28.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Time For Change

GURU merupakan sebuah profesi yang sangat unik dibandingkan dengan
profesi yang lain. Mengapa? Karena dalam melaksanakan tugasnya seorang guru
mengerahkan segala potensinya,  lahir dan
batin. Tugas mendidik siswa bukan hanya sebatas transfer ilmu tapi juga
mendampinginya sehingga memiliki kecakapan yang akan ia gunakan saat ia dewasa
nanti, dan itu sudah dirintis sejak di tingkat pendidikan yang paling dasar.

Keunikan yang lain adalah out put kegiatan mendidik berdampak
hingga ia lulus sekolah, dalam skala yang lebih luas tugas guru menyiapkan
generasi bangsa. Begitu pentingnya pendidikan hingga dapat dikatakan bahwa
wajah bangsa merupakan cerminan kualitas pendidikan di sebuah negara.

Oleh karena itu guru harus
melengkapi dirinya dengan berbagai kompetensi yang akan mendukung keberhasilan
dalam tugasnya. Guru sebagai agen of
change
saat ini harus MAU dan MAMPU mengikuti perkembangan zaman.  Terlebih saat ini kita sudah memasuki era
VUCA seperti saat ini guru harus mau bergerak meninggalkan area comfort zone yang melenakan.

Bukan rahasia umum lagi, ternyata
masih dijumpai guru yang merasa cukup dengan ilmu yang didapat saat kuliah
dulu,  ini yang menyebabkan munculnya
rasa tinggi hati dan mindset yang membuat merasa diri paling benar/paling
hebat. Padahal tidak menyadari jika dirinya sudah jauh tertinggal, karena
ilmu  dan teknologi sudah berkembang dengan
pesatnya.

Kita Sudah Berada di Era VUCA

Era VUCA dapat diartikan  sebuah era yang menggambarkan sesuatu yang
penuh dengan ketidakjelasan tidak berarah, situasi yang cenderung berubah-ubah
dengan sangat cepat yang berasal dari sebab akibat yang tidak jelas, yang
situasi ini sangat ironis (https://www.studilmu.com).
Saat ini kita sudah berada di Era VUCA, perubahan  terjadi sangat cepat, dan serba tidak
pasti  guru mau tidak mau harus bisa
menghadapinya, karena guru dituntut untuk mampu mempersiapkan generasi yang
akan datang.

Baca Juga :  Permudah Pelayanan Kepegawaian, BKD Mulai Terapkan Aplikasi Sitaguh

Apa yang Harus Dilakukan Guru

Menurut Marwan Aziz (Founder BP
School of Writing dan Best Practice Indonesia), ada dua hal yang harus
dilakukan guru dalam menghadapi Era VUCA ini, yaitu guru harus mau melakukan
update  dan upgrade pada dirinya. Ya,
sebuah hal yang tidak bisa ditawar lagi oleh guru. Guru harus MEMAKSA dirinya
keluar dari zona nyamannya (Comfort Zone).
Mengapa saya menggunakan kata MEMAKSA bukan DIPAKSA? Karena menurut saya
kemauan untuk keluar dari zona nyaman memerlukan kesadaran dari dalam diri si
guru sendiri, bukan paksaan dari luar.

Kunci yang pertama, guru harus
mau meng-update dirinya, guru harus
mencari tahu informasi, metode pengajaran, ilmu pendidikan, hingga teknologi
apa yang terbaru dalam dunia pendidikan.

Bagaimana caranya? Guru harus
mampu secara mandiri mencari hal tersebut, misal dengan rajin membeli buku-buku
tentang pendidikan keluaran terbaru, bisa juga dengan mencari informasi melalui
dunia maya, yang tentunya saat ini semua guru sudah menguasainya.

Kunci kedua, guru harus mau
meng-upgrade dirinya, dengan meningkatkan kapasitas, kemampuan, pengetahuan,
dan keterampilannya dalam proses belajar mengajar.

Bagaimana caranya? Guru harus
menggerakkan dirinya mengikuti pelatihan, pendidikan, kursus, seminar, atau
workshop yang akan mendukung untuk meningkatkan kompetensinya. Saat ini banyak
sekali kegiatan serupa yang diselenggarakan oleh pemerintah (baca: Dinas
Pendidikan) maupun oleh lembaga swasta yang bergerak di dunia pendidikan, yang
bila diikuti bisa meningkatkan kompetensi guru, asal diikuti dengan
benar-benar. Jangan hanya menjadi ‘Guru Pengumpul Sertifikat’, saat ikut
kegiatan yang diincar bukan ilmunya tapi sertifikat kegiatannya untuk kenaikan
pangkat.

Intinya guru harus belajar,
belajar, dan terus belajar (benar-benar menerapkan Long Live Education). Dan untuk memantapkan kompetensinya,  guru harus selalu melakukan inovasi dan best practice pembelajaran. Jangan hanya
puas dengan metode pembelajaran yang itu-itu saja yang merupakan warisan dari
para pendahulu, yang kadang sudah kurang relevan jika diterapkan saat ini.

Baca Juga :  Rektor UPR Terima Kunjungan Kapolda Kalteng, Bahas Sejumlah Kerjasama

Di Era VUCA ini guru harus
memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dengan perubahan dan mampu mengambil
keputusan secara cepat. Jangan menolak perubahan, karena tidak akan mampu.
Ikuti trend yang sedang  berlaku, tentunya
trend yang positif. Tidak ada alasan lagi bagi guru mengeluh tidak bisa
mendapatkan informasi.

Di sinilah guru harus
memaksimalkan fasilitas berupa kemajuan teknologi. Untuk itu guru harus
memiliki kepribadian dan tujuan yang jelas. Mau jadi guru yang seperti apa?
Apakah guru yang biasa-biasa saja (diam di tempat) ataukah menjadi guru yang
luar biasa.

Time for Change

Comfort Zone memang dirasa sebagian guru sebagai sebuah keadaan
yang nyaman, tapi tidak akan menjadikan pribadi kita berkembang. Jangan puas dengan
kondisi saat ini, kita harus terus berkembang dengan memaksimalkan potensi yang
sudah diberikan Tuhan kepada kita. Menolak untuk berkembang, maka sama halnya
menyia-nyiakan anugerah yang diberikan kepada kita.

Di era VUCA hendaklah guru mampu
menciptakan hubungan yang baik dengan rekan kerja, terus melakukan update dan
upgrade, dan selalu melakukan best practice. Agar guru tetap menjadi yang
terdepan, karena jika hanya berdiam diri, maka kita akan menjadi guru yang
ditinggalkan. Rasanya apa yang disampaikan oleh Albert Einstein memang benar
adanya, “The measure of intelligence is
the ability to change
.”

(Penulis adalah Guru BK di SMAN 2
Katingan Hilir. PD. IGI Kabupaten Katingan)

GURU merupakan sebuah profesi yang sangat unik dibandingkan dengan
profesi yang lain. Mengapa? Karena dalam melaksanakan tugasnya seorang guru
mengerahkan segala potensinya,  lahir dan
batin. Tugas mendidik siswa bukan hanya sebatas transfer ilmu tapi juga
mendampinginya sehingga memiliki kecakapan yang akan ia gunakan saat ia dewasa
nanti, dan itu sudah dirintis sejak di tingkat pendidikan yang paling dasar.

Keunikan yang lain adalah out put kegiatan mendidik berdampak
hingga ia lulus sekolah, dalam skala yang lebih luas tugas guru menyiapkan
generasi bangsa. Begitu pentingnya pendidikan hingga dapat dikatakan bahwa
wajah bangsa merupakan cerminan kualitas pendidikan di sebuah negara.

Oleh karena itu guru harus
melengkapi dirinya dengan berbagai kompetensi yang akan mendukung keberhasilan
dalam tugasnya. Guru sebagai agen of
change
saat ini harus MAU dan MAMPU mengikuti perkembangan zaman.  Terlebih saat ini kita sudah memasuki era
VUCA seperti saat ini guru harus mau bergerak meninggalkan area comfort zone yang melenakan.

Bukan rahasia umum lagi, ternyata
masih dijumpai guru yang merasa cukup dengan ilmu yang didapat saat kuliah
dulu,  ini yang menyebabkan munculnya
rasa tinggi hati dan mindset yang membuat merasa diri paling benar/paling
hebat. Padahal tidak menyadari jika dirinya sudah jauh tertinggal, karena
ilmu  dan teknologi sudah berkembang dengan
pesatnya.

Kita Sudah Berada di Era VUCA

Era VUCA dapat diartikan  sebuah era yang menggambarkan sesuatu yang
penuh dengan ketidakjelasan tidak berarah, situasi yang cenderung berubah-ubah
dengan sangat cepat yang berasal dari sebab akibat yang tidak jelas, yang
situasi ini sangat ironis (https://www.studilmu.com).
Saat ini kita sudah berada di Era VUCA, perubahan  terjadi sangat cepat, dan serba tidak
pasti  guru mau tidak mau harus bisa
menghadapinya, karena guru dituntut untuk mampu mempersiapkan generasi yang
akan datang.

Baca Juga :  Permudah Pelayanan Kepegawaian, BKD Mulai Terapkan Aplikasi Sitaguh

Apa yang Harus Dilakukan Guru

Menurut Marwan Aziz (Founder BP
School of Writing dan Best Practice Indonesia), ada dua hal yang harus
dilakukan guru dalam menghadapi Era VUCA ini, yaitu guru harus mau melakukan
update  dan upgrade pada dirinya. Ya,
sebuah hal yang tidak bisa ditawar lagi oleh guru. Guru harus MEMAKSA dirinya
keluar dari zona nyamannya (Comfort Zone).
Mengapa saya menggunakan kata MEMAKSA bukan DIPAKSA? Karena menurut saya
kemauan untuk keluar dari zona nyaman memerlukan kesadaran dari dalam diri si
guru sendiri, bukan paksaan dari luar.

Kunci yang pertama, guru harus
mau meng-update dirinya, guru harus
mencari tahu informasi, metode pengajaran, ilmu pendidikan, hingga teknologi
apa yang terbaru dalam dunia pendidikan.

Bagaimana caranya? Guru harus
mampu secara mandiri mencari hal tersebut, misal dengan rajin membeli buku-buku
tentang pendidikan keluaran terbaru, bisa juga dengan mencari informasi melalui
dunia maya, yang tentunya saat ini semua guru sudah menguasainya.

Kunci kedua, guru harus mau
meng-upgrade dirinya, dengan meningkatkan kapasitas, kemampuan, pengetahuan,
dan keterampilannya dalam proses belajar mengajar.

Bagaimana caranya? Guru harus
menggerakkan dirinya mengikuti pelatihan, pendidikan, kursus, seminar, atau
workshop yang akan mendukung untuk meningkatkan kompetensinya. Saat ini banyak
sekali kegiatan serupa yang diselenggarakan oleh pemerintah (baca: Dinas
Pendidikan) maupun oleh lembaga swasta yang bergerak di dunia pendidikan, yang
bila diikuti bisa meningkatkan kompetensi guru, asal diikuti dengan
benar-benar. Jangan hanya menjadi ‘Guru Pengumpul Sertifikat’, saat ikut
kegiatan yang diincar bukan ilmunya tapi sertifikat kegiatannya untuk kenaikan
pangkat.

Intinya guru harus belajar,
belajar, dan terus belajar (benar-benar menerapkan Long Live Education). Dan untuk memantapkan kompetensinya,  guru harus selalu melakukan inovasi dan best practice pembelajaran. Jangan hanya
puas dengan metode pembelajaran yang itu-itu saja yang merupakan warisan dari
para pendahulu, yang kadang sudah kurang relevan jika diterapkan saat ini.

Baca Juga :  Rektor UPR Terima Kunjungan Kapolda Kalteng, Bahas Sejumlah Kerjasama

Di Era VUCA ini guru harus
memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dengan perubahan dan mampu mengambil
keputusan secara cepat. Jangan menolak perubahan, karena tidak akan mampu.
Ikuti trend yang sedang  berlaku, tentunya
trend yang positif. Tidak ada alasan lagi bagi guru mengeluh tidak bisa
mendapatkan informasi.

Di sinilah guru harus
memaksimalkan fasilitas berupa kemajuan teknologi. Untuk itu guru harus
memiliki kepribadian dan tujuan yang jelas. Mau jadi guru yang seperti apa?
Apakah guru yang biasa-biasa saja (diam di tempat) ataukah menjadi guru yang
luar biasa.

Time for Change

Comfort Zone memang dirasa sebagian guru sebagai sebuah keadaan
yang nyaman, tapi tidak akan menjadikan pribadi kita berkembang. Jangan puas dengan
kondisi saat ini, kita harus terus berkembang dengan memaksimalkan potensi yang
sudah diberikan Tuhan kepada kita. Menolak untuk berkembang, maka sama halnya
menyia-nyiakan anugerah yang diberikan kepada kita.

Di era VUCA hendaklah guru mampu
menciptakan hubungan yang baik dengan rekan kerja, terus melakukan update dan
upgrade, dan selalu melakukan best practice. Agar guru tetap menjadi yang
terdepan, karena jika hanya berdiam diri, maka kita akan menjadi guru yang
ditinggalkan. Rasanya apa yang disampaikan oleh Albert Einstein memang benar
adanya, “The measure of intelligence is
the ability to change
.”

(Penulis adalah Guru BK di SMAN 2
Katingan Hilir. PD. IGI Kabupaten Katingan)

Terpopuler

Artikel Terbaru