33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Gempa Banten 6,9 SR, Warga Tetap Bertahan di Bukit

Gempa berkekuatan 6,9
skala Richter (SR) mengguncang sebagian Pulau Jawa dan Sumatera tadi malam
(2/8). Gempa berpusat di Samudra Hindia selatan Jawa, sekitar 160 kilometer di
tenggara kota pelabuhan Muara Binuangeun, Pandeglang, Banten.

Getaran gempa terasa
hingga Jakarta, Lampung, dan beberapa daerah di Jawa Tengah. Hingga tadi malam,
data tentang korban dan kerusakan akibat gempa masih diinventarisasi.

Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, gempa terjadi pukul 19.03.21 WIB.
Episentrum berada di laut pada kedalaman 10 km. Gempa tersebut membuat warga
Jabodetabek yang berada di dalam gedung ramai-ramai menyelamatkan diri. RSPAD
Gatot Soebroto dan beberapa rumah sakit lain mengevakuasi pasien serta pegawai
ke luar gedung.

Pusat informasi
peringatan dini tsunami BMKG Indonesian Tsunami Early Warning System (Ina TEWS)
langsung mengeluarkan peringatan dini tsunami untuk beberapa wilayah. Status
ancaman siaga diberlakukan di wilayah Pandeglang bagian selatan, Pandeglang
Pulau Panaitan, serta pesisir barat dan selatan Lampung. Potensi ancaman
gelombang tsunami mencapai 3 meter.

Sementara itu, status
waspada diberlakukan untuk Kabupaten Pandeglang bagian utara dan Kabupaten
Lebak dengan ancaman ketinggian gelombang sekitar 0,5 meter. Wilayah pesisir
barat Bengkulu dan Jabar bagian selatan juga mendapat peringatan dengan level
waspada. BMKG dan BNPB menginstruksi warga untuk menjauhi pantai. Mereka
diimbau menuju tempat yang lebih tinggi.

Sampai pukul 21.30
tadi malam, belum ada laporan datangnya gelombang tsunami. BMKG akhirnya
mencabut peringatan dini sekitar pukul 21.45. ”Lokasi gempa memang berada di
titik megathrust, tapi secara prosesnya bukan gempa megathrust,” jelas Kabid
Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.

Polda Banten melalui
polsek-polsek segera mengoordinasi evakuasi warga yang tinggal di dekat pantai.
Kabidhumas Polda Banten Kombespol Edy Sumardi menyatakan, total 500 personel
dari polsek dan polres jajaran disiagakan. Beberapa di antara mereka berpatroli
di sepanjang garis pantai Pandeglang dan Lebak.

Polantas juga
dikerahkan untuk mengatur lalu lintas di jalur-jalur evakuasi warga. Sebanyak
100 personel khusus diberangkatkan ke Kecamatan Sumur untuk mengantisipasi
tsunami dan membantu warga.

Hingga berita ini
ditulis, BPBD Banten masih menghimpun laporan warga apabila ada kerusakan.
Termasuk kemungkinan adanya korban jiwa dan korban luka. Namun, BPBD setempat
memastikan kondisi tetap aman terkendali. ”Kami berada di Tanjung Lesung dan
kondisi aman terkendali,” terang Yudi, petugas BPBD Banten, ketika dimintai
konfirmasi oleh Jawa Pos.

Baca Juga :  Prabowo Subianto Borong 8 Kapal Perang Italia, Ini Spesifikasinya

Koordinator Keamanan
Kawasan Tanjung Lesung BPBD Banten Dudung Sunarya menegaskan, kondisi pantai
juga landai. Hal tersebut diperkuat dengan penarikan status siaga tsunami tadi
malam. ”Tiga pos kami minta tidak meninggalkan pantai untuk memastikan kondisi
air laut dan keamanan warga,” katanya.

Kondisi bangunan di
Tanjung Lesung, lanjut dia, hanya mengalami keretakan. Sementara itu, di Sumur,
menurut laporan yang diterima BPBD Banten, sebagian besar warga sudah
mengungsi. ”Sembilan puluh persen warga mengungsi,” terang Dudung.

Ketua Badan Penyelamat
Wisata Tirta Banten Ade Erwin yang berada di Pantai Carita menuturkan, sampai
malam tidak ada tanda-tanda kenaikan atau penurunan air laut. ”Saya dan
kawan-kawan tetap mengimbau warga setempat untuk terus siaga. Mengungsi boleh,
tapi jangan panik,” tuturnya.

Gempa membuat warga
Pandeglang ketakutan. Mereka berhamburan keluar rumah menuju tanah lapang.
Warga yang tinggal di sekitar pantai bergegas menuju area yang lebih tinggi.
Sebab, BMKG sempat mengumumkan bahwa gempa tersebut disertai potensi tsunami.
Kendati peringatan dicabut, sebagian warga tetap memilih berada di luar rumah.

