33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Aksi Terorisme, Lakpesdam NU Kalteng Minta Aparat Lebih Cermat

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Aksi teror yang mengguncang
Indonesia, menjadi perhatian berbagai pihak. Dalam waktu hanya beberapa hari,
aksi teror terjadi di dua lokasi, yakni di Gereja Katedral Makasar dan juga penyerangan
di Mabes Polri.

Menurut Ketua Lembaga Kajian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kalteng, Dr.
(Cand) M. Roziqin, seharusnya pihak terkait melihat secara lebih kritis sebab
musabab orang atau kelompok orang bisa merelakan dirinya melakukan tindakan
nekad, sehingga tega melukai diri sendiri dan mencederai banyak orang.

“Tidak hanya mengecam, tetapi
kami juga mengingatkan agar lembaga terkait lebih cermat berbuat dan melihat
aspek “kenapa” mereka bisa melakukan tindakan brutal itu. Kita ingin, ke depan setidaknya
tidak banyak lagi orang nekad berbuat teror. Ini yang saya kira lebih
subtansial,” kata Roziqin, Kamis (1/4).

Menurutnya, alat negara sangat
berkapasitas untuk mereduksi atau mengikis gerakan ekstrimis ini. Misalnya
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di tingkat pusat dan Forum
Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di tingkat provinsi, Badan Intelijen
Nasional Daerah (Binda), serta lembaga lainnya dibutuhkan sinergitas ini.

Baca Juga :  Bupati Berharap agar Media Menyampaikan Berita ke Masyarakat yang Edu

Sebab, radikalisme dan
ekstremisme yang berujung terjadinya aksi terorisme ini masih ada di tengah
masyarakat Indonesia. Buktinya, meskipun sudah lama tidak terdengar aksi bom
bunuh diri di lokasi tempat ibadah, namun kini terjadi lagi.

“Artinya sel-sel mereka tidak
mati, hanya tidur saja yang sewaktu-waktu bisa bangkit lagi. Oleh sebab itu
alat negara harus diingatkan bahwa tidak cukup dengan komitmen, tetapi harus
dioptimalkan lagi. BNPT yang juga diperkuat FKPT ada di semua provinsi, harus
berbuat ekstra agar bibit-bibit terorisme semakin tereduksi signifikan,” ujarnya.

Dia pun mengecam dan mengutuk
keras aksi teror bom tersebut, karena dinilai perbuatan itu merupakan teror
kepada negara dan juga sesama umat manusia. Hal tersebut mengoyak ketenteraman
dan kehidupan beragama dan bernegara yang sudah terjalin. Roziqin juga
mengingatkan peristiwa sebelumnya yakni di Poso, ada rentetan kontak tembak
yang menewaskan satu anggota Polri oleh kelompok MIT.

“Artinya juga ada semacam
gerakan teror dan perlawanan kepada negara, baik kelompok melalui perlawanan
senjata maupun parsial dengan aksi bunuh diri. Selain teror kepada negara juga
teror kepada sesama manusia dan tindakan itu mengusik kemanusiaan, ketenteraman
bernegara serta keharmonisan antar umat beragama. Selama ini pihak terkait
sudah berupaya membangun sinergitas agar kerukunan hidup berbangsa, namun
seakan diuji kembali,” tambahnya.

Baca Juga :  Pemkab Pesan Lagi 400 Rapid Test, Untuk Deteksi Dini Covid-19 di Sukam

Dia mengaku, menyesalkan lagi
jika perbuatan oleh pelaku ataupun kelompok radikalis di belakangnya, apabila
hal itu kemudian diklaim mengatasnamakan agama. Sebab menghilangkan nilai kemanusiaan
justru meninggalkan spirit beragama itu sendiri.

“Islam sangat menghargai
perdamaian dan menjunjung tinggi kemanusian. Menumpahkan darah satu manusia
tanpa sebab haq, sama artinya membunuh umat manusia,” tegasnya.

Selanjutnya, kandidat doktor
Universitas Palangka Raya ini berharap di semua wilayah berkaca dari munculnya
peristiwa ini, termasuk di Kalteng. Daerahnya yang nyaman dan tenang, bukan berarti
tidak memiliki potensi.

“Tetap harus antisipatif. Alat
negara harus berkomitmen kuat dan berbuat utk mengikis radikalis dan ekstrimis
supaya tidak berujung tindak teroris. Paling penting saya kira penguatan
pemahaman, sebab adanya tindakan adalah dimulai dari pikiran,” pungkasnya.

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Aksi teror yang mengguncang
Indonesia, menjadi perhatian berbagai pihak. Dalam waktu hanya beberapa hari,
aksi teror terjadi di dua lokasi, yakni di Gereja Katedral Makasar dan juga penyerangan
di Mabes Polri.

Menurut Ketua Lembaga Kajian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kalteng, Dr.
(Cand) M. Roziqin, seharusnya pihak terkait melihat secara lebih kritis sebab
musabab orang atau kelompok orang bisa merelakan dirinya melakukan tindakan
nekad, sehingga tega melukai diri sendiri dan mencederai banyak orang.

“Tidak hanya mengecam, tetapi
kami juga mengingatkan agar lembaga terkait lebih cermat berbuat dan melihat
aspek “kenapa” mereka bisa melakukan tindakan brutal itu. Kita ingin, ke depan setidaknya
tidak banyak lagi orang nekad berbuat teror. Ini yang saya kira lebih
subtansial,” kata Roziqin, Kamis (1/4).

Menurutnya, alat negara sangat
berkapasitas untuk mereduksi atau mengikis gerakan ekstrimis ini. Misalnya
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di tingkat pusat dan Forum
Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di tingkat provinsi, Badan Intelijen
Nasional Daerah (Binda), serta lembaga lainnya dibutuhkan sinergitas ini.

Baca Juga :  Bupati Berharap agar Media Menyampaikan Berita ke Masyarakat yang Edu

Sebab, radikalisme dan
ekstremisme yang berujung terjadinya aksi terorisme ini masih ada di tengah
masyarakat Indonesia. Buktinya, meskipun sudah lama tidak terdengar aksi bom
bunuh diri di lokasi tempat ibadah, namun kini terjadi lagi.

“Artinya sel-sel mereka tidak
mati, hanya tidur saja yang sewaktu-waktu bisa bangkit lagi. Oleh sebab itu
alat negara harus diingatkan bahwa tidak cukup dengan komitmen, tetapi harus
dioptimalkan lagi. BNPT yang juga diperkuat FKPT ada di semua provinsi, harus
berbuat ekstra agar bibit-bibit terorisme semakin tereduksi signifikan,” ujarnya.

Dia pun mengecam dan mengutuk
keras aksi teror bom tersebut, karena dinilai perbuatan itu merupakan teror
kepada negara dan juga sesama umat manusia. Hal tersebut mengoyak ketenteraman
dan kehidupan beragama dan bernegara yang sudah terjalin. Roziqin juga
mengingatkan peristiwa sebelumnya yakni di Poso, ada rentetan kontak tembak
yang menewaskan satu anggota Polri oleh kelompok MIT.

“Artinya juga ada semacam
gerakan teror dan perlawanan kepada negara, baik kelompok melalui perlawanan
senjata maupun parsial dengan aksi bunuh diri. Selain teror kepada negara juga
teror kepada sesama manusia dan tindakan itu mengusik kemanusiaan, ketenteraman
bernegara serta keharmonisan antar umat beragama. Selama ini pihak terkait
sudah berupaya membangun sinergitas agar kerukunan hidup berbangsa, namun
seakan diuji kembali,” tambahnya.

Baca Juga :  Pemkab Pesan Lagi 400 Rapid Test, Untuk Deteksi Dini Covid-19 di Sukam

Dia mengaku, menyesalkan lagi
jika perbuatan oleh pelaku ataupun kelompok radikalis di belakangnya, apabila
hal itu kemudian diklaim mengatasnamakan agama. Sebab menghilangkan nilai kemanusiaan
justru meninggalkan spirit beragama itu sendiri.

“Islam sangat menghargai
perdamaian dan menjunjung tinggi kemanusian. Menumpahkan darah satu manusia
tanpa sebab haq, sama artinya membunuh umat manusia,” tegasnya.

Selanjutnya, kandidat doktor
Universitas Palangka Raya ini berharap di semua wilayah berkaca dari munculnya
peristiwa ini, termasuk di Kalteng. Daerahnya yang nyaman dan tenang, bukan berarti
tidak memiliki potensi.

“Tetap harus antisipatif. Alat
negara harus berkomitmen kuat dan berbuat utk mengikis radikalis dan ekstrimis
supaya tidak berujung tindak teroris. Paling penting saya kira penguatan
pemahaman, sebab adanya tindakan adalah dimulai dari pikiran,” pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru