menerima 22 organisasi dan komunitas guru di
kantornya. Ikatan Guru Indonesia (IGI) salah satunya. Pada kesempatan tersebut
IGI mengajukan 10 usulan kepada Nadiem. Dari jumlah tersebut, lima poin di
antaranya menyuarakan soal masalah yang dihadapi guru.

IGI meminta urusan
administrasi guru dibuat dalam jaringan (online) dan disederhanakan. Termasuk
di dalamnya, ketentuan membuat rancangan program pembelajaran (RPP) cukup dua
halaman tapi jelas.

Baca Juga :  Menanti Gebrakan Kabinet Indonesia Maju untuk Tuntaskan 2 PR

Masalah pengangkatan
guru pun harus berdasarkan kebutuhan kurikulum dan Uji kompetensi guru wajib
dilakukan minimal sekali dalam tiga tahun. Dengan begitu, sistem honorer
dihapuskan, sehingga guru yang mengisi di kelas, jelas statusnya. Gaji guru
menyesuaikan upah minimum pemerintah berdasarkan kelayakan hidup.

Ketua Umum IGI Muhammad
Ramli Rahim menilai isi pidato Nadiem tidak bertele-tele. Fokus ke fungsi
pendidikan, menghadirkan pembelajaran yang baik, serta meningkatkan kualitas
hubungan antara guru dan siswa di kelas. ”Selama ini beban administrasi guru
terlalu besar. Beban belajar siswa juga banyak. Beliau mengungkapkan itu secara
gamblang,” ucapnya saat dihubungi Jawa Pos, Sabtu malam (23/11).

Guru harus membuat
laporan pembelajaran ke pengawas sekolah, urusan sertifikasi, kenaikan pangkat
yang ujung-ujungnya memengaruhi pendapatan. Hal tersebut tentu membuat guru
tidak fokus untuk mengajar dan membimbing siswa. Akibatnya, pembelajaran
berlangsung ala kadarnya, tidak ada diskusi, hingga akhirnya guru tidak mampu
menggali potensi anak didiknya.

Begitu juga dengan siswa. Untuk mempelajari satu
mata pelajaran saja repot, apalagi mempelajari semuanya. ”Saya pikir apa yang
disampaikan Pak Nadiem ini adalah apa yang beliau dengar selama 100 hari
menjabat,” terang Ramli. Dari usulan IGI tersebut, menurut Ramli, kebijakan
yang paling mungkin dikerjakan dalam waktu dekat adalah menyederhanakan
administrasi guru. (han/ce/jpg)

JAKARTA-Naskah pidato Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim pada peringatan Hari Guru
Nasional ramai dibahas warganet sejak Sabtu pagi (23/11). Isinya lugas,
membeberkan masalah yang dihadapi guru di Indonesia. Mulai dari beban tugas
guru hingga menyuarakan kemerdekaan untuk belajar.

Di twitter, akun
@Kemdikbud_RI mengunggah dua halaman naskah pidato tersebut pada pukul 09.00
WIB. Unggahan tersebut sukses memancing reaksi warganet. Komentar pun beragam.
Namun, sebagian besar menyambut positif. “Suka banget dan appreciate
banget pidato yang dibuat. Sangat jelas visi dan pemahaman Nadiem terhadap
kondisi guru di Indonesia,” tulis akun artis Dian Sastrowardoyo @therealDiSastr
pada kolom komentar. Ada pula yang mendukung dengan komentar ”Pidato terbaik
yang pernah saya liat…salut Pak Menteri, singkat tapi bermakna banget..semoga
pendidikan Indonesia lebih baik,” tulis akun @enienie.

Staf khusus Mendikbud
Muh Haekal menyatakan, naskah pidato tersebut ditulis sendiri oleh Nadiem.
Rencananya pidato tersebut akan dibacakan oleh Nadiem pada upacara bendera
peringatan Hari Guru Nasional di kantor Kemendikbud RI, Senin pagi (25/11).

”Beliau menulis
sendiri,” ucap Haekal kepada Jawa Pos.