Hingga berita ini
ditulis Radar Banten sekitar pukul 22.00 tadi malam (2/8),
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang masih
menghimpun laporan dari sejumlah kecamatan. Untuk sementara, ada 12 rumah
penduduk yang ambruk akibat gempa itu.

Dihubungi melalui
telepon seluler, warga Desa Kalanganyar, Kecamatan Labuan, Iyat Suryatna
mengatakan bahwa sebagian warga bertahan di luar rumah. “Sementara ini warga
berkumpul di Jalan Raya Ahmad Yani, Labuan, lantaran khawatir terjadi gempa
susulan dan tsunami,” ujarnya.

Ketua Ikades Kecamatan
Patia Buang menyatakan baru menerima laporan dari warga dan aparatur desa
lainnya. Ada empat rumah yang ambruk akibat gempa. Jumlah itu, kata dia,
tersebar di sejumlah desa, yakni Surianeun, Rahayu, dan Patia. “Mungkin masih
ada lainnya yang belum terdata. Untuk korban jiwa belum ada informasi,”
ucapnya.

Buang menerangkan,
warga masih panik. Semua berjaga-jaga di depan rumah masing-masing. Bahkan,
satu dua orang dikabarkan mencari tempat pengungsian lantaran khawatir terjadi
tsunami.

Kepala Seksi Pencegahan
dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Pandeglang Yosep Mardini berpesan agar
masyarakat tetap waspada. Sebab, gempa susulan masih bisa terjadi. “Tetapi,
masyarakat juga tetap harus tenang dan menunggu informasi dari BMKG. Jangan
terpancing isu dari sumber yang tidak jelas atau hoaks,” tuturnya. Yosep
mengaku baru mendapatkan informasi tentang 12 rumah penduduk yang ambruk di
beberapa kecamatan, yakni Kecamatan Patia, Banjar, Jiput, dan Mandalawangi.

Baca Juga :  Proses Pemberhentian Tidak Hormat Pinangki

Siti Fauziyah,
mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten yang
sedang mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) di Kampung Cipunaga, Kecamatan Sumur,
juga merasakan gempa yang cukup kencang. “Iya, tadi gempanya terasa banget,”
katanya kepada Radar Banten melalui sambungan telepon kemarin. “Kami langsung
lari ke luar rumah,” lanjutnya sambil terengah-engah.

Di luar rumah ternyata
sudah banyak warga yang berteriak-teriak. Fuzi -sapaan Siti Fauziyah- dan
teman-temannya panik. Mereka berlarian ke atas bukit. “Kami mengungsi ke bukit.
Soalnya, letak posko dari garis pantai cuma 20 meter,” ungkapnya.

Berkali-kali
percakapan Fuzi dengan Radar Banten melalui sambungan telepon terputus. Fuzi
mengatakan, kondisi di sana mati lampu. Beberapa rumah roboh dan rusak berat.
Dia menyatakan tidak sempat mengambil gambar. Sebab, suasana gelap dan tidak
ada sinyal. “Alhamdulillah, kami masih selamat,” katanya dan sambungan telepon
pun terputus.

Sementara itu, Kepala
Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Banten M. Juhriyadi mengaku
belum menerima laporan korban jiwa pascagempa. “BPBD Pandeglang dan Lebak telah
bergerak ke lapangan membantu proses evakuasi. Jadi, belum ada laporan yang
masuk ke provinsi karena masih proses pendataan,” jelasnya.

Juhriyadi menambahkan,
peringatan dini tsunami telah dikeluarkan BMKG sehingga masyarakat harus tetap
siaga. “Secepatnya kami buka posko pengungsian,” tuturnya.

Kepanikan juga terjadi
di Provinsi Lampung. Di Lampung Selatan (Lamsel), ratusan orang yang tinggal di
daerah pesisir berhamburan keluar rumah. Mereka berbondong-bondong menuju
dataran tinggi untuk menghindari tsunami.

Rohim, 42, warga
Rajabasa, Lamsel, mengaku trauma dengan gempa dan tsunami yang terjadi akhir
2018. Karena itu, dia dan keluarganya memilih mengungsi ke dataran tinggi.
“Anak dan istri saya sudah diungsikan ke gunung. Trauma kami. Lebih baik repot
bawa barang daripada tewas diterjang ombak,” ungkap dia kepada Radar
Lampung
.

