28.4 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Mengapa Tak Semua Orang Diuji Covid-19 dengan PCR?

Untuk
memutus mata rantai penularan virus Korona, salah satu cara paling efektif
adalah dengan menguji kasus sebanyak-banyaknya. Dengan menemukan semakin banyak
yang positif kemudian diisolasi, maka penularan di luar semakin bisa ditekan.
Saat ini ada 2 metode penelusuran kontak, yakni dengan Rapid Tes dan PCR
(polymerase chain reaction).

Bedanya,
uji Rapid Tes menggunakan antibodi, sedangkan PCR menggunakan antigen. Sehingga
hasil pemeriksaan spesimen dengan PCR sudah dipastikan akurat. Sementara jika
diperiksa dengan Rapid Tes, belum tentu pasti hasilnya.

Lantas
kapan seseorang diuji menggunakan PCR?

Dalam
konferensi pers di Gedung BNPB, Rabu (8/4), Yurianto menjelaskan penelusuran
kontak dilakukan dari kasus positif yang sedang dirawat. Sehingga harus
mewaspadai betul kelompok potensial yang menjadi sumber penularan. Resiko pada
tenaga kesehatan yang merawat. Dan pada masyarakat di daerah.

Baca Juga :  Polisi Tangkap Deklarator KAMI, Syahganda Nainggolan

“Maka
dilakukan kebijakan skrining lakukan pemeriksaan penapisan lewat rapid tes.
Rapid tes sudah didistribusikan lebih dari 450 ribu kit ke seluruh Indonesia.
Tujuannya lakukan penyaringan penelusuran kontak sebagai strategi awal,”
jelasnya.

Maka
setelah dilakukan pemeriksaan rapid tes baik hasilnya positif ataupun negatif
tetap harus melakukan isolasi mandiri. Isolasi bisa dilakukan secara mandiri di
rumah.

Jika
selama diisolasi mandiri mengalami keluhan dan gejala, pemeriksaan PCR akan
dilakukan untuk mengkonfirmasi. PCR baru akan dilakukan jika sudah ada gejala
klinis.

“Kami
sudah lakukan pemeriksaan PCR lebih dari 15 ribu spesimen. Ketersediaan reagent
untuk PCR juga sudah ada 200 ribu kit,” katanya.

Itulah
sebabnya tak semua orang akan diperiksa dengan PCR jika belum ada gejala. Tes
PCR ditegakkan dengan diagnosa dari mekanisme skrining yang terarah.

Baca Juga :  Pesan Presiden Jokowi di Hari Lahir Pancasila

“Skrining
dilakukan dengan rapid tes. Tapi PCR kita tak lajukan dengan metode acak, harus
terpilih dan terstruktur dimulai dari awal,” paparnya.
 

Untuk
memutus mata rantai penularan virus Korona, salah satu cara paling efektif
adalah dengan menguji kasus sebanyak-banyaknya. Dengan menemukan semakin banyak
yang positif kemudian diisolasi, maka penularan di luar semakin bisa ditekan.
Saat ini ada 2 metode penelusuran kontak, yakni dengan Rapid Tes dan PCR
(polymerase chain reaction).

Bedanya,
uji Rapid Tes menggunakan antibodi, sedangkan PCR menggunakan antigen. Sehingga
hasil pemeriksaan spesimen dengan PCR sudah dipastikan akurat. Sementara jika
diperiksa dengan Rapid Tes, belum tentu pasti hasilnya.

Lantas
kapan seseorang diuji menggunakan PCR?

Dalam
konferensi pers di Gedung BNPB, Rabu (8/4), Yurianto menjelaskan penelusuran
kontak dilakukan dari kasus positif yang sedang dirawat. Sehingga harus
mewaspadai betul kelompok potensial yang menjadi sumber penularan. Resiko pada
tenaga kesehatan yang merawat. Dan pada masyarakat di daerah.

Baca Juga :  Polisi Tangkap Deklarator KAMI, Syahganda Nainggolan

“Maka
dilakukan kebijakan skrining lakukan pemeriksaan penapisan lewat rapid tes.
Rapid tes sudah didistribusikan lebih dari 450 ribu kit ke seluruh Indonesia.
Tujuannya lakukan penyaringan penelusuran kontak sebagai strategi awal,”
jelasnya.

Maka
setelah dilakukan pemeriksaan rapid tes baik hasilnya positif ataupun negatif
tetap harus melakukan isolasi mandiri. Isolasi bisa dilakukan secara mandiri di
rumah.

Jika
selama diisolasi mandiri mengalami keluhan dan gejala, pemeriksaan PCR akan
dilakukan untuk mengkonfirmasi. PCR baru akan dilakukan jika sudah ada gejala
klinis.

“Kami
sudah lakukan pemeriksaan PCR lebih dari 15 ribu spesimen. Ketersediaan reagent
untuk PCR juga sudah ada 200 ribu kit,” katanya.

Itulah
sebabnya tak semua orang akan diperiksa dengan PCR jika belum ada gejala. Tes
PCR ditegakkan dengan diagnosa dari mekanisme skrining yang terarah.

Baca Juga :  Pesan Presiden Jokowi di Hari Lahir Pancasila

“Skrining
dilakukan dengan rapid tes. Tapi PCR kita tak lajukan dengan metode acak, harus
terpilih dan terstruktur dimulai dari awal,” paparnya.
 

Terpopuler

Artikel Terbaru