Sejak kali pertama
ditunjuk sebagai Mendikbud oleh Presiden Joko Widodo, Nadiem menyatakan tidak
ada gebrakan apapun pada 100 hari awal masa jabatannya. Dia memilih akan
mendengarkan. Baik dari guru, pejabat eselon I Kemendikbud, dan Mendikbud
periode sebelumnya, Muhadjir Effendy. Tujuannya, untuk memahami persoalan
pendidikan di tanah air ini.

Baca Juga :  Caleg Gagal Lolos Seleksi BPK

Pada 26 Oktober lalu,
Nadiem menghadiri acara Temu Pendidik Nusantara di Sekolah Cikal Cilandak,
Jakarta Selatan. Dia datang tanpa pengawalan ketat. Berbusana santai mengenakan
polo shirt hitam, celana jin, dan sepatu kets. Di sana, menteri termuda Kabinet
Indonesia Maju itu bertemu para pendidik dari Komunitas Guru Belajar seluruh
Indonesia.

Dengan bertemu para
guru, Nadiem berkesempatan mendengarkan kebutuhan guru yang mengajar di
lapangan. Mendengarkan keluh kesah, masukan, hingga harapan para guru kepada
pemerintah ke depan. Tidak melulu soal dana. Malah para guru menyuarakan soal
kemerdekaan untuk belajar. Ada pula yang menyampaikan, banyaknya tuntutan tugas
di luar mengajar (administrasi) membuat guru sulit mengeksplorasi diri untuk
berkarya.

Kemudian, pada 4
November, mantan bos Gojek itu menerima 22 organisasi dan komunitas guru di
kantornya. Ikatan Guru Indonesia (IGI) salah satunya. Pada kesempatan tersebut
IGI mengajukan 10 usulan kepada Nadiem. Dari jumlah tersebut, lima poin di
antaranya menyuarakan soal masalah yang dihadapi guru.

IGI meminta urusan
administrasi guru dibuat dalam jaringan (online) dan disederhanakan. Termasuk
di dalamnya, ketentuan membuat rancangan program pembelajaran (RPP) cukup dua
halaman tapi jelas.

Baca Juga :  Menanti Gebrakan Kabinet Indonesia Maju untuk Tuntaskan 2 PR

Masalah pengangkatan
guru pun harus berdasarkan kebutuhan kurikulum dan Uji kompetensi guru wajib
dilakukan minimal sekali dalam tiga tahun. Dengan begitu, sistem honorer
dihapuskan, sehingga guru yang mengisi di kelas, jelas statusnya. Gaji guru
menyesuaikan upah minimum pemerintah berdasarkan kelayakan hidup.

Ketua Umum IGI Muhammad
Ramli Rahim menilai isi pidato Nadiem tidak bertele-tele. Fokus ke fungsi
pendidikan, menghadirkan pembelajaran yang baik, serta meningkatkan kualitas
hubungan antara guru dan siswa di kelas. ”Selama ini beban administrasi guru
terlalu besar. Beban belajar siswa juga banyak. Beliau mengungkapkan itu secara
gamblang,” ucapnya saat dihubungi Jawa Pos, Sabtu malam (23/11).

Guru harus membuat
laporan pembelajaran ke pengawas sekolah, urusan sertifikasi, kenaikan pangkat
yang ujung-ujungnya memengaruhi pendapatan. Hal tersebut tentu membuat guru
tidak fokus untuk mengajar dan membimbing siswa. Akibatnya, pembelajaran
berlangsung ala kadarnya, tidak ada diskusi, hingga akhirnya guru tidak mampu
menggali potensi anak didiknya.

Begitu juga dengan siswa. Untuk mempelajari satu
mata pelajaran saja repot, apalagi mempelajari semuanya. ”Saya pikir apa yang
disampaikan Pak Nadiem ini adalah apa yang beliau dengar selama 100 hari
menjabat,” terang Ramli. Dari usulan IGI tersebut, menurut Ramli, kebijakan
yang paling mungkin dikerjakan dalam waktu dekat adalah menyederhanakan
administrasi guru. (han/ce/jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru