Site icon Prokalteng

Terima Kasih Pak Gub Dan CEO Kalteng Putra

terima-kasih-pak-gub-dan-ceo-kalteng-putra

 

Secarik
kertas kecil usang bertuliskan Nomor: 1136,  jauh membawa memori penulis ke masa yang
lampau. Sore itu, Kalteng Putra harus bertekuk lutut di hadapan tim tamu Persita
Tangerang dengan skor 3-6.

Sesungguhnya
kertas usang itu adalah tiket masuk pertandingan yang masih penulis simpan
untuk menyaksikan laga ISC B laga antara Kalteng Putra Vs Persita Tangerang di
tahun 2016 yang hanya membuat penulis kala itu pulang dengan rasa kesal dan
kecewa.

Jauh
sebelum pertandingan tersebut sesungguhnya penulis adalah seorang “penggila
bola” yang setiap ada kesempatan selalu akan meluangkan waktu untuk menyaksikan
Persepar berlaga di stadion Km.5 (Stadion Tuah Pahoe). Persepar sendiri adalah
nama awal tim sepak bola Kalteng Putra sebelum bertranformasi pada medio 2013.

Sebenarnya,
Persepar pernah tampil di kasta utama ketika berlaga di Indonesia Premier
League. Manakala masih ada dualisme liga Indonesia di medio 2012/2013, tetapi
ketika terjadi penyatuan liga, persepar harus kembali berpasrah diri hanya
menjadi tim melanglang buana di liga kasta kedua karena alasan permasalahan infrastruktur
yang dianggap PSSI belum memadai.

Akan
tetapi, masa keemasan itu akhirnya tiba. Manakala diperebutan tempat ketiga
tiket lolos promosi ke Liga 1 yang dipertandingkan pada  4 Desember 2018, Kalteng Putra mampu mengalahkan
Persita Tangerang 2-0. Sekaligus mematahkan tradisi buruk ketika harus bersua
Persita Tangerang.

Apakah
pencapaian tersebut terjadi semudah membalikan telapak tangan? Tentu saja tidak,
ada banyak perjuangan yang mungkin tak bisa diutarakan secara gamblang, karena
ada banyak aspek dalam dunia sepak bola Indonesia yang tidak bisa dijelaskan
seperti rumus Matematika.

Lolosnya
Kalteng Putra ke Liga 1 tentu saja menurut sudut pandang penulis, point
besarnya adalah karena sinerginya Kalteng Putra sebagai klub sepak bola dengan Pemerintah
Provinsi Kalimantan Tengah.

Solidnya
“duo” Sabran yang juga penggila sepak bola makin membuat euphoria yang terbangun
tidak hanya sekadar menjadi euphoria semu, akan tetapi dibuktikan secara nyata
dengan mempersiapkan Kalteng Putra yang baru, yang betul-betul bergerak menuju
pembinaan sepak bola yang professional.

Sepak
bola Indonesia adalah olahraga yang tergolong mahal. Bayangkan saja sebagai
Negara Kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, Kalteng Putra akan
melakukan laga tandang menuju Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali hingga
Papua.

Penulis
tak bisa membayangkan persiapan apa saja yang harus dilakukan sebuah tim agar
mampu berkompetisi di Liga tertinggi dengan harus melakoni laga tandang
sebanyak 17 kali. Sebagian besar hanya bisa diakses lewat tranportasi udara. Walaupun
demikian penulis melihat CEO Kalteng Putra Agustiar Sabran sangat-sangat serius
untuk bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, baik sinergi di dalam
internal PT. Kalteng Putra sendiri agar makin profesional, maupun bersinergi
keluar dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu dengan bapak
gubernur.

Tujuannya
agar dengan hadirnya Kalteng Putra di Liga Tertinggi Indonesia dapat menjadi
corong paling efektif untuk menunjukan eksistensi Provinsi Kalimantan Tengah
lewat bidang olahraga.

Tentu
saja tidak semua orang akan sependapat dengan sudut pandang penulis. Penulis
hanya melihat dari pengalaman pribadi yang telah melihat perjuangan Kalteng
Putra dari masa ke masa, bahwa hanya lewat kepemimpinan yang tegas, konsisten disertai
rasa cinta sematalah akhirnya Kalteng Putra dapat meraih promosi di Liga
tertinggi.

Dukungan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah sangat nyata terlihat, dengan peningkatan
infrastruktur stadion agar layak secara regulasi. Tentu saja ini adalah bukti
keseriusan Bapak Sugianto Sabran untuk men-suport Kalteng Putra agar bisa
sejajar dengan klub-klub  sepak bola dari
provinsi lain yang sudah terlebih dahulu maju.

Penulis
tidak melihat hanya dari sudut pandang besaran biaya yang dikeluarkan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah untuk mendukung Kalteng Putra, akan
tetapi penulis melihat dari nilai investasi masa depan yang mungkin akan
menghasilkan pundi-pundi yang jauh lebih besar dari besaran biaya yang telah
dikeluarkan. Bayangkan saja, ketika sebuah tim sepak bola bertanding, secara
tidak langsung geliat ekonomi masyarakat juga turut bergerak. Dari pedagang
asongan, pedagang kaki lima, transportasi, perhotelan dan sektor-sektor yang
lain turut bergairah sebagai imbas hadirnya tim sepak bola yang profesional.

Tiliklah
Persebaya Surabaya yang pada tahun 2018 silam mampu meraih ± Rp24,2 miliar dari
laga kandang selama semusim hanya dari penjualan tiket pertandingan. Sebuah indikator
yang dapat dijadikan pendekatan sekaligus pemacu semangat setelah melihat tim sepak
bola yang telah lebih dahulu maju dan mampu meraup pundi-pundi dari
ketenarannya.

Pada
akhirnya, penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih kepada CEO Kalteng Putra
dan jajarannya, Gubernur Kalimantan Tengah beserta stakeholder terkait, yang
pada akhirnya setelah melewati perjuangan dan dukungan tiada henti mampu
mengantarkan Kalteng Putra berada pada Liga Tertinggi. Sebuah pencapaian
terbaik selama provinsi ini berdiri, akan tetapi bagi penulis sesungguhnya perjuangan
Kalteng Putra baru saja dimulai. Mempertahankan jauh terlebih sulit daripada
mendapatkan.

Kekalahan
di pekan ke -3 adalah cerminan dari beratnya persaingan di kasta tertinggi,
tapi masih banyak waktu untuk berbenah dan makin siap lagi dikemudian hari. Kalteng
Putra adalah etalase provinsi ini dalam bidang olahraga yang sudah sepatutnya
kita dukung. Setidaknya kalaupun kita tidak mendukung, janganlah saling
menyalahkan dan bersyak wasangka, karena kebaikan Kalteng Putra adalah kebaikan
kita bersama seluruh masyarakat pecinta olaaraga sepak bola di Provinsi
Kalimantan Tengah.

Akhirnya,
di
atas langit ada langit, kesempurnaan hanya milik Tuhan. Salah dan benar
hanyalah
persepsi semua kembali bermuara pada nurani. Demikianlah penulis akhiri opini ini.

                                                                                                                             
*Penulis Adalah Alumni
Jurusan Arsitektur

 Universitas
Palangkaraya Angkatan Tahun 2001 ,

Bekerja Sebagai PNS Di Pemko Palangka Raya,

Penggila Juventus sejak ‘96

dan Fans 
Ahmad“Paidjo” Faisal  Persepar
)

 

Exit mobile version