27.3 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Waspada Serangan Hama dan Perubahan Iklim

PALANGKA RAYA – Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Provinsi Kalteng mewaspadai
serangan hama atau penggangu tumbuhan dan perubahan iklim. Untuk itu,
dilaksanakan pertemuan koordinasi teknis Pengendali Organisme Penggangu
Tumbuhan (POPT), Rabu (3/7) yang diikuti
 
68 petugas POPT se-Kalteng.

PLH DTPHP Kalteng, Muhajirin
Akbar menegaskan pertanian merupakan sektor yang paling terdampak terhadap
perubahan iklim dan serangan hama.

“Organisme Penggangu
Tumbuhan dan dampak perubahan iklim merupakan resiko yang harus dihadapi dan
diperhitungkan dalam setiap usaha pembudidayaan tanaman pangan,” katanya
di hadapan seluruh peserta yang berkumpul di Kota Palangka Raya itu.

Menurutnya, pengendalian
yang kurang terhadap OPT dapat berakibat pada penurunan atau pengurangan
produksi dan produktivitas tanaman. Untuk itu, lewat pertemuan para POPT
diharapkan mampu mengamankan pertanaman dari serangan OPT dan dampak perubahan
iklim ( DPI).

Baca Juga :  Kampanyekan Gaya Hidup Sehat

“OPT Dan DPI tidak bisa
dihindari, tapi harus dihadapi dan diperhitungkan dalam setiap usaha
pembudidayaan tanaman pangan,” tukasnya.

Perlindungan tanaman
merupakan suatu cara pendekatan atau cara berfikir mempertimbangkan ekologi dan
ekonomi melalui pengamanan produksi tanaman pangan dan hortikultura yang
berwawasan lingkungan berkelanjutan.

“Untuk itulah
diharapkan petugas OPT dapat bekerja maksimal, untuk mengantisipasi serangan
hama dan DPI. Karena tugas kita sekarang yang paling penting adalah melakukan
pencegahan,” ungkapnya.

Di tempat yang sama, Kepala
Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Baini menambahkan,  jika bicara soal jumlah petugas OPT memang
belum memenuhi kouta yang ada. Karena idealnya dalam satu kecamatan terdapat
satu POPT. Namun masalah tersebut masih bisa diatasi, dengan adanya koordinasi.

Baca Juga :  Lamborghini Tua Terjual dengan Harga Fantastis, Tembus Rp 22,5 Mili

“Kami akui petugas
kurang, tapi bukan menjadi alasan bagi kami untuk tidak maksimal dalam
menjalankan tugas. Karena yang terpenting adalah, bagaimana kami selalu
melakukan koordinasi.  Supaya dalam dalam
serangan OPT ini dapat dikendalikan sejak dini,” jelasnya. (pri/CTK)

PALANGKA RAYA – Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Provinsi Kalteng mewaspadai
serangan hama atau penggangu tumbuhan dan perubahan iklim. Untuk itu,
dilaksanakan pertemuan koordinasi teknis Pengendali Organisme Penggangu
Tumbuhan (POPT), Rabu (3/7) yang diikuti
 
68 petugas POPT se-Kalteng.

PLH DTPHP Kalteng, Muhajirin
Akbar menegaskan pertanian merupakan sektor yang paling terdampak terhadap
perubahan iklim dan serangan hama.

“Organisme Penggangu
Tumbuhan dan dampak perubahan iklim merupakan resiko yang harus dihadapi dan
diperhitungkan dalam setiap usaha pembudidayaan tanaman pangan,” katanya
di hadapan seluruh peserta yang berkumpul di Kota Palangka Raya itu.

Menurutnya, pengendalian
yang kurang terhadap OPT dapat berakibat pada penurunan atau pengurangan
produksi dan produktivitas tanaman. Untuk itu, lewat pertemuan para POPT
diharapkan mampu mengamankan pertanaman dari serangan OPT dan dampak perubahan
iklim ( DPI).

Baca Juga :  Kampanyekan Gaya Hidup Sehat

“OPT Dan DPI tidak bisa
dihindari, tapi harus dihadapi dan diperhitungkan dalam setiap usaha
pembudidayaan tanaman pangan,” tukasnya.

Perlindungan tanaman
merupakan suatu cara pendekatan atau cara berfikir mempertimbangkan ekologi dan
ekonomi melalui pengamanan produksi tanaman pangan dan hortikultura yang
berwawasan lingkungan berkelanjutan.

“Untuk itulah
diharapkan petugas OPT dapat bekerja maksimal, untuk mengantisipasi serangan
hama dan DPI. Karena tugas kita sekarang yang paling penting adalah melakukan
pencegahan,” ungkapnya.

Di tempat yang sama, Kepala
Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Baini menambahkan,  jika bicara soal jumlah petugas OPT memang
belum memenuhi kouta yang ada. Karena idealnya dalam satu kecamatan terdapat
satu POPT. Namun masalah tersebut masih bisa diatasi, dengan adanya koordinasi.

Baca Juga :  Lamborghini Tua Terjual dengan Harga Fantastis, Tembus Rp 22,5 Mili

“Kami akui petugas
kurang, tapi bukan menjadi alasan bagi kami untuk tidak maksimal dalam
menjalankan tugas. Karena yang terpenting adalah, bagaimana kami selalu
melakukan koordinasi.  Supaya dalam dalam
serangan OPT ini dapat dikendalikan sejak dini,” jelasnya. (pri/CTK)

Terpopuler

Artikel Terbaru