Ali, 38, warga
Rajabasa, memilih bertahan di rumah. Namun, dia terus memantau kondisi air
laut. “Kalau mau terjadi tsunami, kan air laut surut dulu, baru ombak datang.
Kalau air surut, saya akan lari ke rumah manggil anak sama istri. Mereka
siap-siap nunggu kabar dari saya,” paparnya.(jpg)

 

Gempa berkekuatan 6,9
skala Richter (SR) mengguncang sebagian Pulau Jawa dan Sumatera tadi malam
(2/8). Gempa berpusat di Samudra Hindia selatan Jawa, sekitar 160 kilometer di
tenggara kota pelabuhan Muara Binuangeun, Pandeglang, Banten.

Getaran gempa terasa
hingga Jakarta, Lampung, dan beberapa daerah di Jawa Tengah. Hingga tadi malam,
data tentang korban dan kerusakan akibat gempa masih diinventarisasi.

Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, gempa terjadi pukul 19.03.21 WIB.
Episentrum berada di laut pada kedalaman 10 km. Gempa tersebut membuat warga
Jabodetabek yang berada di dalam gedung ramai-ramai menyelamatkan diri. RSPAD
Gatot Soebroto dan beberapa rumah sakit lain mengevakuasi pasien serta pegawai
ke luar gedung.

Pusat informasi
peringatan dini tsunami BMKG Indonesian Tsunami Early Warning System (Ina TEWS)
langsung mengeluarkan peringatan dini tsunami untuk beberapa wilayah. Status
ancaman siaga diberlakukan di wilayah Pandeglang bagian selatan, Pandeglang
Pulau Panaitan, serta pesisir barat dan selatan Lampung. Potensi ancaman
gelombang tsunami mencapai 3 meter.

Sementara itu, status
waspada diberlakukan untuk Kabupaten Pandeglang bagian utara dan Kabupaten
Lebak dengan ancaman ketinggian gelombang sekitar 0,5 meter. Wilayah pesisir
barat Bengkulu dan Jabar bagian selatan juga mendapat peringatan dengan level
waspada. BMKG dan BNPB menginstruksi warga untuk menjauhi pantai. Mereka
diimbau menuju tempat yang lebih tinggi.

Sampai pukul 21.30
tadi malam, belum ada laporan datangnya gelombang tsunami. BMKG akhirnya
mencabut peringatan dini sekitar pukul 21.45. ”Lokasi gempa memang berada di
titik megathrust, tapi secara prosesnya bukan gempa megathrust,” jelas Kabid
Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.

Polda Banten melalui
polsek-polsek segera mengoordinasi evakuasi warga yang tinggal di dekat pantai.
Kabidhumas Polda Banten Kombespol Edy Sumardi menyatakan, total 500 personel
dari polsek dan polres jajaran disiagakan. Beberapa di antara mereka berpatroli
di sepanjang garis pantai Pandeglang dan Lebak.

Polantas juga
dikerahkan untuk mengatur lalu lintas di jalur-jalur evakuasi warga. Sebanyak
100 personel khusus diberangkatkan ke Kecamatan Sumur untuk mengantisipasi
tsunami dan membantu warga.

Hingga berita ini
ditulis, BPBD Banten masih menghimpun laporan warga apabila ada kerusakan.
Termasuk kemungkinan adanya korban jiwa dan korban luka. Namun, BPBD setempat
memastikan kondisi tetap aman terkendali. ”Kami berada di Tanjung Lesung dan
kondisi aman terkendali,” terang Yudi, petugas BPBD Banten, ketika dimintai
konfirmasi oleh Jawa Pos.

Baca Juga :  Prabowo Subianto Borong 8 Kapal Perang Italia, Ini Spesifikasinya

Koordinator Keamanan
Kawasan Tanjung Lesung BPBD Banten Dudung Sunarya menegaskan, kondisi pantai
juga landai. Hal tersebut diperkuat dengan penarikan status siaga tsunami tadi
malam. ”Tiga pos kami minta tidak meninggalkan pantai untuk memastikan kondisi
air laut dan keamanan warga,” katanya.

Kondisi bangunan di
Tanjung Lesung, lanjut dia, hanya mengalami keretakan. Sementara itu, di Sumur,
menurut laporan yang diterima BPBD Banten, sebagian besar warga sudah
mengungsi. ”Sembilan puluh persen warga mengungsi,” terang Dudung.

Ketua Badan Penyelamat
Wisata Tirta Banten Ade Erwin yang berada di Pantai Carita menuturkan, sampai
malam tidak ada tanda-tanda kenaikan atau penurunan air laut. ”Saya dan
kawan-kawan tetap mengimbau warga setempat untuk terus siaga. Mengungsi boleh,
tapi jangan panik,” tuturnya.

Gempa membuat warga
Pandeglang ketakutan. Mereka berhamburan keluar rumah menuju tanah lapang.
Warga yang tinggal di sekitar pantai bergegas menuju area yang lebih tinggi.
Sebab, BMKG sempat mengumumkan bahwa gempa tersebut disertai potensi tsunami.
Kendati peringatan dicabut, sebagian warga tetap memilih berada di luar rumah.

Hingga berita ini
ditulis Radar Banten sekitar pukul 22.00 tadi malam (2/8),
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang masih
menghimpun laporan dari sejumlah kecamatan. Untuk sementara, ada 12 rumah
penduduk yang ambruk akibat gempa itu.

Dihubungi melalui
telepon seluler, warga Desa Kalanganyar, Kecamatan Labuan, Iyat Suryatna
mengatakan bahwa sebagian warga bertahan di luar rumah. “Sementara ini warga
berkumpul di Jalan Raya Ahmad Yani, Labuan, lantaran khawatir terjadi gempa
susulan dan tsunami,” ujarnya.

Ketua Ikades Kecamatan
Patia Buang menyatakan baru menerima laporan dari warga dan aparatur desa
lainnya. Ada empat rumah yang ambruk akibat gempa. Jumlah itu, kata dia,
tersebar di sejumlah desa, yakni Surianeun, Rahayu, dan Patia. “Mungkin masih
ada lainnya yang belum terdata. Untuk korban jiwa belum ada informasi,”
ucapnya.

Buang menerangkan,
warga masih panik. Semua berjaga-jaga di depan rumah masing-masing. Bahkan,
satu dua orang dikabarkan mencari tempat pengungsian lantaran khawatir terjadi
tsunami.

Kepala Seksi Pencegahan
dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Pandeglang Yosep Mardini berpesan agar
masyarakat tetap waspada. Sebab, gempa susulan masih bisa terjadi. “Tetapi,
masyarakat juga tetap harus tenang dan menunggu informasi dari BMKG. Jangan
terpancing isu dari sumber yang tidak jelas atau hoaks,” tuturnya. Yosep
mengaku baru mendapatkan informasi tentang 12 rumah penduduk yang ambruk di
beberapa kecamatan, yakni Kecamatan Patia, Banjar, Jiput, dan Mandalawangi.

Baca Juga :  Proses Pemberhentian Tidak Hormat Pinangki

Siti Fauziyah,
mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten yang
sedang mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) di Kampung Cipunaga, Kecamatan Sumur,
juga merasakan gempa yang cukup kencang. “Iya, tadi gempanya terasa banget,”
katanya kepada Radar Banten melalui sambungan telepon kemarin. “Kami langsung
lari ke luar rumah,” lanjutnya sambil terengah-engah.

Di luar rumah ternyata
sudah banyak warga yang berteriak-teriak. Fuzi -sapaan Siti Fauziyah- dan
teman-temannya panik. Mereka berlarian ke atas bukit. “Kami mengungsi ke bukit.
Soalnya, letak posko dari garis pantai cuma 20 meter,” ungkapnya.

Berkali-kali
percakapan Fuzi dengan Radar Banten melalui sambungan telepon terputus. Fuzi
mengatakan, kondisi di sana mati lampu. Beberapa rumah roboh dan rusak berat.
Dia menyatakan tidak sempat mengambil gambar. Sebab, suasana gelap dan tidak
ada sinyal. “Alhamdulillah, kami masih selamat,” katanya dan sambungan telepon
pun terputus.

Sementara itu, Kepala
Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Banten M. Juhriyadi mengaku
belum menerima laporan korban jiwa pascagempa. “BPBD Pandeglang dan Lebak telah
bergerak ke lapangan membantu proses evakuasi. Jadi, belum ada laporan yang
masuk ke provinsi karena masih proses pendataan,” jelasnya.

Juhriyadi menambahkan,
peringatan dini tsunami telah dikeluarkan BMKG sehingga masyarakat harus tetap
siaga. “Secepatnya kami buka posko pengungsian,” tuturnya.

Kepanikan juga terjadi
di Provinsi Lampung. Di Lampung Selatan (Lamsel), ratusan orang yang tinggal di
daerah pesisir berhamburan keluar rumah. Mereka berbondong-bondong menuju
dataran tinggi untuk menghindari tsunami.

Rohim, 42, warga
Rajabasa, Lamsel, mengaku trauma dengan gempa dan tsunami yang terjadi akhir
2018. Karena itu, dia dan keluarganya memilih mengungsi ke dataran tinggi.
“Anak dan istri saya sudah diungsikan ke gunung. Trauma kami. Lebih baik repot
bawa barang daripada tewas diterjang ombak,” ungkap dia kepada Radar
Lampung
.

Ali, 38, warga
Rajabasa, memilih bertahan di rumah. Namun, dia terus memantau kondisi air
laut. “Kalau mau terjadi tsunami, kan air laut surut dulu, baru ombak datang.
Kalau air surut, saya akan lari ke rumah manggil anak sama istri. Mereka
siap-siap nunggu kabar dari saya,” paparnya.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru