33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Dampak Vaksinasi Covid-19 Ketiga di Amerika Serikat

SEPERTI yang telah diperkirakan sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat (AS) akhirnya mengumumkan akan memberikan vaksinasi ketiga bagi seluruh rakyatnya. Vaksinasi akan dimulai September 2021 dengan prioritas pada tenaga kesehatan (nakes), para lansia, dan orang dengan komorbid. Jarak vaksinasi ketiga dari vaksinasi kedua sedikitnya delapan bulan. AS mulai memberikan vaksin Covid-19 pada November 2020. Sebagaimana dalam aspek lain juga, keputusan AS tersebut akan berdampak signifikan bagi dunia.

Saat ini AS menggunakan hanya tiga vaksin, yaitu dua vaksin mRNA (Pfizer dan Moderna) dan satu vaksin berbasis vektor virus dari J&J. Vaksin mRNA dinilai banyak orang sebagai vaksin terbaik yang kita miliki, sekalipun pemberian vaksin ini dibarengi dengan efek simpang yang dirasakan cukup banyak orang. Walaupun demikian, hampir semua efek simpang itu ringan atau maksimal sedang.

Vaksin mRNA diberikan dua kali, sedangkan J&J hanya sekali. Vaksin ulangan bagi penerima J&J belum diputuskan dan akan menunggu hasil evaluasi dalam satu dua minggu ke depan. Jika pengguna vaksin kualitas baik saja memutuskan melakukan ulangan, bisa dibayangkan jejak ini akan sangat banyak diikuti negara lain.

Cakupan dosis pertama dan kedua di AS telah mencapai sedikit di atas 50 persen. Di dunia, angka di atas 70 atau bahkan 80 persen telah dicapai oleh beberapa negara yang mayoritas adalah negara kecil berpenduduk sedikit. Seperti Malta, Islandia, Qatar, dan Singapura. Negara raksasa umumnya belum mencapai taraf yang memuaskan. Indonesia baru berada di kisaran 20 persen, India sekitar 30 persen, dan Nigeria bahkan belum 2 persen. Tiongkok sebenarnya telah mendistribusikan lebih dari 1 miliar dosis vaksin. Namun, pencatatan negeri ini di dunia internasional agak tidak jelas.

Dengan angka yang telah dicapai ini, AS akan memasuki periode tersulit dalam pencapaian cakupan imunisasi. Kelompok paling belakang yang menjadi sasaran adalah para penentang vaksinasi garis keras serta mereka yang tidak bisa divaksin karena berbagai alasan. AS adalah salah satu markas besar para antivaksin dunia. Bisa dibayangkan akan sangat sulit bagi pemerintah AS menggenapi cakupan sampai tingkat seperti Singapura misalnya.

Baca Juga :  Pendekatan Vaksin Sinovac pada Masyarakat Palangka Raya

Bagi negara dengan pencapaian yang rendah, keputusan AS akan membuat situasi lebih kompleks. Di saat cakupan jauh dari menggembirakan, orang yang telah menerima dua kali injeksi akan menuntut adanya vaksin ketiga bagi mereka. Apa yang terjadi di AS sangat sering ditiru oleh orang di seluruh dunia, sekalipun belum tentu baik. Desakan yang kadang diikuti berbagai upaya, baik lurus maupun tidak lurus, akan menghambat rencana besar pemerintah negara di dunia. Herd immunity akan semakin sulit dicapai di negara-negara tersebut.

Keputusan AS juga akan memengaruhi distribusi vaksin, terutama mRNA. Pada saat ini produksi utama dua vaksin tersebut dilakukan di AS. Jika kebutuhan dalam negeri sangat besar, bisa jadi ekspor akan dikurangi, seperti yang telah terjadi di masa lalu. Dampak lebih jauh, tentu distribusi vaksin untuk negara miskin dan menengah menjadi lebih timpang. Saat ini saja, dari sekitar 5 miliar dosis vaksin terdistribusi di dunia, yang diterima negara maju mencapai lebih dari 85–90 persen. Ketidakadilan sosial dalam hal vaksin jadi lebih nyata.

Sebenarnya tidak semua ahli, bahkan juga di AS, menyetujui keputusan pemerintah AS. Alasan utama yang disampaikan antara lain adalah berkurangnya kadar antibodi. Padahal, semua ahli tahu hingga saat ini antibodi belumlah digunakan sebagai perwakilan kadar kekebalan pada vaksin Covid-19. Masih ada peran sel T dan sel B yang akan bertahan lebih lama.

Semua ahli juga tahu bahwa sekalipun kadar antibodi menurun pada semua kelompok usia sejalan dengan berlalunya waktu, perlindungan terhadap kematian dan sakit berat masih stabil. Yang menurun adalah kemampuan mencegah sakit yang memang bukan tujuan utama pemberian vaksin. Hal yang sama terjadi pada semua vaksin yang telah beredar, terutama menghadapi varian Delta.

