33.8 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Buzzer Belum Tentu Didominasi Bot

Fenomena buzzer di
Indonesia belakangan menjadi sorotan. Terutama setelah Facebook bersih-bersih
sejumlah akun bermasalah. Publik menduga sebagian akun itu adalah bot atau
sistem komputer yang diprogram untuk bekerja secara otomatis di media sosial.

Namun, pakar teknologi
informasi (TI) Indonesia menilai bahwa akun manusia lebih dominan jika
dibandingkan dengan bot. Pakar TI Abimanyu Wahyu Hidayat menjelaskan, 80 persen
akun bot seperti yang dilaporkan Oxford Internet Institute belum pasti sesuai
dengan kondisi di lapangan.

’’Sebetulnya, akun-akun itu
tidak murni bot, tetapi ada manusia di belakangnya. Sebab, bot tidak mungkin
menghasilkan broadcast dengan kata-kata yang begitu
komprehensif,’’ jelas Abimanyu kemarin (6/10).

Alih-alih bot yang
memproduksi informasi sendiri, akun-akun pendengung (buzzer) diduga
bekerja dengan sistem ’’if this, then that’’. Yang dimaksud adalah suatu
informasi yang sudah diatur penyebarannya ketika masuk ke salah satu platform
atau yang biasa disebut layanan berbasis media sosial.

Baca Juga :  Prajurit TNI yang Nekat Mudik Bakal Kena Sanksi Disiplin Militer

’’Kalau memasukkan
informasi itu ke Facebook, akan langsung tersebar ke Instagram,
Twitter
, dan sebagainya,’’ ungkapnya.

Media sosial menjadi sasaran
empuk. Sebab, dari situ bisa diketahui data-data pengguna.

Sementara itu, soal
keputusan Facebook bersih-bersih akun, Abimanyu menilainya
sebagai langkah untuk mengantisipasi dampak buruk bagi Facebook sendiri.
Mereka bisa dicap sebagai platform sumber hoaks yang akan menurunkan
kepercayaan pengguna serta para stakeholder.

Selain itu, penyebaran
hoaks oleh pendengung sangat merugikan Facebook dari segi jaringan. ’’Informasi
menumpuk begitu cepat sehingga tidak efektif. Buat Facebook, ini
merugikan karena space-nya terbuang sia-sia.’’(jpg)

 

Fenomena buzzer di
Indonesia belakangan menjadi sorotan. Terutama setelah Facebook bersih-bersih
sejumlah akun bermasalah. Publik menduga sebagian akun itu adalah bot atau
sistem komputer yang diprogram untuk bekerja secara otomatis di media sosial.

Namun, pakar teknologi
informasi (TI) Indonesia menilai bahwa akun manusia lebih dominan jika
dibandingkan dengan bot. Pakar TI Abimanyu Wahyu Hidayat menjelaskan, 80 persen
akun bot seperti yang dilaporkan Oxford Internet Institute belum pasti sesuai
dengan kondisi di lapangan.

’’Sebetulnya, akun-akun itu
tidak murni bot, tetapi ada manusia di belakangnya. Sebab, bot tidak mungkin
menghasilkan broadcast dengan kata-kata yang begitu
komprehensif,’’ jelas Abimanyu kemarin (6/10).

Alih-alih bot yang
memproduksi informasi sendiri, akun-akun pendengung (buzzer) diduga
bekerja dengan sistem ’’if this, then that’’. Yang dimaksud adalah suatu
informasi yang sudah diatur penyebarannya ketika masuk ke salah satu platform
atau yang biasa disebut layanan berbasis media sosial.

Baca Juga :  Prajurit TNI yang Nekat Mudik Bakal Kena Sanksi Disiplin Militer

’’Kalau memasukkan
informasi itu ke Facebook, akan langsung tersebar ke Instagram,
Twitter
, dan sebagainya,’’ ungkapnya.

Media sosial menjadi sasaran
empuk. Sebab, dari situ bisa diketahui data-data pengguna.

Sementara itu, soal
keputusan Facebook bersih-bersih akun, Abimanyu menilainya
sebagai langkah untuk mengantisipasi dampak buruk bagi Facebook sendiri.
Mereka bisa dicap sebagai platform sumber hoaks yang akan menurunkan
kepercayaan pengguna serta para stakeholder.

Selain itu, penyebaran
hoaks oleh pendengung sangat merugikan Facebook dari segi jaringan. ’’Informasi
menumpuk begitu cepat sehingga tidak efektif. Buat Facebook, ini
merugikan karena space-nya terbuang sia-sia.’’(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru