28.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Gatot Nurmantyo: Bayangkan Ketuhanan YME Menjadi Ketuhanan Yang Berke

JAKARTA
– Mantan Panglima TNI Jenderal, Gatot Nurmantyo mengungkapkan sejumlah alasan
bahwa bahaya laten komunis gaya baru semakin nyata.


Keyakinannya itu diungkapkan Gatot dalam wawancara
ekslusif di salah satu stasiun televisi swasta nasional pada Kamis (24/9).

“Semakin
hari semakin real. Tidak usah mundur ke belakang, mulai dari 2008 aja sudah
tidak ada pelajaran G30S PKI,” ujar Gatot Nurmantyo.


“Kemudian, langsung saja deh yang jelas-jelas Ribka
Tjiptaning mengatakan bahwa aku bangga menjadi anak PKI. Kemudian menyatakan
bahwa peristiwa G30S/PKI itu adalah pelakunya yang membantai adalah TNI,”
sambungnya.


Gatot juga menyebut bahwa anak-anak dan keturunan
PKI banyak yang masuk PDI Perjuangan dari cabang hingga pengurus pusat.


“Kemudian mengatakan bahwa anak-anak keturunan PKI
itu masuk di PDIP mulai dari cabang sampai dengan Pusat,” kata Gatot.

Baca Juga :  BMKG: Hujan Turun di Sebagian Kota Besar, Palangkaraya Umumnya Berasap


Teranyar, lanjut Gatot, kebangkitan PKI itu semakin
nyata dengan adanya upaya menyelinap ke dalam perundang-undangan melalui RUU
Haluan Ideologi Pancasila (HIP). Di mana sejumlah Pasal mengindikasikan PKI.

“Yang
teraktual yang tidak terbantahkan, karena memang PKI atau komunis itu tidak
bisa terlihat tapi bisa dirasakan. Contohnya RUU HIP, Pasal 7 Ayat 2 itu
mengajukan Trisila; Nasionalisme, Sosial Demokratik dan Ketuhanan Yang
Berkebudayaan, nomor tiga. Bahkan dipres jadi Ekasila. Kemudian, pada Pasal 5
Ayat 1 bahwa sendi pokoknya adalah keadilan sosial,” tuturnya.

“Mari
kita lihat. Bahwa di dalam Pancasila yang pertama adalah Ketuhanan YME makanya
dikuatkan lagi di UUD 1945 Pasal 29 Ayat 1 dasar adalah Ketuhanan YME,”
imbuhnya.
Menurut Gatot, yang dikatakan sendi pokok keadilan
sosial itu sama dengan manifestasi petinggi PKI, DN Aidit pada tahun 1963.

Baca Juga :  Ingin Daerah Bisa Bersaing Kuat, DPD Gelar Uji Sahih RUU DSD

“Bayangkan
Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi Ketuhanan Yang Berkebudayaan. Yang tadinya
menjadi dasar adalah Ketuhanan YME menjadi keadilan sosial,” urainya.
“Ini jelas, jelas saya punya keyakinan yang utuh,”
imbuh Gatot.
“Kemudian, ingat TAP MPRS XXV 1966 tidak dimasukkan
dalam dasar. Tidak ada dalam RUU HIP. Yang melarang organisasi Komunisme
Leninisme Marxisme. Kan gitu. Nah inilah upaya menghapus TAP MPR tidak bisa,
diganti dengan RUU. RUU HIP kan satu indikasi yang saya sinyalir bahwa itu
kebangkitan Neo PKI, Neo Komunis,” ujar Gatot Nurmantyo. 

 

JAKARTA
– Mantan Panglima TNI Jenderal, Gatot Nurmantyo mengungkapkan sejumlah alasan
bahwa bahaya laten komunis gaya baru semakin nyata.


Keyakinannya itu diungkapkan Gatot dalam wawancara
ekslusif di salah satu stasiun televisi swasta nasional pada Kamis (24/9).

“Semakin
hari semakin real. Tidak usah mundur ke belakang, mulai dari 2008 aja sudah
tidak ada pelajaran G30S PKI,” ujar Gatot Nurmantyo.


“Kemudian, langsung saja deh yang jelas-jelas Ribka
Tjiptaning mengatakan bahwa aku bangga menjadi anak PKI. Kemudian menyatakan
bahwa peristiwa G30S/PKI itu adalah pelakunya yang membantai adalah TNI,”
sambungnya.


Gatot juga menyebut bahwa anak-anak dan keturunan
PKI banyak yang masuk PDI Perjuangan dari cabang hingga pengurus pusat.


“Kemudian mengatakan bahwa anak-anak keturunan PKI
itu masuk di PDIP mulai dari cabang sampai dengan Pusat,” kata Gatot.

Baca Juga :  BMKG: Hujan Turun di Sebagian Kota Besar, Palangkaraya Umumnya Berasap


Teranyar, lanjut Gatot, kebangkitan PKI itu semakin
nyata dengan adanya upaya menyelinap ke dalam perundang-undangan melalui RUU
Haluan Ideologi Pancasila (HIP). Di mana sejumlah Pasal mengindikasikan PKI.

“Yang
teraktual yang tidak terbantahkan, karena memang PKI atau komunis itu tidak
bisa terlihat tapi bisa dirasakan. Contohnya RUU HIP, Pasal 7 Ayat 2 itu
mengajukan Trisila; Nasionalisme, Sosial Demokratik dan Ketuhanan Yang
Berkebudayaan, nomor tiga. Bahkan dipres jadi Ekasila. Kemudian, pada Pasal 5
Ayat 1 bahwa sendi pokoknya adalah keadilan sosial,” tuturnya.

“Mari
kita lihat. Bahwa di dalam Pancasila yang pertama adalah Ketuhanan YME makanya
dikuatkan lagi di UUD 1945 Pasal 29 Ayat 1 dasar adalah Ketuhanan YME,”
imbuhnya.
Menurut Gatot, yang dikatakan sendi pokok keadilan
sosial itu sama dengan manifestasi petinggi PKI, DN Aidit pada tahun 1963.

Baca Juga :  Ingin Daerah Bisa Bersaing Kuat, DPD Gelar Uji Sahih RUU DSD

“Bayangkan
Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi Ketuhanan Yang Berkebudayaan. Yang tadinya
menjadi dasar adalah Ketuhanan YME menjadi keadilan sosial,” urainya.
“Ini jelas, jelas saya punya keyakinan yang utuh,”
imbuh Gatot.
“Kemudian, ingat TAP MPRS XXV 1966 tidak dimasukkan
dalam dasar. Tidak ada dalam RUU HIP. Yang melarang organisasi Komunisme
Leninisme Marxisme. Kan gitu. Nah inilah upaya menghapus TAP MPR tidak bisa,
diganti dengan RUU. RUU HIP kan satu indikasi yang saya sinyalir bahwa itu
kebangkitan Neo PKI, Neo Komunis,” ujar Gatot Nurmantyo. 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru