PALANGKA RAYA–Oase
Immanuelo mewakili Kalteng mengikuti Asia Youth International Model United
Nations (AYIMUN), yang diselenggarakan International Global Network (IGN).
Kegiatan simulasi PBB sejak 15-18 Februari 2020 ini, mengakomodasi para pemuda
untuk meningkatkan kemampuan diplomasi mereka.
Para delegasi diarahkan
untuk berbicara mewakili negaranya dalam mengatasi berbagai permasalahan yang
bersifat global, di berbagai UN councils atau Dewan PBB, seperti UNICEF, WHO,
FAO, UNHCR, UNHRC dan SOCHUM.
Siswa kelas XII SMAN 2
Kuala Kapuas ini menceritakan, saat pendaftaran Oktober 2019 melalui online, ia
mengisi berbagai pertanyaan dan diminta memilih council serta negara yang ingin
direprensentasikan.
“Saat itu yang ingin
saya representasikan, UNICEF dari Brazil, WHO dari Arab dan FAO dari Argentina.
Dari ketiga itu saya dapat council Food and Agriculture Organization (FAO) dan
merepresentasikan negara Argentina sebagai negara fokusnya, karena dua lainnya
penuh,â€katanya.
Dua minggu kemudian, ia
mendapatkan informasi diterima menjadi delegasi Indonesia. Bahkan, satu-satunya
peserta dari Kalteng. Meski menggunakan dana sendiri, orang tua Oase tetap
mendukung, begitu pula sekolah mengizinkan ia mengikuti kegiatan yang diikuti
sekitar 700 peserta dari berbagai negara itu.
“Saya bersyukur untuk
kesempatan langka ini. Saya percaya ajang ini sangat penting meningkatkan
kualitas pelajar dan pendidikan di Kapuas secara khusus dan Kalteng secara
umum. Saya juga berterima kasih kepada bapak Bupati Kapuas Ben Brahim dan bapak
Kepala SMAN 2 Kuala Kapuas Asen. Semoga di kesempatan berikutnya semakin banyak
pelajar dan mahasiswa dari Kalteng ambil bagian dalam even ini,†ungkap Oase.
Pada hari kedua, Oase
sebagai council FAO meeting session tentang resolusi menyelesaikan masalah dan
mempresentasikan hal yang sudah FAO lakukan. Dengan topik perang melawan
kelaparan di Argentina beberapa tahun lalu.
“Saya juga sempat
mengajukan beberapa mosi melalui position paper, dan ternyata resolusi kami
saat itu sepenuhnya benar. Saya harap resolusi ini bisa menjadi masukan bagi
FAO untuk mengubah keadaan negara yang mengalami masalah serupa,â€ungkap Oase.
Menurut anak pertama
dari tiga bersaudara ini, selama di sana ia juga mendapatkan pengetahuan,
seperti harus menjelaskan segala sesuatu dengan terstruktur, mendiskusikan
persoalan yang dihadapi dan melihat kejadian yang terjadi untuk memperbaiki dan
menciptakan masa depan yang baik.
Sementara itu, Theodorae Yosephin Sunnya, ibu
dari Oase mengatakan, ia sangat mendukung anaknya mengikuti kegiatan tersebut,
karena bisa menggali potensi anak. “Ini bisa membuka wawasannya karena bisa
melihat dunia luar. Jadi tidak hanya cukup di sini saja,â€ucap istri dari Yulius
Saden ini.