30.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Korban Banjir Mulai Terserang Penyakit

NANGA BULIK – Banjir yang terjadi tahun ini di Kabupaten Lamandau
cukup menguras pikiran dan tenaga petugas maupun warga setempat. Karena
dampaknya cukup luas. BPBD Lamandau melaporkan banjir hingga menggenangi 16
desa hingga Kota Nanga Bulik dengan ratusan rumah terdampak banjir. Bahkan
sampai memutus jalur jalan darat Lintas Kalimantan selama kurang lebih 5 hari.
Sementara banyak warga yang mengalami gangguan kesehatan seperti hipertensi.

Dinas Kesehatan Lamandau
melaporkan, warga yang menjadi korban banjir mulai mengalami gejala sakit.
Menindaklanjuti hal tersebut, Dinas Kesehatan Lamandau bersama puskesmas, Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) dan PMI Lamandau menggelar bakti sosial di sejumlah desa
terdampak banjir. Hal itu dilakukan guna menangani warga pasca banjir.

Baca Juga :  Cegah Gangguan Kamtibmas Saat Natal dan Tahun Baru

Kepala Dinas Kesehatan Lamandau Friaraiyatini
mengatakan, sasaran bakti social itu yakni Kelurahan Tapin Bini di Kecamatan Lamandau,
Desa Bukit Jaya di Kecamatan Bulik Timur, Desa Bayat di Kecamatan Belantikan Raya
dan Kecamatan Bulik. “Pada baksos kali ini kami libatkan 5 puskesmas
setempat,” ujar Friaraiyatini, Rabu (8/5).

Menurut Friaraiyanti, dalam
kegiatan itu, pihaknya memeriksa kesehatan masyarakat, memberikan pengobatan
gratis, bagi sembako dan air mineral serta pemberian makanan tambahan bagi
balita.

Dari pemeriksaan kesdehatan itu,
ditemukan adanya pergeseran jenis penyakit yang diderita masyarakat. Jika
biasanya penyakit pasca banjir yang perlu diwaspadai adalah penyakit kulit
serta diare, namun Dinkes Lamandau malah menemukan warga dengan hipertensi
(darah tinggi atau tekanan darah melebihi ukuran normal yakni 120/80 mmHG).

Baca Juga :  Tingkatkan Nilai SAKIP yang Masih Predikat CC

“Hasil pemeriksaan
kesehatan, yang mengalami penyakit kulit dan diare hampir tidak ada. Yang
banyak justru hipertensi,” ungkapnya.

Menurut kadinkes, penyebab penyakit
yang dialami warga adalah stres tingkat tinggi yang dialami warga karena takut
banjir semakin tinggi. Faktor lainnya yakni kecapean saat menghadapi banjir.
“Karena harus angkat-angkat barang dan kurang tidur. Sementara anak-anak
rata-rata menderita  batuk, pilek dan
ispa,” jelasnya. (*cho/ens/ctk/nto)

NANGA BULIK – Banjir yang terjadi tahun ini di Kabupaten Lamandau
cukup menguras pikiran dan tenaga petugas maupun warga setempat. Karena
dampaknya cukup luas. BPBD Lamandau melaporkan banjir hingga menggenangi 16
desa hingga Kota Nanga Bulik dengan ratusan rumah terdampak banjir. Bahkan
sampai memutus jalur jalan darat Lintas Kalimantan selama kurang lebih 5 hari.
Sementara banyak warga yang mengalami gangguan kesehatan seperti hipertensi.

Dinas Kesehatan Lamandau
melaporkan, warga yang menjadi korban banjir mulai mengalami gejala sakit.
Menindaklanjuti hal tersebut, Dinas Kesehatan Lamandau bersama puskesmas, Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) dan PMI Lamandau menggelar bakti sosial di sejumlah desa
terdampak banjir. Hal itu dilakukan guna menangani warga pasca banjir.

Baca Juga :  Cegah Gangguan Kamtibmas Saat Natal dan Tahun Baru

Kepala Dinas Kesehatan Lamandau Friaraiyatini
mengatakan, sasaran bakti social itu yakni Kelurahan Tapin Bini di Kecamatan Lamandau,
Desa Bukit Jaya di Kecamatan Bulik Timur, Desa Bayat di Kecamatan Belantikan Raya
dan Kecamatan Bulik. “Pada baksos kali ini kami libatkan 5 puskesmas
setempat,” ujar Friaraiyatini, Rabu (8/5).

Menurut Friaraiyanti, dalam
kegiatan itu, pihaknya memeriksa kesehatan masyarakat, memberikan pengobatan
gratis, bagi sembako dan air mineral serta pemberian makanan tambahan bagi
balita.

Dari pemeriksaan kesdehatan itu,
ditemukan adanya pergeseran jenis penyakit yang diderita masyarakat. Jika
biasanya penyakit pasca banjir yang perlu diwaspadai adalah penyakit kulit
serta diare, namun Dinkes Lamandau malah menemukan warga dengan hipertensi
(darah tinggi atau tekanan darah melebihi ukuran normal yakni 120/80 mmHG).

Baca Juga :  Tingkatkan Nilai SAKIP yang Masih Predikat CC

“Hasil pemeriksaan
kesehatan, yang mengalami penyakit kulit dan diare hampir tidak ada. Yang
banyak justru hipertensi,” ungkapnya.

Menurut kadinkes, penyebab penyakit
yang dialami warga adalah stres tingkat tinggi yang dialami warga karena takut
banjir semakin tinggi. Faktor lainnya yakni kecapean saat menghadapi banjir.
“Karena harus angkat-angkat barang dan kurang tidur. Sementara anak-anak
rata-rata menderita  batuk, pilek dan
ispa,” jelasnya. (*cho/ens/ctk/nto)

Terpopuler

Artikel Terbaru