28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Teror Penusukan Hantui Masyarakat Jepang

TOSHICHIKA Ishii sedang duduk santai di bangku taman dekat Stasiun
Noborito, Rabu pagi (28/5). Dia duduk sambil menikmati suasana musim semi yang
mungkin bakal hilang beberapa hari lagi. Lamunannya seketika berhenti ketika
teriakan dari halte bus di dekatnya terdengar.

“Saya akan membunuhmu!” begitu
teriakan yang didengar Ishii menurut New York Times. Suara yang muncul
selanjutnya membuat bulu kuduknya begidik. Suara itu adalah teriakan ketakutan
bocah-bocah sekolah dasar.

Pukul 07.45 siswa SD Caritas
sedang mengantre untuk masuk ke bus sekolah. Bus keenam dari sekolah baru saja
datang. Sekolah Katolik tersebut menyediakan delapan bus untuk menjemput
pelajar.

Sama seperti pagi biasanya,
beberapa orang tua sibuk menaikkan anaknya dengan dibantu karyawan sekolah ke
bus itu. Mereka tak punya waktu untuk melihat pria paro baya yang baru keluar
dari toko swalayan dan perlahan mendekat.

“Saya baru saja membantu siswa
keenam naik bus. Kemudian, saya mendengar teriakan,” ujar salah seorang
karyawan sekolah menurut Kyodo News.

Baca Juga :  Korona Belum Tuntas, Kini Flu Burung Juga Mewabah di China

Tanpa alasan yang jelas, pria
yang dikabarkan bernama Ryuichi Iwasaki tersebut menyerang siswa Caritas.
Dengan dua pisau yang dipegang, tangan pria berusia 51 tahun itu mengayun
keras. Dia mengincar leher atau kepala siapa pun yang terlihat atau yang berusaha
menghalangi.

Menurut NHK, 19 orang terkena
sabetan dan tusukan Iwasaki. Di antara mereka, siswi Caritas Hanako
Kuribayashi, 11, dan wali murid sekaligus pegawai Kementerian Luar Negeri
Jepang, Satoshi Oyama, 39, dinyatakan meninggal. ”Saat keluar bus, saya melihat
pria dengan jas hitam terkapar di genangan darah,” ujar Kazuhiro Yoshida, salah
seorang sopir bus Caritas.

Tak lama setelah itu, Iwasaki
menusuk leher sendiri. Dia tak selamat meski sempat dibawa ke rumah sakit.
Sementara itu, nasib korban lain yang dilarikan ke St Marianna University
School of Medicine juga belum jelas.

Baca Juga :  Takut Air, 65 Tahun Pria Ini Tak Pernah Mandi

Koji Shimazu, salah seorang
pejabat rumah sakit, menerangkan bahwa seorang perempuan berusia 40 tahun dan
tiga siswi dalam kondisi kritis setelah menjalani operasi. Mereka menderita
luka pisau di kepala atau leher.

”Itu adalah kasus yang
mengerikan. Pemerintah seharusnya menjamin keamanan anak-anak,” ujar Perdana
Menteri Jepang Shinzo Abe kepada Agence France-Presse.

Abe benar-benar kalut. Masalah
tersebut terjadi saat dia harus menjamu Presiden AS Donald Trump. Kemarin
(28/5) mereka masih punya agenda untuk mengunjungi kapal perang Jepang. Trump
juga mengucapkan belasungkawa. ”Doa saya dan seluruh rakyat AS untuk keluarga
korban,” ucap suami Melania itu.

Serangan masal memang jarang
terjadi di Jepang. Jika terjadi, metode yang paling sering ditemui adalah
menabrakkan kendaraan atau menggunakan pisau. Sebab, pembatasan penggunaan
senjata api di Jepang sangat ketat. (bil/c22/dos/JPC/KPC)

TOSHICHIKA Ishii sedang duduk santai di bangku taman dekat Stasiun
Noborito, Rabu pagi (28/5). Dia duduk sambil menikmati suasana musim semi yang
mungkin bakal hilang beberapa hari lagi. Lamunannya seketika berhenti ketika
teriakan dari halte bus di dekatnya terdengar.

“Saya akan membunuhmu!” begitu
teriakan yang didengar Ishii menurut New York Times. Suara yang muncul
selanjutnya membuat bulu kuduknya begidik. Suara itu adalah teriakan ketakutan
bocah-bocah sekolah dasar.

Pukul 07.45 siswa SD Caritas
sedang mengantre untuk masuk ke bus sekolah. Bus keenam dari sekolah baru saja
datang. Sekolah Katolik tersebut menyediakan delapan bus untuk menjemput
pelajar.

Sama seperti pagi biasanya,
beberapa orang tua sibuk menaikkan anaknya dengan dibantu karyawan sekolah ke
bus itu. Mereka tak punya waktu untuk melihat pria paro baya yang baru keluar
dari toko swalayan dan perlahan mendekat.

“Saya baru saja membantu siswa
keenam naik bus. Kemudian, saya mendengar teriakan,” ujar salah seorang
karyawan sekolah menurut Kyodo News.

Baca Juga :  Korona Belum Tuntas, Kini Flu Burung Juga Mewabah di China

Tanpa alasan yang jelas, pria
yang dikabarkan bernama Ryuichi Iwasaki tersebut menyerang siswa Caritas.
Dengan dua pisau yang dipegang, tangan pria berusia 51 tahun itu mengayun
keras. Dia mengincar leher atau kepala siapa pun yang terlihat atau yang berusaha
menghalangi.

Menurut NHK, 19 orang terkena
sabetan dan tusukan Iwasaki. Di antara mereka, siswi Caritas Hanako
Kuribayashi, 11, dan wali murid sekaligus pegawai Kementerian Luar Negeri
Jepang, Satoshi Oyama, 39, dinyatakan meninggal. ”Saat keluar bus, saya melihat
pria dengan jas hitam terkapar di genangan darah,” ujar Kazuhiro Yoshida, salah
seorang sopir bus Caritas.

Tak lama setelah itu, Iwasaki
menusuk leher sendiri. Dia tak selamat meski sempat dibawa ke rumah sakit.
Sementara itu, nasib korban lain yang dilarikan ke St Marianna University
School of Medicine juga belum jelas.

Baca Juga :  Takut Air, 65 Tahun Pria Ini Tak Pernah Mandi

Koji Shimazu, salah seorang
pejabat rumah sakit, menerangkan bahwa seorang perempuan berusia 40 tahun dan
tiga siswi dalam kondisi kritis setelah menjalani operasi. Mereka menderita
luka pisau di kepala atau leher.

”Itu adalah kasus yang
mengerikan. Pemerintah seharusnya menjamin keamanan anak-anak,” ujar Perdana
Menteri Jepang Shinzo Abe kepada Agence France-Presse.

Abe benar-benar kalut. Masalah
tersebut terjadi saat dia harus menjamu Presiden AS Donald Trump. Kemarin
(28/5) mereka masih punya agenda untuk mengunjungi kapal perang Jepang. Trump
juga mengucapkan belasungkawa. ”Doa saya dan seluruh rakyat AS untuk keluarga
korban,” ucap suami Melania itu.

Serangan masal memang jarang
terjadi di Jepang. Jika terjadi, metode yang paling sering ditemui adalah
menabrakkan kendaraan atau menggunakan pisau. Sebab, pembatasan penggunaan
senjata api di Jepang sangat ketat. (bil/c22/dos/JPC/KPC)

Terpopuler

Artikel Terbaru