Yang dari dalam negeri. Yakni ketika tawaran itu datang dari IAIN Walisongo Semarang. Itu pun karena dirayu beberapa orang dekat untuk menerimanya. Dan lagi tawaran itu kan datang dari IAIN. Masih agak ”liniar” hahaha.Tapi yang membuat saya tertarik adalah naskah pertanggungan jawab dari promotor gelar itu.
Sangat akademik. Yang menyusun adalah Prof Dr Nur Syam. Beliaulah promotor gelar itu. Belakangan saya tahu beliau orang Tuban. Di sana pula beliau lulus PGAN (sekolah pendidikan guru agama negeri).
Lalu S-1 di fakultas dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Meski orang IAIN, Prof Nur Syam memperoleh gelar doktor dari Fisipol Universitas Airlangga. Di Unair pula beliau memperoleh gelar profesor.Lalu balik lagi ke IAIN. Bahkan belakangan terpilih sebagai rektor di UIN Sunan Ampel.
Belum lagi menyelesaikan jabatan rektor beliau diangkat menjadi dirjen Pendidikan Islam. Lalu berlanjut menjabat sekjen Kementerian Agama. Rasanya, saat menjadi promotor saya itu beliau dalam posisi sebagai sekjen itu.Sejak hari itu sebenarnya saya mendapat gelar itu. Tapi sejak itu pula saya tidak pernah menggunakannya. Saya tahu: itu gelar kehormatan.
Bukan gelar doktor sungguhan –yang diperoleh lewat kerja penelitian serius yang metodologis sistematis. Saya memang seide dengan Prof Nur Syam: moderat dalam beragama. Dan ternyata beliau punya rumah di dekat rumah saya. Satu kompleks: Sakura Regency.
Pemprov Kalteng memberikan penghargaan SIDARA Award 2025 kepada produsen dan operator data terbaik sebagai upaya…
Mie instan selalu menjadi pilihan praktis saat lapar datang tiba-tiba. Mudah dimasak, rasanya akrab di…
DLH Kalteng meluncurkan tas plastik daur ulang di Kalampangan sebagai langkah pengurangan sampah dan penguatan…
Alumni beasiswa B.J. Habibie yang satu ini berkibar-kibar: Kaharuddin Djenod.
Liburan akhir tahun kini lebih mudah dan hemat. Kotabaru menawarkan paket wisata empat destinasi ikonik yang bisa…
Anggota Komisi III DPRD Kota Palangka Raya, Arif M. Norkim. Mendukung penuh ajakan Wakil Wali…