Site icon Prokalteng

Tradisi Berlanjut Atau Sejarah Baru ? Mari Nikmati Bergulirnya Liga 1

tradisi-berlanjut-atau-sejarah-baru-mari-nikmati-bergulirnya-liga-1

SEJAK kali pertama Liga
Indonesia digulirkan pada 1994, tak ada juara bertahan yang mampu
mempertahankan gelarnya.

Akankah ”tradisi” itu berlanjut di musim ini yang akan bergulir mulai
hari ini? Atau bakal ada lembaran sejarah baru yang dicatat sang juara
bertahan: Bali United?

Musim lalu Serdadu Tridatu –julukan Bali United– bisa dibilang melewati
jalan yang lempeng menuju tangga juara. Sulit terkejar di puncak klasemen.
Mereka selalu mampu menjaga jarak. Hingga akhirnya, saat kompetisi masih
menyisakan empat pertandingan, Bali United sudah mengunci gelar juara.

Musim ini kesebelasan asal Pulau Dewata itu tetap menjadi favorit juara.
Kedalaman skuad yang sangat baik adalah salah satu alasannya. Di satu posisi,
ada tiga sampai empat pemain dengan kualitas sepadan.

Tapi, perjalanan tim asuhan Stefano ”Teco” Cugurra itu tak bakal mudah
untuk bisa jadi tim pertama yang juara Liga Indonesia dua musim beruntun. Salah
satu alasannya, selain di Liga 1, mereka harus membagi fokus ke AFC Cup, ASEAN
Club Championship, dan Piala Indonesia.

Sejak Liga Indonesia bergulir kali pertama pada 1994, tak pernah ada
juara yang mampu mempertahankan gelar di musim berikutnya. Mentok hanya bisa
menjadi runner-up di musim berikutnya.

Itu pun baru bisa dilakukan tiga kesebelasan: Bandung Raya, Persipura
Jayapura, dan Arema Malang. Sebaliknya, tidak sedikit klub yang setelah juara
malah terdegradasi di musim berikutnya.

Alasan lain, beberapa kontestan Liga 1 juga begitu serius mengintip
peluang juara. Begitu serius hendak menggeser Bali United. Persebaya Surabaya
salah satunya. ”Kami ingin (posisi) yang lebih baik dari musim lalu,” kata
Presiden Persebaya Azrul Ananda. Tidak sekali Azrul menyatakan itu.

Meski tak menyebut kata juara, posisi yang lebih baik daripada musim
lalu tentu saja juara. Sebab, di kompetisi strata teratas Indonesia musim lalu,
Green Force –julukan Persebaya– finis di posisi kedua. Dan posisi yang lebih
baik dari runner-up, apa lagi kalau bukan juara.

Persebaya pun begitu serius dengan targetnya itu. Mereka mendatangkan
salah seorang gelandang terbaik di Liga Indonesia, Makan Konate. Selain itu,
Persebaya mengisi setiap posisi dengan dua sampai tiga pemain berkualitas
setara.

Di bawah mistar contohnya. Tim asal Kota Pahlawan itu mendatangkan dua
penjaga gawang yang musim lalu menjadi kiper nomor satu di tim masing-masing.
Angga Saputra dari PS Tira Persikabo dan Rivky Mokodompit asal PSM Makassar.

Favorit juara lainnya adalah Persija Jakarta. Keseriusan Macan Kemayoran
–sebutan Persija– terbaca dari keputusan mereka mendatangkan Sergio Farias
sebagai pelatih. Reputasi Farias sangat mentereng. Dia pernah membesut timnas
Brasil U-20. Juga, mengantarkan Pohang Steelers sebagai juara Liga Champions
Asia pada 2009. Pada tahun yang sama, klub asal Korea Selatan itu dibawanya
menempati peringkat ketiga kejuaraan dunia antarklub.

Persija juga merekrut mantan pemain Juventus Marco Motta. Bintang-bintang
sepak bola Indonesia pun didatangkan. Ada Evan Dimas Darmono dan Osvaldo Haay.
”Kami tidak sekadar mengejar juara. Tapi, kami juga ingin wakil Indonesia tidak
terhenti di level regional saat tampil di Liga Champions Asia,” kata Direktur
Utama Persija Kokoh Afiat.

Target juara juga dikumandangkan Bhayangkara FC dan Arema FC.
Bhayangkara mengumpulkan begitu banyak pemain berlabel tim nasional di skuad
mereka.

COO Bhayangkara FC Sumardji menyebut pengeluaran timnya pun membengkak
25 persen karena kebijakan mendatangkan nama-nama baru yang cukup menterang
tersebut. ”Kami merekrut pemain bintang pasti tujuannya jelas, menjadi juara,”
koar Sumardji.

Arema tak mau kalah. Mendatangkan Mario Gomez menjadi pertandanya.
Pelatih asal Argentina itu pernah membawa Johor Darul Takzim (JDT) Malaysia
naik podium tertinggi AFC Cup.

Bersama Gomez, Arema bermain dengan pressing tinggi saat berlaga di
Piala Gubernur Jawa Timur 2020. ”Kami tidak ingin mengulang apa yang diraih
Arema musim lalu. Juara di pramusim, tapi hanya peringkat kesembilan di liga,”
ujar Gomez.

Di belakang kesebelasan-kesebelasan itu, masih ada Persib Bandung,
Madura United, dan PSM Makassar yang juga mengintip peluang menjadi juara.
Bahkan, asal serius, Madura United berpeluang merebut gelar.

”Secara usia, rata-rata pemain kami lebih muda sehingga penerapan taktik
bisa lebih fleksibel. Kami pun optimis bisa merealisasikan target menjadi yang
terbaik,” ucap pelatih Madura United Rahmad Darmawan.

Jangan pula melupakan Persipura. Bersama Jacksen F. Tiago, Mutiara Hitam
–julukan Persipura– seperti berjodoh. Jacksen sudah tiga kali mengantarkan
Persipura ke tangga juara.

Musim lalu Persipura yang terseok di awal musim menjadi terkerek
posisinya begitu pelatih asal Brasil itu masuk. Bersama Jacksen, Persipura yang
sempat berada di zona degradasi akhirnya finis di posisi ketiga.

Lalu, siapa yang akan juara? Akankah Bali United mampu mencatatkan
sejarah sebagai tim pertama yang mampu mempertahankan gelar? Atau sebaliknya,
tradisi selama ini tetap terjaga? Masih cukup lama kita menunggu jawabannya.
Liga 1 musim 2020 baru berakhir pada pengujung Oktober nanti.

Yang pasti, mari menikmati kembali bergulirnya Liga 1 hari ini. Tentu
beserta segala permasalahan khas sepak bola Indonesia.(rid/fim/c10/ttg
)

 

Exit mobile version