SELAIN aksi sosial bagi-bagi sembako selama pandemi korona,
suporter klub Kalteng Putra, Pasus 1970, melakukan aksi terpuji lainnya. Salah
satunya adalah konsisten melakukan penanaman bibit pohon di wilayah Kalimantan
Tengah.
Puluhan laki-laki dan perempuan berusia muda berjalan
menelusuri jalan setapak di salah satu perkebunan kelapa sawit di Kalimantan
Tengah. Bersama dengan beberapa organisasi masyarakat pencinta lingkungan,
mereka yang berkaus hitam bertulis Pasus 1970 yang merupakan nama pendukung tim
Liga 2, Kalteng Putra, berencana melakukan penanaman bibit pohon di salah satu
lahan gundul di dekat perkebunan kelapa sawit tersebut.
Saat tiba di lokasi tujuan, tanpa diperintah, puluhan
anak muda itu langsung berjejer menggali tanah secara rapi. Lantas, bibit
tanaman yang sudah ditenteng kurang lebih 3 kilometer dimasukkan ke dalam
tanah. Tak lupa, sembari bekerja, chant-chant dukungan untuk Kalteng Putra
disuarakan untuk menghilangkan rasa lelah. Chant-chant yang biasanya
dinyanyikan di stadion terdengar jelas di tengah hutan gundul di Kalimantan
Tengah.
’’Sudah biasa kami melakukan kegiatan ini, menanam bibit
pohon di ladang gundul. Ini kebetulan kami lakukan di masa pandemi korona,’’
jelas Hendriansyah, salah satu sosok yang dituakan dalam Pasus 1970.
Pria yang akrab disapa Hehen itu mengatakan, Pasus 1970
memang tidak ingin hanya dianggap suporter sepak bola. Tapi, lebih dari itu,
Pasus 1970 ingin dianggap sebagai masyarakat Kalimantan Tengah yang peduli
terhadap sesama. Juga kemakmuran hutannya.
Bukannya tak punya aksi sosial lain, lanjut Hehen,
komunitasnya sudah melakukan aksi-aksi bagi sembako. Sudah mencoba meringankan
beban masyarakat Kalimantan Tengah yang sedang dirundung masalah pandemi
korona. ’’Tapi, itu tidak membuat kami lantas lalai dengan alam. Kami selalu
giat mengawasi lingkungan sekitar yang saat ini banyak beralih menjadi lahan
sawit,’’ terangnya.
Hehen menegaskan, kemakmuran alam jadi salah satu yang
paling penting di samping penanganan virus Covid-19. Di Kalimantan Tengah
terutama, di musim kemarau seperti sekarang ini, ancaman kebakaran hutan hingga
banjir tetap membayangi. ’’Kami tidak mau jika hanya memikirkan penanganan
Covid-19, ancaman bencana justru menghadang juga. Paling tidak, dua-duanya coba
kami antisipasi sekarang,’’ katanya.
Penanaman bibit pohon beberapa hari lalu dilakukan hanya
satu korwil saja. Pria yang punya darah Jawa Timur itu menegaskan, tiap korwil
dari Pasus 1970 juga melakukannya serentak. Wilayah Kalimantan Tengah yang luas
membuat mereka harus terpisah-pisah untuk melakukan aksi sosial tersebut. ’’Di
setiap distrik (korwil), kami selalu bekerja sama dengan ormas daerah dan LSM
seperti Walhi, itu juga dibantu pemerintah setempat. Jadi, bisa serentak
aksinya meski lokasinya berbeda,’’ ucapnya.
Hehen berharap penanaman bibit pohon yang dilakukan Pasus
1970 itu sebagai permintaan maaf kepada bumi pertiwi. Dia yakin, pandemi saat
ini tidak terlepas dari kemarahan bumi atas keserakahan manusia selama ini.
’’Saya yakin, ketika nanti bumi kembali berseri, pandemi seperti ini tidak ada
lagi,’’ bebernya.
Ke depan, untuk penanaman pohon, Hehen akan tetap
melakukannya. Lebih sering karena Kalimantan Tengah sedang musim kemarau.
’’Untuk pembagian sembako mungkin kami masih lihat situasi. Karena terakhir,
kami terhalang peraturan pemerintah soal protokol kesehatan,’’ jelasnya.