Baca Juga :  Menggagas Koperasi Kesehatan

Jadi, sebenarnya hingga saat ini vaksin masih bekerja efektif. Para pakar yang mengumumkan vaksinasi ketiga juga sangat memaklumi hal tersebut dan karenanya memberi tambahan kalimat ”mengantisipasi penurunan lebih jauh dalam beberapa bulan ke depan”.

Keputusan vaksinasi ketiga juga memancing tudingan motif ekonomi ke arah perusahaan vaksin mRNA. Memang sejauh ini tampaknya hanya AstraZeneca yang komit tidak memanfaatkan pandemi untuk meraih keuntungan komersial dan membuat vaksin mereka berharga murah. Proposal vaksin ketiga di AS pada awalnya memang disampaikan oleh produsen vaksin mRNA. Harga vaksin mRNA beserta kebutuhan distribusinya membuat vaksin ini menjadi salah satu yang termahal.

Saat ini di Indonesia sedang digiatkan vaksinasi ketiga khusus untuk nakev s. Banyaknya nakes yang menjadi korban dalam periode Juni hingga Agustus 2021 menjadi pertimbangan utama. Apakah dosis ketiga memang akan membuat situasi lebih baik, masih harus ditunggu. Analisis akan lebih sulit karena jumlah kasus saat ini sedang menuju titik normal, terutama di Jawa. Jika saja pemerintah Indonesia mengikuti langkah AS secara sembarangan, bisa diperkirakan herd immunity di negeri ini menjadi mustahil dicapai.

 

Kiranya langkah terbijak adalah mempercepat penyelesaian imunisasi bagi dua kelompok dengan cakupan terendah, yaitu para lansia dan masyarakat umum. Kelompok nakes dan pelayan publik saat ini sudah mampu mencapai hasil yang jauh lebih baik. Sedangkan untuk remaja, kelompok difabel, dan ibu hamil relatif baru mulai. Selain itu, di dalam negeri ada sangat banyak pakar yang akan memberikan masukan yang realistis mengenai situasi dan kondisi lokal sehingga kita tidak terjebak pada keinginan meniru negara lain dengan serta-merta. (*)

DOMINICUS HUSADA, Konsultan Infeksi Anak FK Unair/RSUD dr Soetomo Surabaya, Anggota Tim Vaksin Covid-19 Universitas Airlangga

SEPERTI yang telah diperkirakan sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat (AS) akhirnya mengumumkan akan memberikan vaksinasi ketiga bagi seluruh rakyatnya. Vaksinasi akan dimulai September 2021 dengan prioritas pada tenaga kesehatan (nakes), para lansia, dan orang dengan komorbid. Jarak vaksinasi ketiga dari vaksinasi kedua sedikitnya delapan bulan. AS mulai memberikan vaksin Covid-19 pada November 2020. Sebagaimana dalam aspek lain juga, keputusan AS tersebut akan berdampak signifikan bagi dunia.

Saat ini AS menggunakan hanya tiga vaksin, yaitu dua vaksin mRNA (Pfizer dan Moderna) dan satu vaksin berbasis vektor virus dari J&J. Vaksin mRNA dinilai banyak orang sebagai vaksin terbaik yang kita miliki, sekalipun pemberian vaksin ini dibarengi dengan efek simpang yang dirasakan cukup banyak orang. Walaupun demikian, hampir semua efek simpang itu ringan atau maksimal sedang.

Vaksin mRNA diberikan dua kali, sedangkan J&J hanya sekali. Vaksin ulangan bagi penerima J&J belum diputuskan dan akan menunggu hasil evaluasi dalam satu dua minggu ke depan. Jika pengguna vaksin kualitas baik saja memutuskan melakukan ulangan, bisa dibayangkan jejak ini akan sangat banyak diikuti negara lain.

Cakupan dosis pertama dan kedua di AS telah mencapai sedikit di atas 50 persen. Di dunia, angka di atas 70 atau bahkan 80 persen telah dicapai oleh beberapa negara yang mayoritas adalah negara kecil berpenduduk sedikit. Seperti Malta, Islandia, Qatar, dan Singapura. Negara raksasa umumnya belum mencapai taraf yang memuaskan. Indonesia baru berada di kisaran 20 persen, India sekitar 30 persen, dan Nigeria bahkan belum 2 persen. Tiongkok sebenarnya telah mendistribusikan lebih dari 1 miliar dosis vaksin. Namun, pencatatan negeri ini di dunia internasional agak tidak jelas.

Dengan angka yang telah dicapai ini, AS akan memasuki periode tersulit dalam pencapaian cakupan imunisasi. Kelompok paling belakang yang menjadi sasaran adalah para penentang vaksinasi garis keras serta mereka yang tidak bisa divaksin karena berbagai alasan. AS adalah salah satu markas besar para antivaksin dunia. Bisa dibayangkan akan sangat sulit bagi pemerintah AS menggenapi cakupan sampai tingkat seperti Singapura misalnya.

Baca Juga :  Pendekatan Vaksin Sinovac pada Masyarakat Palangka Raya

Bagi negara dengan pencapaian yang rendah, keputusan AS akan membuat situasi lebih kompleks. Di saat cakupan jauh dari menggembirakan, orang yang telah menerima dua kali injeksi akan menuntut adanya vaksin ketiga bagi mereka. Apa yang terjadi di AS sangat sering ditiru oleh orang di seluruh dunia, sekalipun belum tentu baik. Desakan yang kadang diikuti berbagai upaya, baik lurus maupun tidak lurus, akan menghambat rencana besar pemerintah negara di dunia. Herd immunity akan semakin sulit dicapai di negara-negara tersebut.

Keputusan AS juga akan memengaruhi distribusi vaksin, terutama mRNA. Pada saat ini produksi utama dua vaksin tersebut dilakukan di AS. Jika kebutuhan dalam negeri sangat besar, bisa jadi ekspor akan dikurangi, seperti yang telah terjadi di masa lalu. Dampak lebih jauh, tentu distribusi vaksin untuk negara miskin dan menengah menjadi lebih timpang. Saat ini saja, dari sekitar 5 miliar dosis vaksin terdistribusi di dunia, yang diterima negara maju mencapai lebih dari 85–90 persen. Ketidakadilan sosial dalam hal vaksin jadi lebih nyata.

Sebenarnya tidak semua ahli, bahkan juga di AS, menyetujui keputusan pemerintah AS. Alasan utama yang disampaikan antara lain adalah berkurangnya kadar antibodi. Padahal, semua ahli tahu hingga saat ini antibodi belumlah digunakan sebagai perwakilan kadar kekebalan pada vaksin Covid-19. Masih ada peran sel T dan sel B yang akan bertahan lebih lama.

Semua ahli juga tahu bahwa sekalipun kadar antibodi menurun pada semua kelompok usia sejalan dengan berlalunya waktu, perlindungan terhadap kematian dan sakit berat masih stabil. Yang menurun adalah kemampuan mencegah sakit yang memang bukan tujuan utama pemberian vaksin. Hal yang sama terjadi pada semua vaksin yang telah beredar, terutama menghadapi varian Delta.

Baca Juga :  Menggagas Koperasi Kesehatan

Jadi, sebenarnya hingga saat ini vaksin masih bekerja efektif. Para pakar yang mengumumkan vaksinasi ketiga juga sangat memaklumi hal tersebut dan karenanya memberi tambahan kalimat ”mengantisipasi penurunan lebih jauh dalam beberapa bulan ke depan”.

Keputusan vaksinasi ketiga juga memancing tudingan motif ekonomi ke arah perusahaan vaksin mRNA. Memang sejauh ini tampaknya hanya AstraZeneca yang komit tidak memanfaatkan pandemi untuk meraih keuntungan komersial dan membuat vaksin mereka berharga murah. Proposal vaksin ketiga di AS pada awalnya memang disampaikan oleh produsen vaksin mRNA. Harga vaksin mRNA beserta kebutuhan distribusinya membuat vaksin ini menjadi salah satu yang termahal.

Saat ini di Indonesia sedang digiatkan vaksinasi ketiga khusus untuk nakev s. Banyaknya nakes yang menjadi korban dalam periode Juni hingga Agustus 2021 menjadi pertimbangan utama. Apakah dosis ketiga memang akan membuat situasi lebih baik, masih harus ditunggu. Analisis akan lebih sulit karena jumlah kasus saat ini sedang menuju titik normal, terutama di Jawa. Jika saja pemerintah Indonesia mengikuti langkah AS secara sembarangan, bisa diperkirakan herd immunity di negeri ini menjadi mustahil dicapai.

 

Kiranya langkah terbijak adalah mempercepat penyelesaian imunisasi bagi dua kelompok dengan cakupan terendah, yaitu para lansia dan masyarakat umum. Kelompok nakes dan pelayan publik saat ini sudah mampu mencapai hasil yang jauh lebih baik. Sedangkan untuk remaja, kelompok difabel, dan ibu hamil relatif baru mulai. Selain itu, di dalam negeri ada sangat banyak pakar yang akan memberikan masukan yang realistis mengenai situasi dan kondisi lokal sehingga kita tidak terjebak pada keinginan meniru negara lain dengan serta-merta. (*)

DOMINICUS HUSADA, Konsultan Infeksi Anak FK Unair/RSUD dr Soetomo Surabaya, Anggota Tim Vaksin Covid-19 Universitas Airlangga

Terpopuler

Artikel Terbaru