28.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Ketum Muhammadiyah: Kaum Anti Vaksin Perburuk Pandemi

PROKALTENG.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, ada lima masalah pokok yang ikut memperburuk penanganan Covid-19 di Indonesia. Pertama, kata dia, banyaknya masyarakat yang tidak mau memperhatikan para ahli atau epidemiolog, namun justru mengikuti tokoh-tokoh yang mempromosikan pemikiran konspirasi soal corona dan vaksin.

"Karena kalau terus-terusan dikembangkan pandangan anti Covid, anti vaksin itu masyarakat lengah, kemudian mereka yang kerja di rumah sakit tambah berat beban kerjanya dan itu kan tidak mustahil menciptakan disharmoni di kalangan masyarakat," kata Haedar seperti dikutip dari situs resmi Muhammadiyah, Jumat 25 Juni 2021.

Masalah kedua, menurutnya, adalah pernyataan kelompok anti Covid dan anti vaksin yang menganggap bahwa pasien dan korban meninggal covid adalah rekayasa semata. Haedar menilai, besarnya dukungan masyarakat kepada kelompok ini berkaitan dengan masalah ketiga, yaitu disharmoni dan inkonsisten pemerintah pusat dan daerah dalam menerapkan suatu kebijakan.

Baca Juga :  Sambut HUT ke 126, BRI Gelar Sayembara Desain Logo

Ia mencontohkan soal pelarangan mudik dan pembukaan tempat wisata beberapa waktu lalu.

"Ini biasanya sering ada disharmoni antarpusat, antardaerah, antarbidang. Di satu sisi melarang mudik, tapi bidang lain membuka wisata. Nah, ini kan tidak harmonis sebenarnya," katanya.

Masalah keempat, kata dia, adalah karakter masyarakat yang dikenal tidak disiplin, suka melanggar dan apatis. Menurutnya, saat ini sebagian masyarakat sudah bosan dengan keadaan hingga tidak disiplin dalam protokol kesehatan.

"Sebagian masyarakat mungkin karena sudah lelah, sudah capek, sudah bosan, lalu tidak disiplin lagi. Menganggap remeh, menganggap enteng, padahal itu dampaknya luas," ujarnya.

Masalah kelima, menurutnya, adalah dampak pandemi yang menambah beban, baik dari sektor ekonomi maupun budaya. Apalagi, kata dia, pemerintah selama ini seringkali bimbang antara memulihkan ekonomi terlebih dahulu atau memulihkan kesehatan masyarakat.

Baca Juga :  Perubahan Skema Pensiun PNS Belum Diputuskan

"Dengan lima hal itu tidak membuat kita pesimis. Tapi musibah ini berat bukan karena musibahnya, tapi karena sikap kita dalam menghadapi musibah yang tidak selalu seirama, sejalan dan harmonis yang membuat musibah itu semakin berat," jelasnya.

PROKALTENG.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, ada lima masalah pokok yang ikut memperburuk penanganan Covid-19 di Indonesia. Pertama, kata dia, banyaknya masyarakat yang tidak mau memperhatikan para ahli atau epidemiolog, namun justru mengikuti tokoh-tokoh yang mempromosikan pemikiran konspirasi soal corona dan vaksin.

"Karena kalau terus-terusan dikembangkan pandangan anti Covid, anti vaksin itu masyarakat lengah, kemudian mereka yang kerja di rumah sakit tambah berat beban kerjanya dan itu kan tidak mustahil menciptakan disharmoni di kalangan masyarakat," kata Haedar seperti dikutip dari situs resmi Muhammadiyah, Jumat 25 Juni 2021.

Masalah kedua, menurutnya, adalah pernyataan kelompok anti Covid dan anti vaksin yang menganggap bahwa pasien dan korban meninggal covid adalah rekayasa semata. Haedar menilai, besarnya dukungan masyarakat kepada kelompok ini berkaitan dengan masalah ketiga, yaitu disharmoni dan inkonsisten pemerintah pusat dan daerah dalam menerapkan suatu kebijakan.

Baca Juga :  Sambut HUT ke 126, BRI Gelar Sayembara Desain Logo

Ia mencontohkan soal pelarangan mudik dan pembukaan tempat wisata beberapa waktu lalu.

"Ini biasanya sering ada disharmoni antarpusat, antardaerah, antarbidang. Di satu sisi melarang mudik, tapi bidang lain membuka wisata. Nah, ini kan tidak harmonis sebenarnya," katanya.

Masalah keempat, kata dia, adalah karakter masyarakat yang dikenal tidak disiplin, suka melanggar dan apatis. Menurutnya, saat ini sebagian masyarakat sudah bosan dengan keadaan hingga tidak disiplin dalam protokol kesehatan.

"Sebagian masyarakat mungkin karena sudah lelah, sudah capek, sudah bosan, lalu tidak disiplin lagi. Menganggap remeh, menganggap enteng, padahal itu dampaknya luas," ujarnya.

Masalah kelima, menurutnya, adalah dampak pandemi yang menambah beban, baik dari sektor ekonomi maupun budaya. Apalagi, kata dia, pemerintah selama ini seringkali bimbang antara memulihkan ekonomi terlebih dahulu atau memulihkan kesehatan masyarakat.

Baca Juga :  Perubahan Skema Pensiun PNS Belum Diputuskan

"Dengan lima hal itu tidak membuat kita pesimis. Tapi musibah ini berat bukan karena musibahnya, tapi karena sikap kita dalam menghadapi musibah yang tidak selalu seirama, sejalan dan harmonis yang membuat musibah itu semakin berat," jelasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru