Pernahkah kalian memperhatikan bagaimana sebagian orang menjalani hidup seakan-akan mereka menggunakan autopilot? Mereka adalah orang yang tidak pernah benar-benar berupaya keras untuk mencapai sesuatu yang luas biasa.
Mereka seolah-olah merasa senang berada pada bagian yang dangkal dan tidak pernah mencoba untuk menjelajahi perairan yang lebih dalam untuk mengetahui apa saja yang bisa mereka lakukan dan dapatkan. Sangat mudah terjebak dalam pola ini tanpa menyadarinya.
Pelajari Lebih
Rutinitas kehidupan punya cara yang lucu untuk membuat siapa saja tertidur ke dalam posisi yang nyaman, tetapi tidak bersemangat. Ini dia masalahnya. Ada tanda-tanda di mana kehidupan menunjukkan hal yang tidak sesuai harapan, dan tanda itu muncul dengan cara yang tidak selalu disadari.
Menurut psikolog orang-orang yang menerima keadaan biasa saja memiliki beberapa perilaku tertentu yang tidak terlihat atau terasa. Pilihan-pilihan kecil yang tampaknya tidak berbahaya tetapi diam-diam dapat menghambat mereka untuk mencapai lebih banyak hal.
Dilansir dari Small Business Bonfire, inilah 7 perilaku dari orang-orang yang selalu puas dengan kehidupan yang biasa-biasa saja menurut psikolog.
- Takut gagal
Mereka seringkali menerapkan mantra “Lebih baik aman daripada menyesal”. Orang yang puas dengan kehidupannya yang biasa saja biasanya berpegang teguh dengan mantra ini, terutama ketika mereka takut gagal.
Berpegang pada apa yang nyaman, apa yang sudah diketahui, dan apa yang terjamin. Namun, menurut psikologi, ketakutan akan kegagalan seringkali menghambat diri untuk mencapai potensi sejati.
Ketika takut gagal, mereka bahkan tidak berusaha untuk meraih sesuatu yang lebih baik dan cenderung pasrah. Di situlah sifat biasa-biasa saja muncul. Dengan tidak mengambil risiko dan bermain aman, mereka secara efektif membatasi diri pada dunia biasa saja alih-alih mengeksplorasi untuk hal hebat.
Tidak apa-apa untuk bersikap hati-hati. Namun, ada batasan tipis antara bersikap hati-hati dan bersikap terlalu takut. Melewati batas itu dapat membawa pada siklus yang biasa-biasa saja.
- Kurangnya rasa percaya diri
Kurangnya rasa percaya diri merupakan perilaku umum di antara mereka yang selalu berpuas diri. Mereka seperti membangun tembok di sekeliling potensinya dan takut untuk memanjatnya.
Padahal, faktanya tidak ada seorang pun yang sempurna. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun jika kita tidak percaya pada nilai diri sendiri, bagaimana mengharapkan orang lain untuk percaya?
- Mengabaikan kekuatan pertumbuhan
Kehidupan selalu berubah. Setiap momen, setiap keputusan, setiap pengalaman membentuk kita menjadi diri sendiri dan menjadi diri kita nantinya. Namun, sebagian dari kita menolak perubahan ini.
Beberapa orang menghindar dari pertumbuhan dan lebi suka tinggal dalam kepompong kecil. Bermain aman dari tantangan yang datang seiring dengan pengembangan pribadi.
Kepompong itu adalah tempat berkembang biak hal-hal yang biasa saja. Pertumbuhan tidak datang dari tetap berada dalam zona nyaman. Pertumbuhan datang dari merentangkan diri dan menerima hal-hal yang tidak dikenal dan tidak nyaman.
Dari menghadapi tantangan secara langsung dan belajar dari pengalaman tersebut. Mirip seperti mengangkat beban yang sama selamanya. Kita dapat menambah beban sedikit demi sedikit dan mendorong tubuh untuk beradaptasi dan tumbuh lebih kuat.
- Mengabaikan semangat pribadi
Setiap orang punya sesuatu untuk menyalakan semangat di hati atau sesuatu yang membuat kita merasa lebih hidup. Semangat ini lebih dari sekedar hobi. Semangat ini adalah bagian dalam diri yang dapat mendorong untuk berjuang meraih kehebatan.
Namun, bagian menyedihkannya, banyak dari kita yang sering mengabaikan semangat tersebut. Kita mengesampingkannya untuk kegiatan yang lebih praktis dan berkata bahwa itu hanyalah mimpi dan tidak mungkin dilakukan dalam kehidupan nyata.
Untuk itu, kita akan mengabaikannya dan puas dengan kehidupan yang biasa-biasa saja. Mengabaikannya berarti kita mengingkari sebagian dari diri. Kita menekan potensi dan puas dengan kehidupan biasa saja.
- Kurangnya penetapan tujuan
Menetapkan tujuan itu seperti menggunakan GPS. Kalian mengetik tujuan dan GPS akan memberikan rute yang jelas untuk diikuti. Tanpa GPS, kita hanya akan mengemudi tanpa tujuan dan berharap sampai ke tujuan tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa 92% orang yang menetapkan tujuan tahun baru tidak pernah benar-benar mencapainya. Namun, ini bukan hanya tentang resolusi tahun baru, tetapi kehidupan secara umum.
Jika kita tidak menetapkan tujuan dalam diri, maka kita bisa menjalani hidup tanpa arah yang jelas. Kita hanya mengikuti arus dan membiarkan arus tersebut menentukan jalannya.
Tanpa tujuan membuat kita tidak memiliki apapun untuk diperjuangkan dan tidak ada yang mendorong untuk keluar dari zona nyaman. Kita menjadi puas diri dan menerima apapun yang menghampiri alih-alih secara aktif mengejar apa yang benar-benar kita inginkan.
- Membandingkan diri sendiri dengan orang lain
Beberapa orang mungkin pernah menggulir media sosial, melihat kehidupan semua orang yang sempurna, lalu bertanya-tanya mengapa kehidupan kita tidak sesempurna itu. Namun, inilah pengingat yang tepat.
Setiap orang memiliki perjalanan uniknya sendiri. Kita semua memiliki kelebihan, minat, dan jalan hidup yang berbeda-beda. Membandingkan perjalanan kita dengan perjalanan orang lain seperti membandingkan apel dengan jeruk.
Mudah sekali untuk melihat keberhasilan orang lain dan merasa bahwa kita tidak cukup berbuat. Namun, ingatlah bahwa itu hanyalah cuplikan kehidupan mereka. Kita tidak melihat perjuangan, kegagalan, atau kerja keras yang membawanya sampai ke posisi mereka saat ini.
Bila terus-menerus membandingkan diri sendiri dengan orang lain, kita sedang mempersiapkan diri untuk lebih banyak kekecewaan dan keadaan yang biasa-biasa saja. Mulailah mengejar kesuksesan versi diri sendiri.
- Menghindari tanggung jawab
Cara paling pasti untuk menuju keadaan yang biasa-biasa saaj adalah dengan menghindari tanggung jawab terhadap hidup kita. Mudah untuk menyalahkan keadaan atau orang lain atas keadaan kita saat ini.
Sungguh menenangkan untuk berpikir bahwa itu bukan salah kita atau membuat seorang kita hanyalah korban dari lingkungan. Namun, kenyataannya, setiap orang adalah arsitek untuk hidupnya sendiri.
Setiap keputusan yang dibuat, setiap tindakan yang diambil, akan membentuk jalan hidup sendiri. Bila menghindari tanggung jawab, berarti melepaskan kendali.
Kita membiarkan hidup terjadi begitu saja alih-alih membuat hidup terjadi untuk kita. Mengambil tanggung jawab berarti memiliki kekuatan untuk berubah, tumbuh, dan menciptakan kehidupan yang diinginkan.(jpc)