28.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Air Menipis, PDAM Buat Tanggul Darurat

TAMIANG LAYANG – Akibat
air baku PDAM di Embung Sirau di Kabupaten Barito Timur yang semakin menipis,
tanggul darurat pun dibuat. Susunan karung berisi pasir itu disusun untuk
meningkatkan debit air agar pelayanan terhadap distribusi kebutuhan primer
rumah tangga, khususnya wilayah Tamiang Layang sekitarnya bisa terpenuhi. Pada
Selasa (29/10), PDAM pun membuat tanggul darurat.

Pj Direktur PDAM Tamiang
Layang Hendroyono mengatakan, tanggul dibuat secara swadaya bersama PUPR untuk
mengendalikan air. Fungsinya menahan permukaan air supaya tidak ke hilir. “Karena
debit air diketahui sampai sekarang belum bertambah alias kurang,” ungkap
Hendroyono, kemarin.

Dijelaskannya,
sebenarnya kondisi embung tidak memungkinkan untuk menampung air sesuai
standar. Seyogyanya, embung perlu perbaikan. Menurut dia, perbaikan embung
sudah diusulkan selama empat kali, dengan bersurat ke provinsi, tapi belum
terealisasi.

Baca Juga :  Kapuas Terima 260 Sekat Kanal

Pemerintah daerah hanya
bisa pasrah, karena tanggung jawab tersebut berada pada Balai Prasarana
Pemukiman Wilayah Kalimantan II di Kalteng. 
“Karena tercatat di balai, maka APBD tidak diperkenankan untuk
menangani,” sebut Hendroyono.

PDAM membutuhkan dua
pompa intake dengan biaya operasional mencapai Rp 35 juta jika air baku
masih tidak normal. Jika terus dibiarkan mengakibatkan pembengkakan keuangan.

“Minimal PDAM memerlukan 100 liter per detik
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga atau pelanggan, tetapi saat ini bisa
dilihat kebutuhan air baku itu tidak bisa didapat,” tegasnya. (log/ens)

TAMIANG LAYANG – Akibat
air baku PDAM di Embung Sirau di Kabupaten Barito Timur yang semakin menipis,
tanggul darurat pun dibuat. Susunan karung berisi pasir itu disusun untuk
meningkatkan debit air agar pelayanan terhadap distribusi kebutuhan primer
rumah tangga, khususnya wilayah Tamiang Layang sekitarnya bisa terpenuhi. Pada
Selasa (29/10), PDAM pun membuat tanggul darurat.

Pj Direktur PDAM Tamiang
Layang Hendroyono mengatakan, tanggul dibuat secara swadaya bersama PUPR untuk
mengendalikan air. Fungsinya menahan permukaan air supaya tidak ke hilir. “Karena
debit air diketahui sampai sekarang belum bertambah alias kurang,” ungkap
Hendroyono, kemarin.

Dijelaskannya,
sebenarnya kondisi embung tidak memungkinkan untuk menampung air sesuai
standar. Seyogyanya, embung perlu perbaikan. Menurut dia, perbaikan embung
sudah diusulkan selama empat kali, dengan bersurat ke provinsi, tapi belum
terealisasi.

Baca Juga :  Kapuas Terima 260 Sekat Kanal

Pemerintah daerah hanya
bisa pasrah, karena tanggung jawab tersebut berada pada Balai Prasarana
Pemukiman Wilayah Kalimantan II di Kalteng. 
“Karena tercatat di balai, maka APBD tidak diperkenankan untuk
menangani,” sebut Hendroyono.

PDAM membutuhkan dua
pompa intake dengan biaya operasional mencapai Rp 35 juta jika air baku
masih tidak normal. Jika terus dibiarkan mengakibatkan pembengkakan keuangan.

“Minimal PDAM memerlukan 100 liter per detik
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga atau pelanggan, tetapi saat ini bisa
dilihat kebutuhan air baku itu tidak bisa didapat,” tegasnya. (log/ens)

Terpopuler

Artikel Terbaru