33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Rupa Seni Posyandu Jiwa

RUPA-rupa karya yang muncul
dari Posyandu Jiwa Waluyo Jiwo di Desa Bacem, Ponggok, Blitar, hadir dalam
pameran di Kopi Parang, Solo. Pameran yang berlangsung hingga 3 Januari 2020
itu berasal dari 33 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) anggota Posyandu Jiwa
Waluyo Jiwo. Selain karya, pameran bertajuk Kreativitas Tanpa
Batas ini juga menyajikan dokumentasi di sekitar aktivitas seni di sekitar
para disabilitas psikosial di desa Bacem tersebut.

Rupa karya seni ODGJ Posyandu
Jiwa Waluyo Jiwo dalam Kreativitas Tanpa Batas diciptakan pada kurun
2018-2019. ‘’Seni bagi teman-teman Posyandu Jiwa menjadi terapi yang
bermanfaat,” kata Khomsin, alumni Institut Seni Indonesia yang mendampingi
aktivitas seni para anggota Posyandu Jiwa Waluyo Jiwo.

Khomsin menyebut, 33 ODGJ yang
menekuni seni di Posyandu Jiwa ini semuanya berasal dari desa yang sama. “Mungkin
Bacem adalah desa di Indonesia dengan penduduk ODGJ terbanyak,” katanya.

Baca Juga :  Ibu Pekerja Menyusui Lebih Rajin dan Produktif

Dalam catatan Khosmin, ODGJ di
Bacem berusia antara 15 hingga 62 tahun. Tidak diketahui dengan pasti mengapa
desa di Kabupaten Blitar tersebut memiliki banyak penduduk yang mengalami
gangguan jiwa. Beberapa dari mereka ada yang pernah dipasung. Khomsin menyebut
situasi itu memantik warga setempat menjadikan persoalan gangguan jiwa menjadi
masalah bersama. Khomsin menambahkan, awalnya Posyandu Jiwa digagas warga untuk
memberikan layanan kesehatan bagi penduduk yang mengalami persoalan kejiwaan.

Posyandu Jiwa tersebut digagas
oleh Slamet Winarko yang juga menjabat Kepala Desa Bacem. “Pak Slamet awalnya
fokus dengan program pengobatan medis bagi penduduk yang mengalami gangguan
jiwa. Seni baru belakangan menjadi bagian dari Posyandu Jiwa ini,” kata
Khomsin. Secara klinis Khomsin tidak dapat memastikan seberapa jauh seni
berpengaruh pada kesehatan jiwa anggota Waluyo Jiwo. Namun, dalam amatan
Khomsin, para disabilitas psikososial di Bacem tampak menikmati aktivitas seni
di Posyandu Jiwa tersebut. Kini tak sedikit warga yang aktif datang sendiri ke
Balai Desa Bacem untuk menggambar padahal di masa sebelumnya harus
diantar-jemput. Banyak pula yang kemudian terus menggambar di rumah
masing-masing sejak menemukan keasyikan menuangkan ekspresinya bersama Khomsin
di Posyandu Jiwa.

Baca Juga :  3 Syarat Mutlak Supaya Rasa Kopi Jadi Lebih Enak

Pada Kreativitas Tanpa
Batas ada 40 karya di atas kertas dari anggota Posyandu Jiwa Waluyo Jiwo.
Ada pula 11 poster berisi kampanye kesehatan jiwa, dan 20 foto dokumentasi
aktivitas seni para anggotanya. Beberapa karya Waluyo Jiwo dialihwahanakan ke
barang-barang fungsional seperti kaos juga tas bahu sebagai suvenir yang dapat
dibeli. Hasil penjualan barang-barang itu dikelola untuk mendukung aktivitas
Posyandu Waluyo Jiwo. (jpc)

RUPA-rupa karya yang muncul
dari Posyandu Jiwa Waluyo Jiwo di Desa Bacem, Ponggok, Blitar, hadir dalam
pameran di Kopi Parang, Solo. Pameran yang berlangsung hingga 3 Januari 2020
itu berasal dari 33 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) anggota Posyandu Jiwa
Waluyo Jiwo. Selain karya, pameran bertajuk Kreativitas Tanpa
Batas ini juga menyajikan dokumentasi di sekitar aktivitas seni di sekitar
para disabilitas psikosial di desa Bacem tersebut.

Rupa karya seni ODGJ Posyandu
Jiwa Waluyo Jiwo dalam Kreativitas Tanpa Batas diciptakan pada kurun
2018-2019. ‘’Seni bagi teman-teman Posyandu Jiwa menjadi terapi yang
bermanfaat,” kata Khomsin, alumni Institut Seni Indonesia yang mendampingi
aktivitas seni para anggota Posyandu Jiwa Waluyo Jiwo.

Khomsin menyebut, 33 ODGJ yang
menekuni seni di Posyandu Jiwa ini semuanya berasal dari desa yang sama. “Mungkin
Bacem adalah desa di Indonesia dengan penduduk ODGJ terbanyak,” katanya.

Baca Juga :  Ibu Pekerja Menyusui Lebih Rajin dan Produktif

Dalam catatan Khosmin, ODGJ di
Bacem berusia antara 15 hingga 62 tahun. Tidak diketahui dengan pasti mengapa
desa di Kabupaten Blitar tersebut memiliki banyak penduduk yang mengalami
gangguan jiwa. Beberapa dari mereka ada yang pernah dipasung. Khomsin menyebut
situasi itu memantik warga setempat menjadikan persoalan gangguan jiwa menjadi
masalah bersama. Khomsin menambahkan, awalnya Posyandu Jiwa digagas warga untuk
memberikan layanan kesehatan bagi penduduk yang mengalami persoalan kejiwaan.

Posyandu Jiwa tersebut digagas
oleh Slamet Winarko yang juga menjabat Kepala Desa Bacem. “Pak Slamet awalnya
fokus dengan program pengobatan medis bagi penduduk yang mengalami gangguan
jiwa. Seni baru belakangan menjadi bagian dari Posyandu Jiwa ini,” kata
Khomsin. Secara klinis Khomsin tidak dapat memastikan seberapa jauh seni
berpengaruh pada kesehatan jiwa anggota Waluyo Jiwo. Namun, dalam amatan
Khomsin, para disabilitas psikososial di Bacem tampak menikmati aktivitas seni
di Posyandu Jiwa tersebut. Kini tak sedikit warga yang aktif datang sendiri ke
Balai Desa Bacem untuk menggambar padahal di masa sebelumnya harus
diantar-jemput. Banyak pula yang kemudian terus menggambar di rumah
masing-masing sejak menemukan keasyikan menuangkan ekspresinya bersama Khomsin
di Posyandu Jiwa.

Baca Juga :  3 Syarat Mutlak Supaya Rasa Kopi Jadi Lebih Enak

Pada Kreativitas Tanpa
Batas ada 40 karya di atas kertas dari anggota Posyandu Jiwa Waluyo Jiwo.
Ada pula 11 poster berisi kampanye kesehatan jiwa, dan 20 foto dokumentasi
aktivitas seni para anggotanya. Beberapa karya Waluyo Jiwo dialihwahanakan ke
barang-barang fungsional seperti kaos juga tas bahu sebagai suvenir yang dapat
dibeli. Hasil penjualan barang-barang itu dikelola untuk mendukung aktivitas
Posyandu Waluyo Jiwo. (jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru